GRESIK (RadarJatim.id) — Pelaksanaan halal bihalal warga di lapangan RW 07 Perumahan Griya Karya Giri Asri (GKGA) Kedanyang, Kebomas, Gresik, pada Sabtu (12/4/2025) malam terasa istimewa. Hal itu karena ajang silaturahmi yang diprakarsai oleh warga RT 06 RW 07 itu dihadiri anggota DPRD Gresik, Saichu Busyiri, bahkan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Gresik, Dr Hariyanto, SPd, MM, hadir sebagai penceramah acara yang digelar secara lesehan ini.
Saichu Busyiri, anggota DPRD Gresik dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) ini saat menyampaikan sambutan mengatakan, hadirnya Kadisdik Hariyanto sebagai penceramah merupakan momentum luar biasa yang bisa dimanfaatkan oleh warga, terutama para generasi mudanya.
“Sebab, Pak Doktor Hariyanto yang sudah sangat kenyang dengan dunia pendidikan dan kini mencapai posisi puncak di dunia pendidikan di Gresik ini. Karena itu, manfaatkan, barangkali ada masalah apa saja terkait pendidikan, bisa dikomunikasikan. Sementara saya, insya Allah siap pengawal pencairan anggaran pembangunan untuk warga di sini yang sudah diajukan ke Pemda,” ujar Saichu.
Sementara Hariyanto, dalam tausyiyah-nya menyampaikan seputar perlunya mengevaluasi diri atas pelaksanaan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Dikatakan, ada 4 indikator, bahwa puasa seseorang itu diterima oleh Allah yang hasilnya memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari.
“Mari sama-sama kita nilai dan rasakan, puasa kita termasuk yang berhasil atau sebaliknya, hanya mendapat lapar dan dahaga, jue’ wal athos. Ibaratat HP, selama puasa, baterai yang suka ngedrop, di-charge selama sebulan. Harapannya, dampaknya akan lebih baik bagi diri kita,” ujar Hariyanto.
Dikatakan, keempat indikator, bahwa puasa seseorang diterima dan berdampak pada perbaikan kehidupan adalah:
Pertama, hati pelakunya merasa tenang. Jika sebelum dan saat Ramadan hatinya suka ruwet, maka selepas puasa selama sebulan penuh, akan merasa tenang. Ini, lanjut Hariyanti, indikasi puasanya berhasil.
“Tapi nek tambah sumpek, tambah ruwet, alamat puasanya tidak diterima. Mari kita raba diri kita masing-masing,” kata doktor alumni Unesa ini.
Ia lalu menjelaskan mengapa hati seseorang selalu merasa sempit atau sumpek. Sebabnya, sambung Hariyanto, karena kurang bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, sehingga selalu merasa kurang dan ruwet. Selanjutnya, masih bersarangnya hasat dan dengki di hati.
“Cirinya, suka SMS (susah melihat senang) orang lain dan SMS kedua, senang melihat susahnya orang lain. Mangkane, hasatnya harus dikurangi, dengkinya juga harus dikurangi biar gak ruwet hidupnya. Selanjutnya, kurang tawakal kepada Allah atas kondisi yang dialami.
Ciri atau indikator kedua dari orang yang puasanya berhasil adalah suka infak (loman), baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Karena itu, pesan Hariyanto, jangan bermental miskin, suka minta-minta. Sebaliknya, jadilah orang-orang yang loman, suka memberi.
“Orang loman pasti bahagia hidupnya. Karena itu, jadilah orang yang suka sedekah, suka memberi, suka nraktir. Pokoknya loman-lah,” katanya memotivasi.
Indikator ketiga, lanjut Hariyanto, seseorang yang tidak gampang marah (pemarah) atau emosional. Orang yang puasanya berhasil, memiliki kotrol emosional yang bagus. Pada gilirannya, ia akan menjadi orang yang penyabar. Kondisi sabar itu, berlaku bagi siapa saja, misalnya orang tua terhadap anaknya, suami terhadap istrinya atau sebaliknya, juga dengan sesama.
“Dan indikator yang terakhir, yang keempat adalah suka memaafkan orang lain. Sikap pemaaf, menurut dia, jauh dari pendendam dan cepat menyelesaikan masalah dengan sesamanya,” jelasnya.
Ia mengingatkan, kesalahan yang diperbuat kepada sesama, harus diselesaikan dan dituntaskan sebelum meninggal. Pasalnya, jika masih menggantung dan belum terselesaikan, akan berlanjut sampai di akhirat dan kelak berpotensi menjadi orang yang bangkrut.
“Kalau punya salah atau berdosa dengan Tuhan, caranya gampang. Istighfar, minta ampun lalu bertobat, selesai, karena Allah itu Maha Pengampun. Tapi, kalau punya salah dengan sesama manusia dan belum dibereskan semasa hidup, sampai akhirat akan ditagih, jelasnya.
Ia kembali mengingatkan, jangan sampai jadi orang yang bangkrut di akhirat karena amal kebaikan yang dilakukan di dunia, pahalanya berpindah kepada orang yang disakiti. Tak hanya itu, bahkan orang yang suka menyakiti orang lain dan belum meminta maaf, maka ia akan menerima limpahan dosa dari orang yang disakiti.
“Itulah hakikatnya orang yang bangkrut itu. Karena itu, jadilah orang suka memaafkan kesalahan orang lain. Dan, halal bihalal inilah momentum pas bagi kita untuk saling memaafkan. Kosong-kosong yo dulur. Dosa Sampayen saya sepuro, dan saya juga minta sepuro (maaf) atas semua kesalahan yang saya perbuat. Itu yang harus kita lakukan,” pungkasnya. (har)







