SIDOARJO (RadarJatim.id) – Abd. Basith, peneliti dari Studi Advokasi Kebijakan dan Anggaran (SAKA) Sidoarjo menyatakan bahwa program-program pembangunan infrastruktur benar-benar membutuhkan pengawasan atau kontrol yang ketat, cermat dan efektif untuk mencegah ketidaksesuaian target kualitas hasil maupun waktu penyelesaian. Seperti yang pernah terjadi pada tahun 2021 dan 2022 lalu.
Pada Tahun Anggaran (TA) 2023 ini, ada temuan terbaru di proyek betonisasi ruas jalan Desa Krembung ke Desa Mojoruntut, Kecamatan Krembung yang terpaksa harus dihentikan untuk sementara waktu. Gara-garanya, ditemukan retakan-retakan dihamparan beton.
”Belum dilewati saja sudah retak betonnya. Bagaimana kalau nanti dilewati,” kata salah seorang warga yang tinggal disisi barat jalan beton tersebut.
Berdasarkan pantauan dilapangan terlihat beberapa retakan pada hamparan beton, ada retakan yang berbentuk garis kecil, melengkung dari sisi kanan hingga ke kiri hamparan beton, ada pula retakan yang terlihat seperti lubang memanjang.
”Jalan ini sering dilewati kendaraan-kendaraan berat. Apa nggak tambah hancur kalau dilewati truk pengangkut sirtu,” ungkap pengendara sepeda motor yang mengaku setiap hari lewat jalan itu dari Ngoro-Mojokerto menuju Sidoarjo.
Dwi Eko Saptono, Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kabupaten Sidoarjo saat dikonfirmasi awak media dikantornya mengatakan bahwa proyek jalan beton di Krembung – Mojoruntut itu memang dihentikan sementara.
Dikatakan oleh Dwi Eko bahwa penghentian sementara dilakukan sekitar dua miggu yang lalu, karena ditemukan ada empat titik retakan diruas sepanjang 410 meter tersebut.
”Ada laporan dari bawah. Kami turun ke lokasi dan menghentikan pekerjaan,” kata Dwi Eko, Jum’at (22/09/2023).
Dwi Eko menjelaskan bahwa proyek jalan beton ruas Krembung – Mojoruntut yang dibangun dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) itu konstruksinya tanpa besi tulangan, disesuaikan dengan kelas jalan yang seharusnya tidak dilewati truk besar.
“Namun, didekat jembatan tetap dipasangi tulangan oleh kontraktornya agar lebih kuat,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa penghentian sementara itu dilanjutkan dengan investigasi untuk menyelidiki penyebab hamparan beton proyek tersebut retak-retak. “Apakah dari pembuatan beton (batching plant, red) sampai metode penghamparan betonnya,” tambahnya.
Menurut Dwi Eko bahwa dari hasil investigas sementara, tidak ditemukan kesalahan dalam batching plant atau kualitas betonnya tidak bermasalah. Meskipun demikian, Dinas PU BMSDA Sidoarjo tetap melakukan konsultasi dengan ahli yang tujuannya untuk mencari opini pembanding atau second opinion terkait terjadinya retakan dihamparan beton tersebut.
”Kami ada tenaga ahli. Seorang profesor dari perguruan tinggi negeri,” ucapnya.
Dari hasil konsultasi itu menyebutkan bahwa ada dua kemungkinan penyebab beton tersebut retak, yaitu metode pelaksanaan pekerjaan dan faktor cuaca. Diantara kedua faktor itu yang didalami adalah kesalahan dalam metode pelaksanaannya.
”Dua kali kami gelar permasalahan. Kami menduga metodenya kurang pas, sehingga terjadi retakan,” urainya.
Untuk itu, pihaknya memiliki dua opsi untuk menyelesaikan betonisasi diruas jalan tersebut. Opsi pertama melakukan pembongkaran terhadap beton yang retak. Namun pembongkaran dan pembetonan kembali membutuhkan waktu panjang, sehingga dimungkinkan waktunya tidak cukup hingga target penyelesaian.
Selain itu, masalah juga muncul terkait pembuangan sisa bongkaran beton, karena tidak ada spoil bank atau tempat pembuangannya.
Sedangkan opsi kedua, yaitu jalan beton yang retak tetap diakui, namun tidak dibayar dengan konsekuensi bahwa kontraktor wajib melakukan rigid atau perngerasan ulang terhadap retakan besar struktur beton itu.
“Pengawasan akan dilakukan lebih ketat, harus dikawal. Opsi-opsi itu segera diputuskan. Insya’ Allah pekan depan, pekerjaan sudah dimulai lagi,” terangnya. (mams)







