SIDOARJO (RadarJatim.id) – Ujaran kebencian atau hate speech yang dilakukan oleh anggota WhatsApp Group Suara Masyarakat Sidoarjo (WAG SMS) atas nama R CHANDRA 4W (CAW) dengan nomor Handphone (Hp) 0822009777XXX membuat pengurus Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Sidoarjo meradang.
Hingga partai politik (parpol) berlambang bola dunia itu mengultimatum Chandra untuk segera meminta maaf secara terbuka dan segera melakukan tabayyun ke Kantor DPC PKB Sidoarjo selama 1X24 jam.
Namun, ultimatum yang diberikan oleh DPC PKB Sidoarjo itu tidak mendapatkan respon dari Chandra. Karena hingga hari ini (Senin, 16 September 2024) Chandra belum menampakkan batang hidungnya di Kantor DPC PKB Sidoarjo.
Nadia Bafaqih, salah satu admin WAG SMS sangat menyesalkan sikap Chandra yang tidak mau melakukan tabayyun ke Kantor DPC PKB Sidoarjo. Kalau saja itu dilakukan oleh Chandra, kemungkinan permasalahan dugaan ujaran kebencian yang diarahkan kepadanya dapat diselesaikan dengan baik-baik tanpa harus masuk ke ranah hukum.
“Saya kira PKB sudah membuka diri untuk tabayyun, dan itu sudah lunak. Tinggal niat baik Mas Chandra untuk menyambutnya, sehingga persoalan ini tidak berlarut-larut. Selesai sampai disini dan tidak perlu sampai ke ranah hukum,” katanya.
Diungkapkan oleh Nadia bahwa admin WAG SMS langsung mengambil sikap tegas dengan menghapus unggahan bernada ujaran kebencian tersebut secara permanen, ketika menimbulkan perdebatan diantara sesama anggota.
“Begitu timbul perdebatan, langsung kami hapus agar tidak semakin panas. Itu sikap kami,” ungkapnya.
Sementara itu, Sujani salah satu pegiat media sosial (medsos) lainnya menyampaikan bahwa kejadian ini hendaknya menjadi sebuah pembelajaran bagi semua orang untuk lebih bijak dalam bermedsos.
“Hati-hati, karena apapun yang ditulis dan disampaikan bisa saja menimbulkan persoalan. Dan jejak digital itu tidak bisa benar-benar terhapus,” sampainya.
Apalagi menurut admin WAG Ruang Publik Sidoarjo (RPS) itu bahwa saat ini merupakan tahun politik atau sedang terjadi kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak.
Dimana tingkat sensitifitas semua orang, organisasi maupun kelompok masyarakat yang terlibat di dalamnya menjadi sangat tinggi.
“Termasuk untuk sesama admin WAG, juga harus peka dan selalu aktif memantau semua unggahan setiap anggota. Kalau memang rawan dan rentan menimbulkan persoalan harus segera dihapus dari pada urusannya menjadi panjang,” ucapnya.
Sarjana ilmu komunikasi itu menambahkan bahwa seorang admin WAG harus mengerti berbagai bidang kehidupan, baik politik, sosial, budaya, kemasyarakatan, keagamaan, dan lain-lain. Sehingga mampu menyaring berita yang benar atau hoax.
Ia juga menambahkan bahwa WAG yang bersifat terbuka sudah selayaknya mengakomodir semua kepentingan, namun tidak melakukan black campaign atau saling serang antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya.
“Silahkan mempromosikan calonnya masing-masing, tanpa harus menjelek-jelekkan pihak lainnya. Jadi tidak ada yang merasa tersinggung, apalagi sampai terjadi konflik antar anggota,” tambahnya.
WAG RPS yang berdiri sejak tahun 2020 lalu itu, sejak awal sudah sangat konsen dengan perhelatan Pilkada di Kabupaten Sidoarjo dengan menggelar dialog publik hingga 7 kali yang menghadirkan semua Bakal Calon Bupati-Bakal Calon Wakil Bupati (Bacabup-Bacawabup) Sidoarjo.
Selain itu, WAG RPS juga pernah menggelar kegiatan ‘Ngopi Bareng’ tokoh-tokoh di Kabupaten Sidoarjo, termasuk menggelar Deklarasi Pemilu Damai maupun RPS Award atau pemberian penghargaan kepada tokoh-tokoh yang mendedikasikan dirinya dibidangnya masing-masing.
“Mari kita bermedsos secara santun dan bijak. Dan, ayo bersama-sama kita jaga kondisi Sidoarjo tetap aman dan nyaman. Sehingga Pilkada berlangsung lancar sampai menghasilkan pemimpin terbaik di masa 5 tahun ke depan,” pungkasnya.(mams)