GRESIK (RadarJatim.id) — Malas, bodoh, miskin (MBM) menjadi isu sentral yang harus dilawan dan diperangi untuk menjadikan pribadi tangguh dan sukses dalam meraih masa depan. Karena itu, sejak dini mindset harus dikondisikan agar terhindar dari ketiga kondisi tersebut.
Perang terhadap gejala MBM menjadi pilihan isu yang diangkat dalam amanat upacara peringatan Hari Kemerdekaan ke-78 RI di Sekolah Menengah Kejuruan Manba’ul Ulum (SMK MU) Kebomas, Gresik, Jawa Timur, Kamis (17/8/2023).
Menjadi topik pilihan Kepala Sekolah dalam menyampaikan amanat saat upacara berlangsung. “Kalau hari ini kita masuk dalam Lingkaran MBS atau kalau saya bilang Lingkaran setan, sejatinya itu adalah nasib kita bukan Takdir”
Dipimpin oleh Kepala SMK MU, Drs Mudairin, MPd, upacara di halaman sekolah itu diikuti seluruh siswa, guru dan karyawan sekolah. Dikatakan, nasib merupakan akumulasi, kumpulan dari pikiran, gerak atau langkah seseorang.
“Nasih itu akumulasi, kumpulan dari pikiran kita, gerak kita, langkah kita. Maka, jadilah nasib kita yang terdapat pada diri kita saat ini,” ungkap Mudairin.
Ia pun memberikan contoh, di antaranya mindset seorang anak yang berada di pertigaan atau perempatan jalan yang minta-minta (mengemis). Menurut Mudairin, itu adalah nasibnya.
“Kenapa nasibnya begitu? Karena pikirannya dalam hari-harinya cuma diisi, ‘aku mene njaluk nangdi yo, mene aku oleh duwik njaluk’e piye yo‘. Itu terus yang dilakukan, maka pikirannya dilaksanakan jadi tindakan. Itu yang dia lakukan hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, sampai tahun demi tahun, maka tepatlah itu nasib yang diterima,” ungkapnya.
Karena itu ia berpesan, jika saat ini seseorang berada dalam “lingkaran setan” tersebut, maka harus ada kemauan untuk mengubah menjadi lebih baik. Hari ini, lanjutnya, harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Itulah falsafahnya umat Islam yang mesti ditanamkan dalam hati dan pikiran untuk mendasari sikap dan tindakan sehari-hari.
“Kalau hari ini sama dengan hari kemarin, maka rugilah kita. Kalau hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah kita. Begitulah pesan yang tertulis dalam Kitab Suci Al Quran,” tandasnya, seraya berpesan agar setiap pribadi mau dan siap memerangi kebodohan, kemalasan, dan kemiskinan untuk meraih sukses.
Dalam rangka mengisi kemerdekaan, ia berpesan untuk memutus rantai setan tersebut, kemudian diganti dengan berkarya sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing.
“Begitu kalian datang, kita tidak bisa atau tidak mampu membuat karya teknologi, misalnya, nggak masalah.Masih banyak karya lain yang bisa dikerjakan. Contoh kenapa pohon bisa hijau di tempat yang gersang, karena ada karya orang yang menyiram,” katanya.
Amanat pun ditutup dengan pesan singkat agar para siswa dan guru merasa saling memiliki dan saling berkreasi di lingkungan masing-masing, khususnya untuk SMK Manba’ul Ulum. Jadi, sekali lagi mari anak-anak termasuk bapak ibu guru, kita lawan malas, bodoh dan miskin kita ini untuk mengisi kemerdekaan. Kalau tidak hari ini kapan lagi, kalau tidak kita siapa lagi,” pungkasnya. (maz)
Kontributor: Nurul Azizah







