GRESIK (RadarJatim.id) — Dua dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wijaya Putra (FEB UWP) Surabaya mampu berinovasi dalam Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam produksi opak jepit. Keduanya adalah Yanuar Fauzuddin dan Andi Iswoyo, yang memiliki cara berbeda untuk memberdayakan masyarakat, khususnya pelaku UMKM di Desa Peganden, Kec. Manyar, Gresik, Jawa Timut.
”Ide awalnya, pembuatan TTG Opak Jepit murni dari kami. Kemudian dibantu teman-teman dari Fakultas Teknik, ada pak Muhammad Muchid untuk desainnya,” ujar Yanuar, Selasa (5/9/2023).
Opak jepit merupakan makanan ringan yang banyak digemari masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Gresik dan sekitarnya. Makanan tersebut dibuat dengan cara menjepit adonan dengan plat besi, kemudian dipanggang di atas api. Selama ini, alat opak jepit dibuat dengan plat besi yang cenderung tidak higienis, tidak ergonomis dan kapasitas produksinya rendah.
Dengan pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi (Diktiristek), Kemendikbudristek, melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM), kedua TTG ini kemudian dikembangkan dan didesiminasikan kepada mitra, yaitu pengusaha kecil opak jepit di Desa Peganden, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Desa Peganden merupakan salah satu sentra makanan ringan di Kabupaten Gresik.
Ide pembuatan TTG opak jepit tersebut muncul setelah mereka melihat lokasi mitra pengabdian kepada masyarakat yang sempit dan tidak memungkinkan untuk mengembangkan TTG sesuai desain awal menjadi hingga 2 meter.
”Inovasi dalam TTG ini adalah bentuknya yang lebih ringkas, tidak membutuhkan tempat luas dan jumlah plat penjepit yang lebih banyak dibanding yang ada di pasaran. Biasanya hanya 6-8 plat, hasil inovasi ini bisa menjadi hingga 14 plat. Dengan TTG ini, mampu meningkatkan kapasitas produksi mitra hingga 2 kali lipat,” ujar Andi.
Tidak hanya itu, mereka berdua juga membuat inovasi TTG pres kemasan yang lebih baik dibanding yang ada di pasaran. Alat pres pada umumnya menggunakan handsealer, yang ketebalan pres kemasannya hanya 1-2 mm. Sedangkan dengan TTG ini, ketebalan pres hingga 1-1,2 cm. Dengan ketebalan tersebut, hasil pres lebih baik dan kualitas opak jepit lebih bertahan lama.
Dengan dua TTG ini, kapasitas produksi mitra meningkat hingga 3 kali lipat, lebih higienis, karena menggunakan plat stainless steel yang foodgrade. Sealin itu, kualitas produk yang lebih baik, lebih ergonomis sehingga tidak menyebabkan sakit punggung.
Selain desiminasi dua TTG tersebut, tim pelaksana juga memberikan pelatihan dan pendampingan pengoperasian TTG, maintenance ringan, pemasaran offline dan online, dan pencatatan transaksi keuangan. (sto)







