SIDOARJO (Radarjatim.id) Belasan lembaga pendidikan di bawah naungan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kabupaten Sidoarjo masuk dalam Rekomendasi Pelaksanaan Kurikulum Merdeka dari Kementerian Agama RI. Sebagaimana yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Madrasah Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar tahun 2022-2023.
Diantaranya adalah MI Muslimat NU Pucang, MI KH Mukmin, MI Ma’arif Ketegan dan MI Progresif Bumi Sholawat. Juga MTs YPM 2 Sidoarjo, MTs Hasyim Asy’ari, MTs Darussalam, MTs Roudlotul Banat, MTs Ma’arif Ketegan, MTs Ma’arif Ngaban, MTs Salafiah, MTs YPM 1 Wonoayu dan MTs Billingual Muslimat NU Pucang. Sedangkan untuk MA hanya MA Al Ihsan Krian.
Menindaklanjuti keputusan tersebut, Pimpinan Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Sidoarjo merespon cepat, dengan mengumpulkan semua kepala madrasah ditingkat MI, MTs dan MA berjumlah kurang lebih 300 orang. Mereka dibekali oleh Dr Ristiwi Peni selaku pakar pendidikan, dengan pelatihan tata cara mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, pada (14/7/2022) tadi pagi, di Aula MI Muslimat NU Pucang Sidoarjo.

Salah satu pengurus LP Ma’arif NU Sidoarjo Mas’ud menuturkan kalau kegiatan pelatihan implementasi ini sebagai upaya menghadapi pembelajaran penerapan Kurikulum Merdeka tersebut. Sebab, belum semuanya lembaga pendidikan di bawah naungan Ma’arif NU yang bisa menerapkan pelaksanaan kurikulum belajar di tahun 2022-2023. “Kami berharap, dengan adanya pelatihan implementasi Kurikulum Merdeka ini lembaga pendidikan kami tidak akan tertinggal, sehingga regulasi atau perubahan-perubahan dari pemerintah tetap bisa dilakukan,” harapnya.
Begitu juga Ketua PC Muslimat NU Sidoarjo Ainun Jariyah sekaligus Aggota Komisi D DPRD Sidoarjo dan Ketua PCNU Sidoarjo mendorong semua lembaga pendidikan di bawah naungan Ma’arif NU untuk maju. “Selain itu, lembaga diminta untuk mengikuti perubahan sewaktu-waktu yang menjadi kebijakan pemerintah, dalam hal ini dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI seperti Kurikulum Merdeka Belajar saat ini,” katanya.
Sebagai pemateri, Ristiwi Peni menjelaskan tentang mengapa dunia pendidikan memerluka Kurikulum Merdeka, karena dari hasil studi nasional maupun internasional menunjukkan bahwa Indonesia adalah mengalami krisis pembelajaran yang cukup lama. Kedua, studi-studi tersebut juga menunjukkan bahwa banyak dari anak-anak Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matimatika dasar. “Jadi temuan itu juga memperlihatkan kesenjangan pendidikan yang curam diantara wilayah dan kelompok sosial Indonesia. Keadaan ini semakin parah akibat merebaknya pandemi Covid 19,” jelas Ristiwi Peni yang juga sebagai Kepala SMAN 3 Sidoarjo.(mad)







