GRESIK (RadarJatim.id) – Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik terus berkomitmen mengembangkan budaya literasi di sekolah. Salah satu yang kini dikampanyekan adalah budaya menulis buku, baik oleh guru maupun siswa.
Komitmen itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Gresik S. Hariyanto saat dihubungi di kantornya, Selasa (29/11/2022). Budaya menulis buku bagi guru dan siswa di Gresik, lanjut Hariyanto, telah dimulai secara masif dan dilombakan dalam momentum peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2022.
“Alhamdulillah, tahun ini sudah banyak sekolah yang mampu menerbitkan buku, baik oleh guru maupun siswa. Kami terus mendorong agar budaya menulis ini terus dikembangkan. Dan, lomba itu merupakan salah satu bentuk apresiasi yang kami lakukan sebagai stimulus atau penyemangat untuk sadar atau melek literasi,” ungkap pria energik ini.
Untuk menjaga konsistensi pengembangan literasi lewat budaya menulis buku, kata Hariyanto, Dinas Pendidikan terus memberikan support lewat pelatihan-pelatian dan pendampingan hingga tahap penerbitan buku. Untuk maksud itu, disiapkan tim khusus untuk terus memantau progres di lapangan, sehingga semangat menulis buku benar-benar jadi budaya di sekolah.
“Kami berharap, paling tidak 2 kali dalam setahun terbit buku baru di sekolah, yaitu pada Hari Pendidikan Nasional dan Hari Guru Nasional. Tahun ini, lewat Hari Guru Nasional kemarin sudah dilakukan. Dan, Pak Bupati (Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, Red) saat pengumuman lomba di Gejos (Gelora Joko Samudro, Red) sangat mengapresiasi agenda literasi ini,” tandasnya.
Ia menambahkan, untuk bisa merealisasikan budaya menulis buku sebagai bagian dari upaya melek literasi, perlu sumber daya manusia (SDM) yang terus meng-update kemampuan, khususnya para guru. Dikatakan, setidaknya ada 4 kemampuan yang perlu terus dikembangkan. Keempatnya adalah kemampuan terkait kepribadian, pedagogis, sosial, dan profesional.
Khusus terkait kemampuan profesional, ia menekankan agar guru terus mengembangkan diri untuk bisa mengelola pembelajaran dengan baik dan maksimal sesuai tujuan yang dirancang. Pada tahap inilah, menurut Hariyanto, seorang guru akan diuji untuk membuktikan dirinya benar-benar mampu mengemban tugas sebagai guru profesional.
“Dan, tak kalah pentingnya di era digitalisasi seperti sekarang ini, guru harus memiliki kemampun beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berkembang. Kalau tidak, pasti akan ketinggalan, karena kecepatan arus informasi memungkinkan seseorang dipacu untuk berkompetisi dalam artian yang positif,” ujarnya.
Karena itu, ia menyarankan agar masing-masing guru melakukan upaya-upaya akselerasi untuk terus meningkatkan kapasitas diri sebagai insan pendidikan yang profesional. Untuk maksud ini, dinas yang dipimpinnya terus memfasilitasi dalam bentuk diklat-diklat pengembangan potensi, termasuk dalam merealisasikan Kurikumum Merdeka.
“Antusias sekolah sangat tinggi untuk menerapkan Kurikulum Merdeka ini. Mereka, para guru, saking semangatnya, tidak cukup dengan diklat yang kami selenggarakan yang sudah terjadwal, tapi banyak sekolah yang melakukan pelatihan secara mandiri,” ungkap Hariyanto seraya menambahkan, bahwa hingga kini penerapan Kurikulum Merdeka di Gresik rata-rata telah mencapai 80 persen. (sto)







