SURABAYA (RadarJatim.id) Gubernur Jatim Hj Khofifah Indar Parawansa memberi pembekalan dan arahan kepada peserta Diklat Dai LDII Jatim. Dalam arahannya, Khofifah mengapresiasi pelaksanaan Diklat Dai angkatan VII di Ponpes Sabilurrosyidin Annur, Gayungan, Surabaya, Sabtu (18/6/2022).
Menurut Khofifah, kegiatan Diklat Dai menjadi sebuah wadah untuk saling berbagi informasi, pertemuan, pemikiran dan menjadi bagian dari sinkronisasi gerakan dakwah bersama dalam merawat umat.

“Dalam memberikan mauidzah haasanah yang bisa diteladani tidaklah mudah. Proses itu banyak berlangsung di berbagai virtual, sosial media dan seterusnya,” kata Gubernur Jatim Hj Khofifah Indar Parawansa.
Lebih lanjut disampaikan, sebetulnya apa yang tadi menjadi bagian dari yang dirapikan adalah digitalisasi teknologi di bidang dakwah.
“Ini adalah PR kita bersama,” tambahnya.
Dikatakan, format seperti bil hikmah, bil mauidzatil hasanah, bil mujadalah, harus diintegrasikan dalam ruh digital IT sehingga harus beradaptasi dengan percepatan perubahan IT.
“Jadi percepatan-percepatan itu harus kita bangun, lompatan-lompatan adaptasi termasuk di dalamnya adalah dalam pengelolaan organisasi dan termasuk di dalamnya adalah dakwah,” terang mantan Mensos RI ini.
Seperti diketahui, DPW LDII Jatim terus berupaya meningkatkan kualitas juru dakwah dalam menyiarkan agama Islam kepada masyarakat. Juru dakwah tidak hanya memiliki bekal wawasan agama, namun harus diimbangi dengan wawasan kebangsaan.
Melalui gagasan tersebut, DPW LDII Jawa Timur menggelar Diklat Dai angkatan VII di Ponpes Sabilurrosyidin Annur, Gayungan, Surabaya, Sabtu (18/6). Hajatan tahunan ini merupakan program kerja Biro Pendidikan Agama dan Dakwah (PAD) DPW LDII Jawa Timur dengan mengundang sejumlah narasumber.
Diantaranya Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakankemenag) Jawa Timur, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Guru Besar UIN KH Achmad Siddiq Jember, serta Pengasuh Ponpes Al-Ubaidah Kertosono.
“Diklat dai dilaksanakan secara hybrid dengan diikuti 150 peserta perwakilan dari 38 DPD LDII kabupaten/kota, serta diikuti lebih dari 1.000 peserta daring yang tersebar di Jawa Timur,” ujar Didik Eko Putro, Ketua Panitia.
Didik menambahkan Diklat Dai DPW LDII Jatim merupakan amanat DPP LDII agar menerapkan dakwah yang santun dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Hal tersebut selaras dengan program Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang memprioritaskan moderasi beragama.
“Moderasi beragama merupakan sebuah upaya menjaga toleransi dan menerima perbedaan sehingga tidak menimbulkan perselisihan,” imbuh Didik.
Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso saat sambutan pembukaan mengatakan Diklat Dai perlu diadakan. Menurutnya, memperbaiki umat tidak cukup umat yang diperbaiki, namun dai dan ustadznya juga harus diperbaiki.
“Para dai banyak mendapat bekal dari stakeholder dari kekinian. Karena lingkungan strategis juga berubah maka semua ustadz dan dai juga harus diupgrade dengan kondisi kekinian sehingga mampu membantu pemerintah menciptakan suasana situasi yang kondusif, itu yang paling penting,” kata KH Chriswanto.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Jawa Timur KH Moch Amrodji Konawi mengatakan peningkatan juru dakwah merupakan bagian dari Delapan Klaster Program LDII. Salah satunya di bidang keagamaan.
“Namun demikian, karena kita umat Islam yang tinggal di Indonesia maka kepentingan persatuan dan kesatuan bangsa lebih utama,” tutur KH Amrodji.
KH Amrodji merinci Delapan Klaster Program LDII yakni kebangsaan, keagamaan, pendidikan karakter, ekonomi syariah, kesehatan alami atau herbal, ketahanan pangan dan lingkungan hidup, teknologi digital serta energi baru terbarukan.
KH Amrodji berharap dengan diadakannya Diklat Dai para juru dakwah LDII bisa menerapkan ilmunya. Mereka bisa berdakwah yang santun seperti halnya yang dilakukan Rasulullah SAW sehingga mudah diterima oleh masyarakat. (HUM/RED)