GRESIK (RadarJatim.id) – Ribuan pentakziyah memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum KH Muchtar Djamil, Senin (14/3/2022) malam. Mereka hanyut dalam lautan manusia yang memadati Masjid Jamik Gresik yang berseberangan dengan alun-alun itu dengan mengikuti shalat jenazah.
Pelaksanaan shalat jenazah di Masjid Jamik terhadap almarhum Yai Tar, sapaan akrab KH Muchtar Djamil, dilakukan selepas shalat Isyak. Sebelumnya, ba’da shalat Maghrib juga dilakukan shalat jenazah di mushalla di kampung Yai Tar tinggal, yakni di Kelurahan Bedilan, Kec. Gresik.
Seusai dishalati di Masjid Jamik yang berseberangan dengan alun-alun dan Pendopo Kabupaten itu, jenazah Yai Tar lalu dibawa ke Pemakaman Islam Tlogo Pojok, sekitar 1 kilometer barat Masjid Jamik. Saat dibawa ke pemakaman inilah aura kebesaran Mustasyar Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Gresik yang pendakwah dan juga budayawan sejarah Islam itu kelihatan.

Bukan saja ribuan pentakziyah yang ikut menshalati di Masjid Jamik yang ikut mengantar jenazah ke pemakaman, ribuan warga juga mengular di sepanjang jalan yang dilalui mobil ambulans yang mengangkutnya.
Simpati warga kota pudak ini nampak di sepanjang Jl. Samanhudi (Kawasan pasar kota Gresik) hingga Jl. Gubernur Suryo, lokasi “peristirahatan terakhir” atau Makam Tlogo Pojok. Berjubelnya warga yang ingin menyaksikan mobil ambulans pembawa jenazah, sampai melibatkan puluhan Banser NU untuk membantu kelancaran arus lalu lintas. Kondisi berjubelnya ribuan pentakziyah makin telihat saat memasuki gang kampung menuju lokasi area makam.
Tak hanya di jalanan yanag dilalui jenazah arus manusia berjubel. Kondisi padatnya manusia bahkan lebih parah di area makam. Karena liang lahat yang dipersiapkan lumayan jauh di sisi Selatan makam, lautan manusia juga mengikuti iring-iringan pengusung keranda jenazah menuju liang lahat.
Selain kondisi penataan makam yang relatif semrawut, lahan yang sebagian lembek karena bekas terkena hujan, membuat pengusung keranda jenazah mesti superhati-hati. Berkali-kali terdengar suara dari pengeras suara yang meminta para pentakziyah agak menjauh dari titik lokasi liang lahat.
“Tolong jangan mendekat makam, nanti ambrol. Mundur … mundur,” teriak panitia berkali-kali lewat pengeras suara.
Untuk melancarkan perjalanan menuju liang lahat yang sudah dipenuhi para pentakziyah, belasan anggota Banser nampak disiagakan di area makam. Mulai diturunkan dari mobil ambulans di jalan pinggir makam hingga menuju titik lokasi liang lahat sepanjang sekitar 100 meter, bacaan tahlil (laa ilaaha ilallah) dari pentakziyah terus menggema.
“Minggir… minggir, tolong kasih jalan. Tolong kasih jalan Yai,” teriak beberapa anggota Banser begitu menyaksikan para pentakziyah berebut ingin memegang keranda jenazah. Sugeng tindak, Yai Tar. (sho) )







