GRESIK (RadarJatim.id) – Di mana lokasi favorit remaja untuk mengakses konten pornografi atau aktivitas seksual yang dinilai aman dan nyaman? Sebuah studi atau miniriset yang dilakukan Faqih Usman Center (FUC) belum lama ini akan membuat tercengang orang tua.
Ternyata, bukan tempat umum seperti kafe, taman, atau tempat cangkruk lainnya yang perlu dikhawatirkan sebagai lokasi remaja dalam mengakses konten pornografi atau aktivitas seksual. Sebaliknya, justru tempat pribadi, seperti rumah, yang menjadi lokasi favorit mereka untuk melampiaskan hasrat seksualnya.
Demikian salah satu kesimpulan dari miniriset bertajuk “Aktivitas Seksual Pranikah Remaja” yang dilakukan Faqih Usman Center (FUC). Penelitian dilakukan pada Desember 2020 terhadap 100 remaja usia 12 sampai 19 tahun di Kabupaten Gresik.
“Mungkin karena ada banyak orang lain yang berada di lokasi umum, menjadikan remaja merasa tidak aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas tersebut. Sebaliknya jika di rumah, misalnya di kamar pribadi, mereka merasa lebih privat,” ujar Ahyan Yusuf, Koordinator Divisi Riset FUC, kepada RadarJatim.id, Minggu (14/3/2021).
Dipaparkan, lima besar jenis perilaku seksual pranikah adalah, sebanyak 25,2 persen responden mengaku melihat film atau video porno, 14 persen berfantasi seksual, 7,5 persen melakukan onani, 7,5 persen berpelukan intim dengan lawan jenis, dan 6,5 persen berciuman dengan lawan jenis.
Sementara tentang intensitas perilaku tersebut dilakukan, sebanyak 13,1 persen menjawab masih melakukannya dalam sebulan terakhir, 10,3 persen menjawab masih melakukan dalam setahun terakhir, dan 6,5 persen mengaku masih melakukannya dalam seminggu terakhir.
Untuk lokasi tindakan tersebut dilakukan, lanjut Ahyan Yusuf, sebanyak 29 persen menyebut rumah sebagai tempat favorit melakukan aktivitas seksual pranikahnya. Tempat publik, seperti taman atau lokasi wisata, hanya 6,5 persen, dan di sekolah hanya 2,8 persen.
“Hal ini menjadi tantangan bagi orang tua di rumah. Di satu sisi saat ini penyediaan akses internet dan gawai sudah dianggap sebagai kebutuhan primer. Di sisi lain orang tua tidak mungkin melakukan kontrol terus- menerus,” lanjut Ahyan Yusuf yang juga dosen Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) ini.
Terkait pengawasan orang tua, sebanyak 25,2 persen responden yakin, bahwa orang tuanya tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sedangkan yang mengaku orang tuanya tahu sebanyak 9,3 persen, dan sisanya 65,4 persen tidak tahu apakah orang tuanya tahu yang mereka lakukan.
Ahyan memprediksi, kondisi sesungguhnya bisa jadi jauh lebih memprihatinkan ketimbang hasil riset yang dilakukan FUC. Sebab, bisa jadi mereka tidak terlalu terbuka dan leluasa membuka diri, karena malu atau menganggap tabu untuk mengungkapkan.
“Hal ini karena soal aktivitas seksual adalah hal yang masih dianggap tabu untuk diungkapkan dalam budaya masyarakat kita. Karena itu, ini perlu dipaspadai dan jadi perhatian lebih para orang tua,” pungkasnya. (sha)







