Oleh Moh. Husen*
Diskusi yang digelar oleh Kalimasada Institute dengan tema “Budaya dan Kekuasaan” itu berlangsung kurang lebih dua jam. Yang datang orang-orang “lumayan penting” yang selama ini turut mencemaskan keadaan negaranya, hingga ada yang gamang dan bingung pada Pilpres, 14 Februari 2024 nanti nyoblos siapa.
Kalau ada kalimat mencemaskan keadaan negaranya, kita boleh mengkritisi: “Memangnya berapa persen cemasnya? 5 persen? 10 persen? Bukankah yang mencemaskan itu kalau kita nggak punya uang, nggak bisa beli baju dan mobil mewah? Kalau nggak punya duit, kita rawan diinjak, diabaikan, dan dibuang!”
Yang jelas, diskusi di Warkop Obos pajero (pasar njero) Banyuwangi malam itu berlangsung seru. Hingga merambah ke satria piningit dengan berbagai macam tafsir yang tidak boleh dipaksakan dan siapa pun tidak boleh merasa paling benar dengan tafsirnya. Biasa-biasa saja.
Satria piningit bisa Nabi Muhammad SAW yang andai sekarang tahun 2023 baru saja diresmikan Allah jadi Nabi dan Rasul, orang belum tentu percaya kepadanya. Muhammad itu piningit: dia terasingkan dan ditentang oleh cara berpikir berhala, materialisme, atau yang serba jasad.
Cara berpikir berhala atau jasad itu sederhana: pokoknya kalau tidak pakai songkok pasti koruptor. Kalau baca doa tidak fasih pasti bukan orang salih. Memakai kaos oblong pasti bukan pecinta nabi. Dan, kalau belum kaya sampai tua, jangan-jangan dosa-dosanya paling banyak sedunia.
Tapi malam itu saya tidak ngomong seperti itu. Ntar saya diledek: “fans beratnya Cak Nun nih yeh….”
Tulisan ini bukan sebuah reportase. Melainkan sebuah rasa syukur secara pribadi, bahwa betapa banyak forum-forum demokrasi semacam Kalimasada Institute di negeri ini, meskipun namanya bukan Forum Demokrasi. Dengan makin banyaknya forum-forum demokrasi itu, semoga tidak ada lagi pemimpin yang otoriter dan diktator, yang bersembunyi dibalik topeng demokrasi.
Dulu Gus Dur pernah bikin Forum Demokrasi. Beliau telah pergi meninggalkan kita semua pada bulan Desember, tepatnya 30 Desember 2009. Marilah kita mengenang dan mendoakan beliau. {*}
Banyuwangi, 11 Desember 2023.
*) Catatan kultural jurnalis RadarJatim.id, Moh. Husen, tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur.






