SURABAYA (RadarJatim.id) – Perlahan, namun pasti. Inilah langkah konkret Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam membuktikan komitmen untuk menghidupkan kawasan Gang Dolly yang sejak 2014 silam disterilkan dari praktik prostitusi menjadi sentra ekonomi baru bagi masyarakat. Bahkan, tak sedikit mantan pekerja seks komersial dan germonya kini hijrah menekuni usaha baru dengan mengelola UMKM atau berdagang produk kerajinan dan kebutuhan sehari-hari.
Upaya Pemkot mengubah citra negatif Gang Dolly yang sebelumnya dikenal sebagai pusat prostitusi terbesar se-Asia Tenggara menjadi magnet ekonomi baru bagi masyarakat pun terus dilakukan. Salah satu yang baru saja dilakukan adalah membangun pasar burung dan sentra batu akik yang dipadu dengan pusat kuliner di lokasi bekas lokalisasi itu.
Berdiri atas lahan seluas 840 meter persegi, pasar burung dan sentra batu akik itu diresmikan pengoperasiannya oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharani, Rabu (21/10/2020) lalu. Lokasinya di seputaran Gang Dolly, tepatnya di Jl. Kupang Gunung Timur I No. 14-16 Surabaya. Diharapkan, lokasi itu menjadi sentra ekonomi baru bagi masyarakat untuk pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Pembangunan pasar burung dan sentra batu akik ini merespon besarnya animo masyarakat, terutama komunitas pencinta burung berkicau dan pencinta batu akik di Surabaya. Selain dimaksudkan sebagai sentra ekonomi baru masyarakat, keberadaan pasar burung dan sentra batu akik itu untuk membalik stigma negatif kawasan Dolly menjadi positif di mata publik.
“Pasar ini dibangun atas usulan dari warga. Harapannya, jadi wadah bagus untuk pecinta atau komunitas burung dalam mengadakan lomba sambil berwisata kuliner. Sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,” ujar Wali Kota Tri Rismaharini, usai meresmikan fasilitas ekonomi baru ini.
Pengamatan di lapangan, di area pasar burung ini terdapat 26 stan pedagang burung, penjual sangkar, perlengkapan aksesoris burung, juga pakan dan vitamin burung. Selain itu, untuk mengakomodasi para penghobi burung berkicau, disiapi 104 gantangan burung untuk lomba, baik skala latber (latihan bersama) maupun latpres (latihan prestasi).
Unfuk para pengunjung, juga dilengkapi fasilitas empat unit toilet, kantor pengelola, musholla, dua pos keamanan Linmas dan lahan parkir yang memadai. Tak hanya itu, 10 junit stand kuliner dan stan pedagang batu akik juga melengkapi pasar burung ini.
Di kawasan ini, juga disiapkan stand yang menampung beragam jenis produk UMKM, seperti sandal, batik, hingga ameka makanan ringan atau camilan.
Seperti diketahui, kawasan pasar burung ini dulunya memang pernah dikenal sebagai lokalisasi terkenal, bahkan terbesar di Asia Tenggara. Atas dorongan masyarakat dan sejumlah pihak, Pemkot Surabaya menutup lokalisasi eks Gang Dolly ini pada 2014 silam.
Seiring berjalannya waktu, bekas lokalisasi Dolly ini kini telah menjelma menjadi salah satu sentra UMKM di Surabaya. Oleh Pemkot Surabaya, mantan pekerja seks komersial di lokaliasi ini dibekali berbagai keterampilan sebagai bekal hidup dan berwira usaha agar bisa hijrah ke kehidupan yang lebih baik. Maka, dari tangan mereka lahir aneka produk UMKM yang siapkan dipasarkan.
“Warga eks lokalisasi Dolly ini diberikan Tuhan kelebihan lain. Mereka memiliki talenta dan kreativitas yang luar biasa. Perekonomian mereka harus terus berjalan. Mudah-mudahan mereka bisa jalan dan memperbaiki kehiduoan di masa pandemi ini,” tandas Risma. (Phaksy/Redaksi)







