SURABAYA – (RadarJatim.id) – Mulai Sabtu (26/7/2025) sore, para penikmat lukisan di Surabaya dan kota-kota lain bisa menyaksikan pameran tunggal yang menampilkan karya perupa cilik Azzahra Adiva Myesha Khairunnisa. Perupa cilik bertalenta yang belum genap berusia 7 tahun ini, makin menguatkan debutnya sebagai pelukis lewat pameran tunggal di Galeri Merah Putih – Bali Pemuda Surabaya yang dibuka secara umumpada 27 -31 Juli 2025.
Pameran tunggal ini akan dibuka Mayjen TNI (Purn) Hari Krisnomo, pecinta seni, yang secara khusus memberikan apresiasi kepada seniman belia untuk terus berkembang dan maju secara profesional. Diharapkan, pameran ini memberikan ruang seluas-luasnya kepada seniman muda berbakat untuk menorehkan prestasi. Sementara bagi pecinta dan penikmat seni, akan memberikan suguhan karya kreatif yang mencerahkan.
“Pembukaan pameran kami agendakan mulai pukul 16.00 hingga 18.00 WIB dan dibuka untuk umum mulai 27 Juli hingga 31 Juli 2025, pukul 09.00 – 21.00 WIB, gratis” ujar Arik S. Wartono, kurator pameran, sebelum pembukaan pameran, Sabtu (26/7/2025).
Dikatakan, total ada 14 karya Azzahra yang dipamerkan di Galeri Merah Putih – Balai Pemuda Surabaya, Jl. Gubernur Suryo No. 15 Surabaya ini. Lukisan yang terbesar berukuran 100×150 cm (3 karya), dan yang terkecil sebuah karya lukisan cat air, spidol dan akrilik di atas kertas A3 dengan judul “Pagi di Sawah” (2024), yang telah mendapatkan penghargaan internasional dalam sebuah ajang kompetisi seni lukis anak internasional: Picasso an International Art Contest, Category Creative Brilliance 2025 (Gold Artist), Maret 2025.
Karya Naga yang Usil, berukuran 100×150 cm, cat akrilik dan spidol di atas kanvas (2025) memancarkan energi kreatif yang penuh dengan imajinasi dan keajaiban. Melalui goresan warna yang ceria dan komposisi yang dinamis, Azzahra Adiva menghadirkan semesta yang penuh dengan makhluk mitologis dan simbol-simbol yang kaya makna. Naga yang usil menjadi pusat perhatian, dikelilingi oleh peri-peri yang anggun, kucing yang lincah, dan tikus yang cerdik, semua hidup dalam harmoni di bawah langit yang dihiasi planet berpita.
Karya ini merefleksikan betapa seni dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan keajaiban dan misteri alam semesta, serta hubungan antara makhluk yang beragam. Naga yang Usil mengajak penikmat lukisan untuk melihat keindahan dalam keragaman dan merayakan kreativitas anak-anak yang penuh dengan imajinasi dan kehidupan. Dalam setiap goresan, dapat dirasakan kebebasan berekspresi yang menjadi esensi dari seni itu sendiri.

Karya ini juga dapat diinterpretasikan sebagai simbol perjalanan spiritual, di mana naga melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan, peri-peri melambangkan keanggunan dan kelembutan. Sementara kucing melambangkan kemandirian dan ketangkasan, dan tikus melambangkan kecerdikan dan adaptasi. Planet berpita di langit menjadi simbol keajaiban dan misteri alam semesta yang tak terbatas.
“Naga yang Usil mengingatkan kita, bahwa kreativitas dan imajinasi adalah kunci untuk memahami dan mengekspresikan keajaiban alam semesta,” tandas Arik yang juga Founder dan Pembina Sanggar DAUN yang telah melahirkan ratusan pelukis dan berprestasi ini.
Karya lainnya, Penyelidikan Kasus Bawah Tanah, cat akrilik dan spidol di atas kanvas, berukuran 50×50 cm (2025). Karya ini memancarkan energi kreatif yang dinamis dan imajinatif. Dengan dominasi background warna hijau cerah di atas teknik cipratan transparan warna hijau yang lebih gelap, Azzahra Adiva menyuguhkan gagasan yang lugas khas dunia anak. Seniman cilik ini menghadirkan dunia bawah tanah yang penuh misteri dan keajaiban. Tiga peri detektif yang cerdik dan kucing malang yang terperangkap menjadi fokus utama, sementara serangga di sekitarnya menambah dinamika visual yang kaya.
“Dari segi teknis, karya ini menunjukkan kemampuan Azzahra Adiva dalam mengolah warna dan bentuk dengan spontan dan ekspresif. Skets spontan menggunakan spidol dan goresan kuas tanpa ragu menggunakan warna-warna cerah menciptakan kesan yang dinamis dan penuh energi. Komposisi yang seimbang dan harmonis menunjukkan kemampuannya dalam mengatur elemen-elemen visual dengan baik,” jelas Arik.
Namun, di balik keindahan visual tersebut, karya ini juga mengajak penikmatnya untuk melihat lebih dalam tentang makna simbolis dan spiritual. Peri detektif dapat diinterpretasikan sebagai simbol kebijaksanaan dan intuisi, sementara kucing malang yang terperangkap dapat melambangkan kesulitan dan tantangan yang dihadapi dalam setiap fase hidup manusia. Serangga di sekitarnya dapat diartikan sebagai simbol keanekaragaman dan kompleksitas kehidupan.
Dengan demikian, Penyelidikan Kasus Bawah Tanah tidak hanya karya seni anak yang polos, indah sekaligus imajinatif, tetapi juga merupakan refleksi dari jiwa polos anak-anak yang tersembunyi dalam setiap relung diri para orang dewasa dalam mencari makna spiritual tentang kompleksitas hidup.
“Karya ini menunjukkan bagaimana anak-anak dapat mengekspresikan ide dan emosi mereka melalui seni, serta bagaimana seni dapat menjadi sarana untuk memahami dan mengekspresikan keajaiban kehidupan,” pungkasnya. (har)







