LAWANG (RadarJatim.id) – Seperti yang sudah diduga, Festival Jenang Lawang berlangsung meriah. Pengunjung berbondong dan tumpah ruah di lapangan sebelah Balai Desa Mulyarjo Kec. Lawang, Kab. Malang. Tagline acara “datang-jenang-senang”, jadi terwujud nyata.
Festival Jenang dan srawung budaya Mulyoarjo ini berlangsung tiga hari berturut-turut mulai Jumat hingga Minggu (10/9) kemarin. Ini hajatan pertama dari Desa Mulyarjo bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Budaya Kab. Malang dan Pokdarwis Mulya Berseri. Merupakan bagian dari agenda Grebeg Sura yang digelar secara bergiliran di wilayah Kabupaten Malang.
Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno, secara daring mengapresiasi positif acara tersebut. Dikatakan, Festival Jenang Lawang merupakan kolaborasi yang sangat baik antara stakeholder, Pokdarwis, Pemerintah Daerah, dengan komunitas masyarakat setempat, untuk menggali potensi daerah dan mengemasnya dengan baik sehingga menjadi event yang diminati wisatawan.
“Saya berharap dengan festival ini, pengunjung menjadi kenal kuliner lokal. Membangkitkan semangat dalam mengangkat potensi UMKM secara optimal, melestarikan budaya, dan cita rasa kuliner tradisional jenang,” katanya.
Bupati Malang, HM Sanusi, yang membuka festival jenang, juga memberikan pujian dengan mengatakan bahwa acara seperti ini sangat menarik karena melestarikan makanan jadul, juga permainan jadul seperti lomba egrang dan gobak sodor, yang digelar sebagai bagian dari mata acara festival.

Antusiasnya pengunjung menghadirinya boleh jadi karena event ini tergolong langka dan menarik. Budiono, seorang pengunjung dari Desa Kalirejo, mengatakan sangat senang dapat menghadirinya. Menurutnya ada tiga hal penting yang dapat dipetik. Pertama, festival ini dapat digunakan sebagai pemberdayaan ekonomi, karena memberi ruang kepada UMKM untuk mendapatkan pasar dan pelanggan.
Kedua, memberi wadah kepada seniman untuk mengekspresikan kreativitas seni budaya, karena dalam festival ini juga disediakan panggung untuk menampilkan seni tari, musik tradisional, campursari, dan lainnya. Pada hari Minggunya juga digelar diskusi dan jagongan budaya yang diikuti oleh kalangan seniman dan pecinta seni. Yang ketiga, adalah pelestarian jajanan jenang sebagai makanan jadul yang sudah terkenal sejak dulu.
“Ternyata banyak generasi sekarang yang sudah tidak tahu proses membuat jenang. Mereka jadi tahu ada wajan besi besar yang bernama kenceng. Jenang diaduk-aduk cukup lama dengan banyak orang secara gotong royong. Kalau dicermati ada banyak filosofi dalam pembuatan jenang itu,” katanya.
Momen yang paling seru adalah saat jenang dinyatakan telah matang. Maka pengunjung pun merangsek maju untuk mendapatkan jenang yang dibungkus gedebok (pelepah batang pisang). Gratis. Jenang hangat yang baru diangkat dari wajan memang maknyus rasanya. Karena peminatnya banyak maka ukuran jenang yang dibagikan pun tidak besar. Incip-incip sekadarnya. “Sabar, sithik-sithik pokoke rata ya,” kata seorang panitia.
Menurut penuturan Nurhayanti, Ketua Koordinator UMKM Kec. Lawang, selama festival berlangsung, setiap hari dimasak jenang. Diolah mulai Subuh, siang hari jadi dan dibagikan. Kemudian memasak lagi untuk dibagikan sore harinya.
“Hari pertama mengaduk jenang tiga kali, hari kedua dua kali, dan hari ketiga tiga kali. Semua senang. Sebagian besar pengunjung dapat merasakan legitnya jenang, hanya sebagian kecil saja yang tidak kebagian,” katanya. Beruntung ada beberapa stan dari 25 stan bazar yang digelar, menjual jenang dalam kemasan, sehingga dapat mengobati mereka yang kecewa karena tidak kebagian jatah gratisan.
Mengingat suksesnya acara, banyak pihak berharap agar event seperti ini digelar kembali. Ternyata gayung bersambut. Ketua Panitia Festival Jenang Lawang, Rully, menjanjikan festival jenang akan diagendakan rutin tahunan. Kepala Desa Mulyoarjo, Rokhim, rupanya juga memberi isyarat lampu hijau, akan mendukung bila diadakan lagi pada tahun depan. (rio)
