SIDOARJO (RadarJatim.id) Putri Kebaya Jawa Timur 2024, Syakirah Ashillah Leticia kini memasuki babak perjuangan baru. Ketua OSIS SMPN 2 Sidoarjo itu kini mewaliki Jawa Timur dan masuk Grand Final ajang Puteri Kebaya Indonesia 2025 kategori remaja.
Syakirah Ashillah Leticia mulai masuk karantina mulai2 Juli 2025 hingga 5 Juli 2025. Dan pada hari ini, 5 Juli 2025 masuk di babak grand final. Dirinya akan tampil dengan mengenakan
balutan Kebaya Janggan, yang mengangkat tema “Elegancy Leluhur”. Tema ini merepresentasikan keanggunan budaya dan warisan luhur khas Jawa Timur.
Sebelum masuk karantina, Syakirah menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, termasuk tokoh masyarakat, pejabat pemerintahan, dan lembaga pendidikan.
“Saya juga memohon dukungan dan doa restu dari seluruh masyarakat Jawa Timur agar diberikan kelancaran dalam menjalani masa karantina hingga malam penobatan nanti,” katanya.
Secara khusus dirinya juga berterima kasih atas doa dan support dari berbagai pihak, mulai dari anggota DPR RI Ir. Bambang Haryo Soekartono, para anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo, hingga para pejabat eksekutif daerah, dan pihak sekolah lainnya yang telah memberikan semangat dan restunya.
Tak lupa dirinya menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tuanya, Andri Chrystanto dan Yulianto Nafidah yang terus mendukung dan memberikannya semangat.
Syakirah juga mengajak generasi muda untuk lebih mencintai budaya bangsa dan berani tampil membawanya ke panggung nasional maupun internasional. Grand Final Puteri Kebaya Indonesia 2025 dijadwalkan berlangsung pada 5 Juli. Masyarakat Jawa Timur diharapkan terus memberi dukungan melalui doa, media sosial, dan voting resmi yang disediakan oleh pihak penyelenggara.
Pihaknya kembali menegaskan keinginannya untuk terus membawa misi kebudayaan Indonesia, khususnya kebaya, ke tingkat yang lebih tinggi. “Ini bukan hanya tentang saya, tapi tentang bagaimana generasi muda bisa ikut menjaga warisan budaya Indonesia. Kebaya bukan sekadar pakaian, tapi simbol keanggunan dan identitas perempuan Indonesia,” pungkasnya. (RJ1/RED)