SURABAYA (radarjatim.id) – Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) pada perubahan anggaran pendapatan belanja daerah (P-APBD) tahun 2020 mengalokasikan tambahan dana sebesar Rp 8 miliar untuk dinas Komunikasi dan Informasi Jatim. Sebagian dari tambahan anggaran tersebut digunakan untuk kepentingan program OPOP (One Pesantren One Product) yang dicanangkan Gubernur Khofifah 2019 lalu.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Jatim, Benny Sampirwanto, mengatakan alokasi anggaran untuk OPOP yang ditempatkan di instansinya sebesar Rp 3,5 miliar.
“Anggaran tersebut memang ditempatkan di Dinas Kominfo untuk keperluan sosialisasi dan publikasi OPOP Jatim,” ujar Pjs Bupati Trenggalek ini, Selasa (29/9/2020).
Benny menjelaskan, penggunaan anggaran Rp 3,5 miliar itu diperuntukkan pada dua hal. Kduanya adalah publikasi melalui Podcast (radio online) serta program Kopilaborasi dengan beberapa pesantren yang dinilai tim OPOP layak dipublikasikan.
Pertimbangan lainnya, lanjut Benny, masing-masing pondok pesantren itu berbeda dalam hal bidang kekuatan usaha. Ada yang usaha air dalam kemasan, ada pengelolaan bahan pangan hasil perikanan, mengolah sabun dan konveksi.
“Pondok pesantren yang sudah berhasil ini yang dipilih oleh tim OPOP pantas untuk dipublikasikan,” terangnya.
Dengan adanya publikasi diharapkann masyarakat mengetahui, kemudian antarpondok pesantren termotivasi untuk melakukan keberhasilan serupa seperti dimiliki pesantren lain.
“Kita sudah planing dengan baik mana saja ponpes yang berhasil dan menjadi nara sumber untuk sosialisasi OPOP. Ini selain untuk meningkatkan pesantren unggulan agar berkontribusi yang lebih besar lagi kepada masyarakat luas secara ekonomi dan kesejahteraan,” beber mantan Kabiro Humas dan Protokol Pemprov Jatim ini.
Jangkauan publikasi dari OPOP terdiri atas santri preneur, pesantren preneur dan sosio preneur. Sehingga pada kegiatan Podcast diperuntukkan pada 12 pondok pesantren. Podcast itu sendiri diambilkan nara sumber dari pengasuh ponpes, alumni pesantren dan pelaku usaha di lingkungan pesantren yang telah berhasil bisnisnya.
“Podcast ini semacam radio online. Yang kemudian hasilnya kita bisa pasang ke radio-radio serta media sosial,” ujarnya.
Sedangkan Kopilaroborasi, kata Benny, alokasi anggarannya lebih besar daripada Podcast. Ini nanti dikemas semacam talkshow. Salah satunya mengangkat tema kemandirian pangan berbasis pesantren dari akademisi, perbankan, tim OPOP dan pesantren di Nganjuk yang konsen di pertanian organik.
“Audiensi Kopilaborasi itu selain pesantren juga santri se Jawa Timur serta masyarakat umum,” katanya. (sab/rj2)







