SIDOARJO (RadarJatim.id) — Sejak pagi hari, semangat dan keceriaan terpancar dari wajah-wajah para siswa SMA Negeri 1 Tarik. Mereka mengenakan seragam rapi dan berbaris dengan tertib, antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan dalam peringatan Dies Natalis ke-21 yang dirangkaikan dengan peringatan Hari Anak Nasional, pada (25/7/2025) pagi.
Dilaksanakan secara sederhana, dan pada puncaknya ditandai dengan penyajian dan makan bersama 40 tumpeng, yang semuanya difasilitasi langsung oleh pihak sekolah. Tumpeng-tumpeng tersebut tersusun rapi di meja-meja panjang, masing-masing dikelilingi aneka lauk yang melambangkan keberagaman, rezeki, dan harapan.
“Di balik kesederhanaan, tersimpan makna mendalam. Inilah wujud rasa syukur, penghormatan, dan harapan untuk masa depan SMA Negeri 1 Tarik yang lebih maju dan membumi,” doa Kepala SMA Negeri 1 Tarik, Wiwik Tri Ernawti, S.Sos didampingi jajarannya.
Ia terangkan, dalam tradisi Jawa, tumpeng bukan hanya makanan, melainkan simbol hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, serta manusia dengan alam. “Kerucut nasi tumpeng melambangkan doa yang mengarah ke atas, permohonan akan kehidupan yang terus membaik. Sementara lauk-pauk yang melingkar di sekelilingnya menjadi pengingat bahwa hidup memerlukan keharmonisan dalam perbedaan,” terangnya.
Momen potong tumpeng dan makan bersama menjadi penutup yang penuh kehangatan. Siswa, guru, dan seluruh warga sekolah duduk berdampingan tanpa sekat, saling menyenduk nasi, bercengkerama ringan, dan menyatukan harapan yang sama, menjadikan SMAN 1 Tarik lebih maju, lebih bermutu, dan lebih membumi di hati masyarakat.
“Kebersamaan ini menjadi refleksi bahwa sekolah bukan sekadar tempat belajar, melainkan rumah kedua tempat karakter dibentuk, nilai ditanamkan, dan masa depan dirancang bersama,” jelasnya.
Tidak hanya itu, kirim doa khusus juga dipanjatkan bagi para pendiri, guru, dan tokoh-tokoh sekolah yang telah wafat, sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan terima kasih atas jasa mereka membangun pondasi sekolah hingga menjadi seperti sekarang.

Suasana haru begitu terasa saat nama-nama mereka disebut dalam lantunan doa. Momen ini seolah mengikat sejarah dan masa kini dalam satu napas doa yang tulus, menghadirkan kembali semangat pengabdian dan keteladanan mereka di hati para peserta didik dan pendidik.
Perlu diketahui acara dimulai dengan khataman Al-Qur’an yang dilantunkan secara bergantian oleh siswa, guru, dan tenaga kependidikan, menciptakan suasana religius yang menyentuh hati. Seusai khataman, kegiatan dilanjutkan dengan doa bersama lintas agama, di mana seluruh siswa dan guru dari berbagai latar keyakinan duduk bersama, menundukkan kepala dalam hening yang sama, menandai bahwa keberagaman adalah kekuatan yang mempererat.
Meski tidak diisi dengan pertunjukan seni atau kemeriahan panggung, kegiatan peringatan ini justru meninggalkan kesan yang dalam. Semangat mereka terlihat begitu menyala, mereka tidak hanya hadir untuk mengikuti seremonial, tetapi benar-benar mengambil peran sebagai pewaris nilai dan budaya sekolah.(mad)







