Oleh RHENY PUSPITA RATIH, SPd
Dalam menumbuhkan budaya literasi bagi peserta didik di sekolah, terutama peserta didik di Kurikulum Merdeka kelas 4 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran yang diperlukan harus selalu mampu mengajak mereka aktif dan kreatif, salah satunya mengajak membuat kamus saku.
Kamus Saku
Kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. Sedangkan saku adalah kantong (pada baju, celana, rok, dan sebagainya) (https://kbbi.web.id/kamus). Jadi Kamus Saku merupakan kamus yang berisi kosakata dalam jumlah yang terbatas dan dicetak dengan ukuran (format) kecil, sehingga mudah dibawa ke mana-mana (misalnya ditaruh di dalam saku).
Kamus Saku dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 saat ini sebagai alat penunjang pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai berbagai segi, maknanya dan penggunaannya dalam bahasa dan biasanya disusun dengan abjad. Kamus Saku sendiri baginya memiliki fungsi untuk mengetahui pelafalan suatu kata, sehingga akhirnya semakin banyak perbendaharaan kata yang dipakai oleh mereka.
Penumbuhan Literasi Peserta Didik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Namun, makna literasi sebenarnya memiliki pemahaman yang lebih kompleks dan dinamis, tidak hanya dipahami sebagai kemampuan baca dan menulis. (https://kbbi.web.id/kamus).
Literasi juga merupakan kemampuan seseorang dalam mengola dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik.
Penumbuhan Literasi bagi Peserta Didik dilakukan dalam berbagai cara salah satunya dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik, pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan ini membutuhkan dukungan dari banyak pihak seperti kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (mulai dari peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali peserta didik).
Penumbuhan Literasi bagi Peserta Didik memiliki tujuan umum gerakan literasi sekolah, yaitu untuk menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam GLS, agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Gerakan literasi sekolah ini wajib digalakkan karena minat membaca dan menulis peserta didik masih tergolong minim.
Kamus Saku Menumbuhkan Peserta Didik yang Literat
Pengunaan Kamus Saku ini dapat menumbuhkan mereka yang literat, karena peserta didik diajak pembiasaan berliterasi saat pembelajaran di sekolah. Pada awal kegiatan, peserta didik akan diajak dan dibimbing oleh guru untuk membuat kamus saku terlebih dahulu. Kamus saku dibuat dengan ukuran kecil sehingga dapat dimasukkan ke saku baju atau celana sehingga mereka dapat membawanya kemana-mana.
Setelah kamus saku jadi, maka mereka dapat menuliskan di beberapa lembar kamus saku sesuai urutan abjad untuk memudahkan membaca dan mencari isi di dalam kamus saku. Peserta didik dapat pula menghias kamus sakunya sesuai kreatifitas mereka sendiri. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik dapat tertarik membaca dan membawa kamus saku yang telah dibuatnya kapanpun dan dimanapun mereka sedang belajar.
Selanjutnya, peserta didik akan diminta untuk membaca dalam teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 yang sedang dipelajarinya. Setelah membaca, peserta didik diminta untuk mencari, dan menuliskan kosakata yang dianggap sulit dalam teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 yang sedang dipelajarinya selama kegiatan pembelajaran. Kemudian peserta didik diberi tugas oleh guru untuk mencari secara mandiri tentang definisi dari kosakata yang telah ditulisnya dalam kamus saku miliknya sendiri. Mereka dapat mencari melalui internet, buku kamus Bahasa Indonesia, ataupun dari referensi lainnya.
Selain untuk peserta didik sendiri, kamus saku ini juga harus dapat dimanfaatkan dan dibaca untuk lainnya. Guru dapat membuat kegiatan bertukar kamus saku antar peserta didik di kelas sehingga dapat dibaca antar peserta didik. Sehingga diharapkan perbendaharaan kata yang dimiliki peserta didik akan bertambah dan berkembang, lama kelamaan secara tidak langsung akan terbiasa berliterasi.
Dengan demikian, penggunaan kamus saku akan mampu menumbuhkan peserta didik yang literat karena akan menjadikan pembiasaan berliterasi sejak dini yang dimulai dari sekolah.
Kelebihan dan Kekurangan
Penggunaan kamus saku dalam kegiatan pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan bagi peserta didik, seperti ukurannya yang tidak terlalu besar, sehingga memudahkan peserta didik untuk menyimpan dan membawanya kemanapun serta kapanpun mereka butuhkan kamus saku ini. Selain itu kamus saku juga mendorong mereka untuk aktif membaca dan menulis dalam pembelajaran, yaitu saat mereka sedang mencari kata sulit yang ada dalam teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 yang sedang dipelajarinya. Bahkan tidak menutup kemungkinan apabila penggunaan kamus saku ini digunakan untuk mata pelajaran lainnya. Peserta didik akan didorong untuk berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran. Peserta didikpun akan menjadi pribadi yang terus berdaya guna dalam Kurikulum Merdeka.
Dalam penggunaannya, kamus saku ini, juga tidak terlepas pula kekurangan. Adapun kekurangan yang dimiliki adalah keterbatasan jumlah lembaran kertas dalam kamus saku ini ada kemungkinan tidak sesuai dengan jumlah kosakata yang telah ditemukan untuk ditulis di dalam kamus saku oleh peserta didik. Solusi yang dapat digunakan guru adalah dengan membuat kesepakatan dengan peserta didik berapa jumlah lembar kertas dalam kamus saku yang disesuaikan dengan berapa maksimal kosakata sulit yang harus ditulis dalam kamus saku tersebut.
Kekurangan lainnya adalah jika kamus saku ini ditulis dengan tulisan asli dari peserta didik maka akan terjadi kemungkinan kurangnya kejelasan dan kerapian tulisan dalam kamus, Hal tersebut menyebabkan kesulitan bagi orang lain yang ingin membaca atau menggunakan kamus saku yang telah peserta didik buat. Oleh karena itu, ada beberapa solusi yang dapat mengatasi kekurangan tersebut, yaitu setelah peserta didik dapat mengetik kosakata yang telah dibuatnya dengan aplikasi yang ada dalam komputer dengan ukuran tulisan disesuaikan dengan ukuran kamus saku. Kemudian, mereka dapat menempelkannya ke kamus saku yang telah dibuatnya tadi.
Dengan demikian penggunaan kamus saku ini diharapkan nantinya dapat dapat terus berkembang dan dapat digunakan sebagai referensi praktik baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah.
*) Rheny Puspita Ratih, SPd, Guru SDN Gelam 1 Kec Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.