KEDIRI (radarjatim.id) – Sebuah limbah pabrik tekstil nampak terlihat jelas keluar dari saluran pembuangan menuju sungai yang berada di Dusun Pohblembem, Desa/Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri pada siang hari, Selasa (01/10/2024).
Munculnya limbah ini berbeda seperti biasanya. Pasalnya, cairan berwarna hitam pekat dengan debit air cukup banyak ini menyebar luas hingga hampir memenuhi arus sungai Dusun Pohblembem.
Untungnya, bendungan (dam/red) sungai saat itu belum terbuka, melainkan masih tertutup rapat. Dengan munculnya limbah ini, dikhawatirkan akan mempengaruhi ekosistem alam, seperti di sungai itu sendiri menjadi tempat hidupnya ikan-ikan dan tumbuhan.
Juga disekitar arus sungai ini, terdapat sawah-sawah milik warga sekitar. Tak hanya itu, sungai Pohblembem ini diketahui terhubung hingga 3 (tiga) Kecamatan, yakni Badas, Kunjang dan Purwoasri.
Hal itu dibenarkan oleh pemuda asal Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri, pasalnya dari dampak yang dikeluarkan oleh pabrik tekstil ini menimbulkan warna yang tak pantas di sepanjang aliran sungai.
“Mungkin menurut mereka sungai adalah tempat pembuangan sampah kali ya,”
Tak kali 1 (satu) 2 (dua) kali diperingatkan, namun dari pihak pabrik masih saja melakukan pencemaran lingkungan dengan membuang limbah di sungai secara suka-suka.
“Kalau dibiarkan terlalu lama tidak hanya merusak lingkungan dan habitat air sungai, tetapi juga merusak kesehatan warga yang memanfaatkan air sungai. Saya sudah lelah untuk memberikan peringatan ke pihak pabrik,” ungkap Firman (21) asal desa Balongjeruk
Mengutip dari hasil wawancara dengan pihak pabrik sebelumnya pada Sabtu (02/03/2024) lalu, tepatnya pada beberapa bulan lalu, Yustinus selaku korlap pembuangan limbah mengatakan jika pembuangan limbah memiliki cara tertentu sewaktu akan dibuang ke sungai.
“Kalau kami dari pihak pabrik juga memiliki prosedur tertentu. Namun jika tandon IPAL (tempat penyimpanan air/Red) sudah penuh ya kita buang, buat apa disimpan,” ujar Yustinus.
Tak hanya itu, dari rekan rekan kerjanya dulu juga sempat melontarkan kata-kata bahwa limbah dari pabrik tekstil bisa menjadi obat penyubur tanaman. Hal itu dibuktikan dengan saat pembuangan limbah, tak ada sedikitpun tanaman yang mati.
“Sebenarnya limbah kami dari pabrik memiliki 2 (dua) kadar yang berbeda, salah satunya yakni memiliki kadar kandungan urea yang tinggi, tapi jangan bilang siapa-siapa,” serobot rekan Yustinus saat kordinasi beberapa bulan lalu.
Hingga berita ini terbit, dari pihak pabrik tekstil belum ada konfirmasi. Pun juga saat dihubungi melalui via WhatsApp, notifikasinya hanya bertuliskan berdering dan tak ada respon.(Nasrul)