Oleh Gadis Roswidta
Gula telah menjadi bagian penting dari pola makan manusia selama berabad-abad dalam sejarah kehidupan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pola konsumsi gula mengalami kenaikan drastis terutama di kalangan kawula muda. Padahal, anak muda masuk dalam kelompok yang cukup rentan terhadap konsumsi gula yang berlebihan. Hal itu terjadi karena gaya hidup tidak sehat dan ketersediaan produk kuliner yang menggunakan gula secara berlebih.
Artikel ini akan membahas tren penggunaan gula pada kalangan anak muda, akibat yang ditimbulkan, serta solusi untuk mengurangi kebiasaan tidak sehat tersebut.
Maraknya Konsumsi Gula pada Kalangan Remaja
Marak konsumsi gula yang terjadi pada kalangan remaja bisa dipicu oleh beberapa hal. Di antaranya, gaya hidup baru dan paparan media sosial. Anak muda di era media sosial cukup rentan dan sangat mudah tergiur dengan promosi dan gimik marketing terhadap produk makanan dan minuman yang bervisual indah.
Namun tahukah Anda, bahwa makanan dan minuman tersebut umumnya ternyata menyimpn kandungan gula yang berlebih. Produk seperti es krim, permen, kopi instan, dan kudapan manis sangat berbahaya jika dikonsumsi secara masif. Hal ini memengaruhi prespektif anak muda dalam memilih makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
Selain gaya hidup dan paparan media sosial, kemudahan akses terhadap makanan siap saji juga memiliki andil cukup besar terhadap konsumsi gula berlebih pada kalangan kawula muda. Kemudahan mengakses produk makanan instan atau siap saji yang didukung layanan pesan-antar cukup memanjakan konsumen, terutama kalangan anak muda.
Hanya berbekal hand phone (HP), kebutuhan akan makanan dan minuman atau produk kuliner, bisa terlayani sangat cepat dan praktis. Ini yang menjadi magnet bagi anak muda untuk menjelajah khazanah produk kuliner yang mereka sukai, tanpa harus bersusah payah untuk mendapatkannya. Belum lagi berbagai kemudahan dan perang layanan (sevices) dari sejumlah minimarket, kafe, dan penyedia makanan dan minuman lainnya, yang membuat serba konsumen lebih gampang untuk mendapatkannya. Belum lagi sejumlah program promo yang bisa diakses secara online hanya lewat HP, semuanya bisa digapai lebih cept dan relatif murah.
Budaya sosial di kalangan remaja atau kawula muda juga punya andil terhadap tingginya konsumsi gula pada mereka. Kebiasaan kongkow atau berkumpul bersama sahabat atau komunitas di antara mereka kerap dibarengi dengn konsumsi makanan atau minuman yang berasa manis. Minuman semacam boba tea, frappuccino, atau es teh juga aneka kopi, serta produk minuman dalam kemasan saset, tebilang akrab dan melekat pada kebiasaan mereka. Tanpa disadari kebiasaan tersebut membuat konsumsi gula menjadi berlebihan, atau bahkan tak terkontrol.
Dampak Kelebihan Konsmsi Gula
Meskipun gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh, jika dikonsumsi melebihi ambang batas, dampknya cukup buruk bagi kesehatn fisik dan mental. Berikut di antaranya beberapa dampak negatif dari kosumsi gula yang berlebihan:
(1) Risiko Obesitas dan Penyakit Tidak Menular. Konsumsi gula yang berlebihan merupakan salah satu penyebab utama obesitas. Gula tambahan di makanan dan minuman berperan meningkatkan asupan kalori tanpa mengandung nutrisi yang berarti. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obesitas pada remaja menaikkan risiko penyakit tidak menular, mirip diabetes tipe dua, penyakit jantung, serta tekanan darah tinggi.
(2) Kesehatan Gigi yang Buruk. Gula menjadi salah satu penyebab primer pada kerusakan gigi. Ketika remaja, bahkan sejak usia anak-anak sering mengonsumsi makanan atau minuman manis, residu gula yang menempel pada gigi menjadi makanan bagi bakteri. Akibatnya, asam yang didapatkan oleh bakteri mampu mengganggu enamel gigi. Akibatnya, gigi bisa berlubang dan terjadi infeksi.
(3) Gangguan Fungsi Otak dan Konsentrasi.Konsumsi gula dengan takaran tinggi dapat mengakibatkan lonjakan kadar gula darah yang cepat, diikuti dengan penurunan drastis (crash). Fluktuasi ini memengaruhi konsentrasi, memori, serta produktivitas remaja, terutama waktu belajar atau mengerjakan tugas sekolah. Selain itu, konsumsi gula juga berdampk pda gangguan mood, termasuk gampang marah atau mudah menyulut emosi.
(4). Ketergantungan pada Gula. Konsumsi gula yang berlebihan dapat menciptakan kebiasaan atau bahkan ketergantungan. Gula merangsang divestasi dopamin pada otak, menyampaikan dampak menyenangkan yang serupa dengn memakai zat adiktif lainnya. Remaja yang terbiasa mengonsumsi gula dalam dosis besar cenderung mengalami kesulitan dalam mengontrol rasa buat makan yang nyaman.
Penyebab Tingginya Konsumsi Gula pada Kalangan Remaja
Beberapa hal berikut bisa menjadi faktor tingginy konsumsi gula pada kalangan remaja, di antaranya adalah: (1) Kurangnya Edukasi tentang Nutrisi. Banyak remaja yang tidak mengetahui atau menyadari dampak buruk akibat mengonsumsi gula secara berlebihan. Kurikulum pendidikan formal juga kerap tidak menyampaikan fokus akan pentingnya nutrisi seimbang dan risiko mengonsumsi gula dalam dosis tinggi atau berlebihan. Karena itu, secara dini edukasi tentang konsumsi gula hendaknya disampaikan pada anak-anak atau kalangan muda.
(2) Pola Asuh dan norma famili. Lingkungan keluarga juga memiliki peran besar dalam membuat pola makan remaja. Bila keluarga terbiasa mengonsumsi produk kuliner siap saji yang cenderung kurang menyehatkan tubuh, remaja atau kawula muda cenderung meniru pola hidup tersebut. Akibatnya, lambat-laun dampak dari mengunsumsi gula pun sangat merugikan mereka.
(3) Grup persahabatan. Lingkungan pertemanan memiliki dampak terhadap kebiasaan makan remaja. Jika kelompok persahabatan sering mengonsumsi produk kuliner atau makanan dan minuman manis-manis, seseorang remaja sangat mungkin mengikuti kebiasaan itu dengan alasan menghormati atau agar bisa diterima dalam kelompok tersebut.
(4). Strategi Pemasaran yang Proaktif. Produsen kuliner dan minuman tak jarang menggunakan strategi pemasaran yang proaktif untuk menarik perhatian remaja, misalnya desain bungkus atau kemasan yang menarik, kampanye di media massa atau berbagai plat form medi sosial, serta kolaborasi dengan influencer. Strategi pemasaran ini cukup efektif untuk mengget kalangan remaja, yang pada gilirannya menaikkan konsumsi gula pada mereka.
Solusi Mengurangi Konsumsi Gula pada Remaja
Beberapa hal berikut ini bisa jadi alternatif solusi untuk mengurangi konsumsi gula yang berlebihan pada remaja. (1) Edukasi Wacana Pola Makan Sehat. Edukasi ihwal akibat negatif mengonsumsi gula secara berlebihan wajib dimulai sejak dini. Program edukasi di sekolah dapat memberikan informasi tentang pentingnya pola makan sehat dan risiko mengonsumsi gula secara berlebihan. Remaja juga perlu diajari cara membaca label nutrisi pada kemasan makanan atau minuman untuk mengetahui kandungan gula pada produk yang dibeli.
(2) Membentuk Cara Lain Kuliner Sehat. Untuk mengurangi ketergantungan pada kuliner yang beras manis, perlu upaya buat menghasilkan alternatif yang lebih sehat. Contohnya, memperbaharui minuman bersoda dengan menggunakan infused water atau jus buah tanpa gula tambahan. Kudadan (snack), seperti kacang-kacangan, yogurt rendah gula, atau buah segar bisa jadi pilihan yang lebih baik dalam kebiasaan makan atau minum sehari-hari.
(3) Peran Keluarga untuk Pola Makan Sehat. Keluarga atau famili perlu menjadi contoh untuk menerapkan pola makan sehat. Orang tua bisa membatasi konsumsi kuliner cepat saji pada di rumah serta memperkenalkan makanan bernutrisi tinggi kepada anak-anak. Selain itu, sesekali memasak bersama bisa menjadi cara yang menyenangkan buat memperkenalkan resep sehat pada remaja.
(4). Perlu Regulasi terhadap Produk Makanan dan Minuman. Pemerintah dan lembaga terkait dengn makanan dan minuman perlu mengatur produksi dan pemasaran produk kuliner, terutama yang menyasar remaja. Misalnya, melakukan pembatasan iklan makanan manis pada berbagai plat form media atau menerapkan pajak tambahan di produk yang mengandung gula relatif tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mengerem laju konsumsi pada produk berkadar gula tinggi.
(5) Kampanye Publik Kesadaran Nutrisi. Kampanye publik yang kreatif seputar nutrisi dan menyasar remaja mampu menaikkan pencerahan perihal risiko akibat konsumsi gula secara berlebihan. Kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan (stake holders), termasuk menggunakan influencer yang mempunyai pengaruh di kalangan remaja dapat menjadi cara yang efektif buat memberikan pesan pentingnya mengurangi konsumsi gula yang berlebihan.
(6) Menaikkan Akses Kuliner Sehat di Sekolah. Sekolah bisa memainkan peran krusial untuk menyediakan dan mengelola kantin sehat yang menyediakan makanan serta minuman rendah gula, namun bernutrisi tinggi. Selain itu, program semacam “Hari Makan Sehat” dapat mendorong remaja untuk mencoba dn membisakan diri mengonsumsi makanan dan minuman yang lebih sehat.
Kesimpulan
Minat mengonsumsi gula pada kalangan anak muda adalah masalah yang kompleks dan dipengaruhi banyak faktor, di antaranya ada gaya hayati, informasi lingkungan, juga pemasaran produk. Meskipun gula memberikan kenikmatan sesaat, konsumsi berlebih dapat berdampak pada kesehatan fisik maupun mental anak muda.
Oleh karena itu, perlu ada pengendaliam di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan peran pemerintah serta para pemangku kepentingan untuk membantu mengurangi konsumsi gula berlebih dengan cara sosialisasi, pembuatan regulasi, dan pembiasaan gaya hidup sehat. {*}
*) Gadis Roswidta, Mahasiswa Jurusan Perbankan dan Keuangan, Universitas Airlangga Surabaya.
CATATAN: Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulisnya.