KEDIRI (RadarJatim.id) — Salah satu dapur dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, tepatnya di Desa Tertek, saat ini mulai dioperasionalkan setelah sebelumnya mengalami molor dari jadwal yang ditentukan, yakni pada Senin, 3 Januari 2025.
Di dapur Desa Tertek, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menjelaskan, tertundanya layanan itu karena ia belum menerima perintah secara langsung dari pihak Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai acuan pelaksanannya.
“Kemarin memang belum ada juknis (petunjuk teknis) yang pasti dari BGN. Maka dari itu, launching-nya ditunda dan baru saat ini kami melakukan running,” ungkap Alannadya Adila, Kepala SPPG Desa Tertek saat launching, Senin (17/2/2025).
Dalam dropping program MBG itu, kepala SPPG Desa Tertek membaginya menggunakan sistem 2 shift dengan cakupan 14 madrasah penerima manfaat yang jaraknya tak lebih dari 2,5 km secara bertahap dan berkelompok.
“Kalau pagi sekitar pukul 08.00 untuk MI dan SD kelas 1 sampai kelas 2, sedangkan kelas 3 sampai SMA itu yang pukul 09.30. Yang pasti tidak menggangu jam belajar para siswa,” ujarnya.
Menu yang dicantumkan dalam awal running pelaksanaan program MBG ini, meliputi nasi, semur daging, sayur oseng kacang, minuman susu, dan buah jeruk.
Sementara mitra kerja BGN, Agus Yusron Ahmad ,yang sekaligus juga sebagai pengasuh di Yayasan Pesantren erbasis tahfidz Quran ini mengungkap, saat launching dihadiri oleh segenap jajaran Muspika Pare, juga perwakilan dari madrasah di Desa Tertek.
Dari total 3.131 pelajar yang menjadi penerima manfaat itu, Yusron menjelaskan, seluruhnya adalah madrasah atau yayasan di wilayah Desa Tertek. Jadi, dalam pendistribusiannya, Yayasan Sunan Ampel Al-Muhsini ini menggunakan 2 kendaraan sebagai sarana distribusi.
Sementara dari Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Desa Sidorejo, Kecamatan Pare, saat memeriksa keadaan dan kelayakan dapur SPPG di Desa Tertek, menerangkan, sebagian petugas penjamah makanan ternyata telah memiliki sertifikat.
“Untuk dapur ini (Tertek) hari ini launching, jadi memang ada beberapa yang harus diperbaiki lagi. Secara umum sudah aman, tadi juga ada sekitar 37 penjamahan makanan, kira-kira 50% lebih sudah memiliki sertifikat penjamahan makanan,” kata Eri Eka, sanitarian Puskesmas Sidorejo.
Ia mengimbau seluruh juru masak untuk tetap menjaga kebersihan bahan baku hingga proses pendistribusian ke yayasan-yayasan yang telah diplot untuk pendistribusian.
“Dari hasil inspeksi kesehatan lingkungan, kami yang memang membutuhkan pemantauan yang lebih, misalnya seperti penggunaan alat pelindung diri (APD) dan kepatuhan cuci tangan pada penjamahan makanan, ini harus dipantau secara terus-menerus, karena ini merupakan salah satu titik critical control point yang harus dipatuhi oleh seluruh penjamah,” ujarnya.
Bukan hanya itu, ia juga menyarankan agar penyediaan tempat sampah serta kantong plastik agar lebih mudah dalam proses pengangkutan dan ketika diangkut tidak berceceran. Ini disampaikan mengingat bukan hanya satu atau dua orang saja yang mengonsumsi makanan itu, melainkan ribuan pelajar penerima manfaat agar ke depannya bisa mencegah adanya kejadian luar biasa (KLB). (rul)