GRESIK (RadarJatim.id) — Innalilahi wainna ilaihi raji’un. Rois Syuriah PCNU Gresik, Jawa Timur, KH Mahfudz Ma’shum meninggal, Sabtu (15/10/2022) dini hari. Kiai kharismatik yang juga Pemangku Pondok Pesantren (Ponpes) Ihya’ul Ulum Dukun, Gresik itu wafat pada usia 80 tahun setelah sebelumnya menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ibnu Sina Gresik.
Ribuan pentakziyah nampak menyemut saat dilangsungkannya shalat jenazah di Masjid Jamik Dukun yang lokasinya segang dengan rumah duka. Saking banyaknya pentakjiyah yang ingin ikut shalat jenazah sampai masjid tak mampu menampung.
Shalat jenazah akhirnya harus dilaksanakan secara bergelombang hingga 3 kali. Bahkan sebagian pentakziyah harus rela bermakmum shalat jenazah di pelataran masjid. Ribuan pentakziyah juga terus menyemut mengantar jenazah kiai bersahaja ini hingga peristirahatan terakhir di makam desa berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah duka di gang atau jalan Ponpes Ihya’ul Ulum.
Salah satu figur yang merasa kehilangan dan meninggalkan duka mendalam adalah Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid. Pria tambun yang asli Gresik ini merasa sangat kehilangan atas wafatnya sang guru tercinta.
“Kiai Mahfudz yang menuntun saya dalam ilmu dan kehidupan. Jangan tinggalkan kami, namun Yang Maha Kasih telah memanggilmu. Selamat jalan Kiaiku,” ungkap Gus Jazil yang langsung pulang ke Gresik dari Jakarta begitu mendengar kabar berpulangnya Kiai Mahfudz, Sabtu (15/10/2022).
Gus Jazil mengaku memiliki banyak kenangan khusus bersama Kiai Mahfudz yang juga kakak kandung Bupati Gresik 2 periode Robbach Ma’shum (alm) ini. Sebagai santri Ponpes Ihya’ul Ulum Dukun, Gresik, ia dididik langsung oleh Kiai Mahfudz. Bahkan, ketika lulus dari Ponpes Ihyaul Ulum, Gus Jazil kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) Jakarta juga atas saran langsung dari Kiai Mahfudz.
“Kiai Mahfud selama 6 tahun mengasuh saya di Ponpes Ihya’ul Ulum Dukun, Gresik dengan ilmu dan akhlaq beliau,” ungkapnya.
Di mata Gus Jazil, Kiai Mahfudz merupakan seorang sosok yang memiliki kepribadian sederhana, sabar, dan bijaksana. “Beliau juga sangat peduli dengan urusan umat, baik dalam urusan dakwah, politik dan sosial, terlebih dalam pendidikan,” katanya.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan, selain aktif menjadi sesepuh pengurus NU, Kiai Mahfudz juga pernah menjabat sebagai anggota DPRD Gresik.
“Beliau Mustasyar DPC PKB Gresik dan pembimbing saya. Secara pribadi, KH Mahfudz adalah teladan bagi saya dalam cara hidup dan menghadapi persoalan masyarakat. Beliau dalam keseharian tidak neko-neko, teguh pendirian dan terbuka,” paparnya.
Ketua Ikatan Alumni PTIQ Jakarta ini pun memberikan doa terbaik kepada sang guru. “Selamat jalan Kiaiku. Insyaallah perjuangan Panjengan akan kami lanjutkan,” tuturnya.
Gus Jazil mengaku sangat beruntung karena mendapatkan didikan secara langsung Kiai Mahfudz. Bahkan, belum lama ini ketika kondisi kesehatannya sudah kurang sehat, Kiai Mahfudz masih menyempatkan hadir pada acara istighosah akbar yang digelar PKB di Surabaya.
“Saya merasa beruntung sebab terakhir bertemu beliau ketika memimpin doa peresmian Pondok Pesantren Sunanul Muhtadin yang saya dirikan. Beliau hadir bersama Gus Muhaimin, guru politik saya,” katanya.
Sebagai bentuk takzim, Gus Jazil pun memberikan penghormatan terakhir kepada Kiai Mahfudz Ma’shum dengan hadir di pemakaman sang kiai. Sebagai upaya melanjutkan perjuangan Kiai Mahfudz, selain aktif berjuang di jalur politik, Gus Jazil kini juga mendirikan Pondok Pesantren Modern Sunanul Muhtadi di wilayah Kecamatan Sidayu, Gresik. (sto)