Oleh ADRIONO
Stres ternyata dibutuhkan bagi kesehatan jiwa. Pada kadar tertentu, stres bahkan dapat meningkatkan kinerja seseorang. Dalam ilmu kesehatan jiwa, stres pada kadar tertentu itu disebut optimum stress. Stres optimal justru memberikan tantangan bagi seseorang untuk menghadapinya.
Biasanya pressure yang rendah gampang membuat orang menjadi boring. Sebaliknya, tekanan yang melewati batas toleransi tentu akan membuat orang cemas dan jatuh sedih. Jadi, stres “secukupnya” dipercaya dapat menghadirkan best performance.
Dokter spesialis dan konsultan kesehatan jiwa dr Azimatul Karimah, SpKJ (K), FISCM, mencontohkan, pemberian deadline (waktu tenggat) atau target bagi karyawan merupakan contoh dari stressor.
“Bahkan promosi jabatan itu juga bisa menjadi stres, karena promosi bagi orang tertentu bisa membuatnya menjadi unhappy. Sedangkan bagi orang lain promosi jabatan menjadi tantangan untuk berprestasi lebih baik,” katanya dalam acara kajian daring Ahad Malam yang diinisiasi Dr Moh. Sulthon Amien, MM, Minggu (4/10/2020).
Agaknya semua bergantung kepada sudut pandang individu yang bersangkutan. Stres dapat dipandang sebagai alarm peringatan akan adanya gejala gangguan kejiwaan, tetapi bisa juga dilihat sebagai tantangan yang positif.
Maka berbaik sangka dan berburuk sangka punya dampak psikologis yang berbeda. Menurut dr Azimatul, banyak penelitian menunjukkan, apabila seseorang berbaik sangka maka bagian-bagian otak positifnya menjadi hiperaktif dan akan menuntunnya kepada sikap dan perilaku positif.
“Sebaliknya bila kita selalu berprasangka buruk, maka bagian otak yang buruk, otak reptile, juga ikut hiperaktif dan akan mengarahkan kepada perilaku buruk. Seperti reptile: buas atau liar,” kata dosen FK Unair Surabaya ini.
Dikatakan, pandemi Covid-19 saat ini membuat semua orang stres, baik orang dewasa maupun anak-anak. Oleh karena itu, yang paling penting adalah bagaimana respons kita terhadap tekanan mental tersebut: apakah akan menguatkan diri atau justru melemahkan diri? Apalagi stres ternyata bisa menular. Stres orang tua dapat ditularkan ke anak. Sebaliknya stres anak juga bisa menular kepada orang tua.
“Lingkaran setan itu harus kita putus. Karena kita tidak dapat menuntut anak agar menyelesaikan stresnya sendiri, maka orang tualah satu-satunya yang harus melakukannya,” kata psikiater RS Al-Irsyad Surabaya ini.
Orang yang bermental sehat adalah orang yang mampu menyesuaikan diri secara konstruktif kepada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk. Ia merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan. Selain itu, ia dapat menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari. Begitu antara lain ciri sehat mental yang dirumuskan WHO.
Datangnya wabah Corona bisa dipersepsi sebagai azab atau peringatan. Tetapi, wabah itu juga menjadi tantangan untuk mengembangkan potensi diri dan ilmu pengetahuan. Pandemi dapat menjadi masa yang menakutkan, bisa menjadi sarana untuk belajar, dan bisa juga sebagai ajang untuk bertumbuh.
Pribadi yang ketakutan akan memborong masker dan obat berlebihan. Pribadi pembelajar akan menyadari situasi dan berpikir untuk bertindak. Sementara pribadi yang bertumbuh akan fokus mencari cara untuk beradaptasi dengan perubahan serta memikirkan orang lain beserta cara membantunya.
Jadi, sudahkah Anda stres hari ini? (*)
