SURAKARTA (RadarJatim.id) – Jantung pisang cavendish (Musa acuminata Colla) ternyata tidak hanya berakhir sebagai limbah lignoselulosa dalam bidang pertanian. Sekelompok peneliti dari Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil membuktikan, bahwa limbah tersebut dapat diolah menjadi turunan selulosa ester yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis tinggi.
Beberapa tahun terakhir, riset di bidang green chemistry menjadi tren bagi para peneliti dan semakin berkembang. Mengonversi limbah biomassa menjadi bahan kimia bernilai tinggi menjadi fokus riset dunia, karena mampu mengurangi ketergantungan bahan baku fosil sekaligus menekan emisi karbon.
Riset ini dilakukan oleh mahasiswi magister bernama Syafira Narendraduhita dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS, bersama dengan Prof Venty Suryanti dan Dr rer.nat Maulidan Firdaus, selaku dosen pembimbing. Dalam penelitian tersebut, selulosa diisolasi dari jantung pisang cavendish melalui beberapa tahap, seperti isolasi selulosa (alkalisasi dan bleaching) dan sintesis selulosa ester.
“Selulosa merupakan polimer alami yang mudah terurai, dan dengan metode yang tepat bisa diolah menjadi turunan selulosa ester. Yang menarik, kami menggunakan pendekatan green synthesis, sehingga prosesnya lebih efisien, hemat energi, dan minim limbah guna memenuhi prinsip green chemistry,” jelas Syafira.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penggunaan asetat anhidrida, benzoil klorida, dan asam sitrat sebagai agen esterifikasi dalam sintesis turunan selulosa ester menghasilkan kondisi paling optimal dengan rendemen tinggi dengan waktu singkat. Uji laboratorium menggunakan FTIR, SEM, dan TGA menegaskan kualitas produk yang dihasilkan. Tidak hanya itu, analisis perbandingan konsumsi energi juga membuktikan bahwa metode sonikasi ini jauh lebih efisien dibandingkan metode konvensional.
Turunan selulosa ester yang dihasilkan dari proses isolasi dan sintesis berpotensi digunakan sebagai plastik biodegradable, bahan kosmetik alami hingga material farmasi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian tidak hanya penting secara akademik tetapi juga bisa dikomersilkan secara nyata.
Menurut para peneliti, temuan ini bukan sekadar inovasi di bidang kimia, tetapi juga solusi nyata terhadap dua persoalan sekaligus: pengelolaan limbah pertanian dan pencarian bahan baku alternatif yang lebih ramah lingkungan.
“Dengan memanfaatkan limbah jantung pisang, kita tidak hanya mengurangi potensi pencemaran, tetapi juga membuka peluang baru untuk pengembangan material berbasis biomassa yang lebih berkelanjutan,” tambah tim peneliti.
Syafira juga berharap, penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti muda untuk lebih mengembangkan inovasi dari bahan yang sering dianggap limbah dan tidak memiliki nilai guna yang tinggi, padahal sebenarnya bisa menjadi sumber daya baru jika bisa diolah dengan pendekatan yang tepat.
Penelitian ini bahkan sudah dipamerkan dalam International Conference of the Indonesian Chemical Society (ICICS) yang diselenggarakan di Semarang. Melalui forum internasional ini, karya inovatif mahasiswi dan dosen UNS mendapat apresiasi dan perhatian lebih luas dari para akademisi dan peneliti di bidang kimia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal menuju industri kimia hijau di Indonesia. Selain mendukung ekonomi sirkular, inovasi ini juga selaras dengan tren global yang menuntut keberlanjutan dan efisiensi energi dalam setiap proses produksi. (rj2)




