SURABAYA (RadarJatim.id) – Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) manajemen PT Radar Jatim Multimedia (RJM) yang menaungi portal berita RadarJatim.id dengan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya berlangsung di aula Fakultas Ekonomi Bisnis (FEBI) kampus I, Jl. A. Yani, Surabaya, Kamis (30/6/2022). Penandatanganan PKS itu merupakan tindak lanjut dari MoU antara Direktur Utama PT RJM dan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, 7 April 2022 lalu.
Penandatanganan PKS tentang Praktik Kerja Lapangan (PKL), Publikasi Tulisan Mahasiswa dan Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya itu, dilakukan oleh Dirut PT RJM Suhartoko dan Dekan FAH Dr H Muhammad Kurjum, MAg. Hadir mendampingi Dekan FAH, beberapa pajabat fakultas dan Sekretaris Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia, Siti Rumilah, MPd, serta belasan mahasiswa calon peserta magang.
Kepada para mahasiswa yang hadir di ruang Al Ghazali, lantai 7 Gedung FEBI itu, Kurjum yang baru dilantik sebagai dekan FAH menggantikan Dr H Agus Aditoni, MAg itu wanti-wanti agar dalam pembekalan calon peserta magang itu, mahasiswa mampu menyerap secara maksimal materi yang disampaikan narasumber, baik dalam aspek keilmuan maupun pengalaman lapangannya.
“Jangan disia-siakan. Serap dan bertanyalah sebanyak-banyaknya kepada Pak Suhartoko ini. Bikin beliau kewalahan menjawab pertanyaan kalian. Kalau perlu, bikin beliau ini menyerah untuk menerima berondongan pertanyaan kalian. Sebab, beliau ini memang mumpuni di bidang jurnalistik dan pengalamannya di lapangan sangat panjang,” pesan Kurjum setengah bergurau.
Ia mengaku, sejak dilantik sebagai dekan FAH belum lama ini, kesempatan berbicara di forum resmi baru kali ini ia lakukan. Karena itu, katanya menambahkan, para mahasiswa calon peserta magang ini sangat beruntung mendapat kesempatan pertama dengan dekan baru dalam forum penandatanganan PKS dan pembekalan calon peserta magang.
“Saya sampaikan, bahwa ini kesempatan pertama saya bicara dalam forum formal seperti ini. Jadi, beruntunglah kalian. Para dosen di fakultas saja belum ketemu saya dalam satu forum. Jadi tolong, manfaatkan kesempatan ini. Bikin Pak Suhartoko ini sampai nggak bisa jalan karena kewalahan dan kecapean menjawab,” kelakar Kurjum.

Sementara Dirut PT RJM, Suhartoko dalam pembekalan calon peserta magang mengungkapkan, di era digital yang ditandai maraknya media online, merupakan tantangan sekaligus peluang bagi mahasiswa yang suka menulis, khususnya pada genre jurnalistik. Karena itu, ia minta para mahasiswa mampu memadukan ilmu yang didapat secara teoritik dari kampus dengan praktik lapangan. Ia tambahkan, RadarJatim.id telah menyiapkan tim untuk melakukan pendampingan terhadap para mahasiswa selama magang.
“Saya tidak bilang, bahwa teori itu tidak penting. Tapi, kalau sudah di lapangan, banyak hal yang tidak Anda dapatkan di bangku kuliah datang tiba-tiba dan menuntut Anda harus bersikap dan bertindak supercepat. Karena itu, berlatihlah secara sungguh-sungguh dalam program magang ini. Jangan lelet dalam bertindak, karena arus informasi terus bergerak cepat dan menuntut Anda juga harus bergerak lebih cepat lagi, ujarnya.
Ia tambahkan, media online salah satu karakteristiknya adalah menuntut penyampaian informasi secara cepat. Meski demikian, akurasi dalam menulis berita yang faktual, juga harus diperhatikan dan dipegang teguh.
“Soal kecepatan, ini agak berbeda dengan media cetak, seperti koran, tabloid atau majalah,” ujar Pemred RadarJatim.id yang mantan jurnalis Harian Sore Surabaya Post ini.
Dalam wejangan-nya, Mas Hartoko, sapaan akrabnya, berharap, kelak para mahasiswa itu mampu menjadi penulis andal dan profesional, termasuk dalam membuat reportase atau berita. Karena itu, selain seperangkat pengetahuan yang bersifat keilmuan atau teoritis, ia minta para mahasiswa memiliki mental yang bagus dan pantang menyerah.
“Pernah dengar istilah wartawan ‘bodrek’?,” ujar Mas Hartoko memancing pertanyaan.
Dalam keseharian, lanjutnya, mereka (wartawan ‘bodrek’, Red) beroperasi layaknya wartawan pada umumnya. Tapi yang membedakan dengan wartawan beneran dan profesional adalah, orientasi mereka bukan untuk menulis berita atau informasi untuk disampaikan kepada publik, tetapi hanya demi uang atau proyek.
“Karena itu, mereka tak segan-segan mendatangi narasumber, terutama pejabat atau public figure yang punya masalah, dengan modus menakut-nakuti atau bahkan memeras,” ujarnya seraya berpesan agar para mahasiswa menghidari perilaku tersebut, karena akan jadi penghambat untuk menjadi jurnalis andal dan profesional. (sto)







