GRESIK (RadarJatim.id) — Telaga Sumber yang lokasinya persis di sebelah timur Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim Gresik di Dusun Sumber, Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ternyata sudah berusia lebih dari 620 tahun. Hal ini terungkap dalam seminar “Sejarah Telaga Sumber Masjid Agung Gresik dan Tradisi Rebo Wekasan”, Sabtu (22/10/2022).
Seminar yang menghadirkan sejarahwan Eko Jarwanto itu digelar di aula Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim Gresik, diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Gresik dan sekitarnya.
“Menurut salah satu catatan lontar dari Babat Giri, disebutkan bahwa Telaga Giri dibuat bersamaan dengan pembangunan Giri Kedaton yang berdasar catatan berangka tahun 1400. Dan, peninggalan yang masih tersisa adalah babakan yang terbuat dari kayu,” ungkap Eko di depan peserta seminar.
Telaga Sumber disebut 3 kali dalam catatan tersebut. Salah satu di antaranya adalah adanya pertempuran antara Raja Mataram dan Raja Sumenep. Telaga tersebut sengaja dibuat untuk kebutuhan air bersih bagi warga masyarakat Dusun Sumber yang berlokasi di Utara jalan dan warga Dusun Kembangan yang berada di sebelah Timur telaga.
Sementara Rebo Wekasan yang biasa dilakukan dengan cara selamatan bagi warga Dusun Sumber adalah budaya yang dipengaruhi oleh Islam gaya pesisir dan abangan khas pedalaman di pulau Jawa.
Rebo Wekasan merupakan tradisi selamatan yang dihajatkan untuk tolak balak, sekaligus sedekah bumi yang biasa dilakukan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Jawa atau Hijriyah.
“Saat itu masyarakat masih agraris, sehingga setiap tahun dalam mengungkapkan rasa syukur, mereka menggelar selamatan yang berisi hasil panen, sekaligus berdoa agar terhindar dari musibah dan bala bencana,” jelas Eko.
Ketua Takmir Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim, Ahmad Misbahul Abidin yang menggagas seminar ini berharap agar telaga yang persis berada di sisi Timur masjid ini bisa diketahui asal-usulnya berdasar catatan sejarah.
“Karena lokasinya berada di kawasan dan di halaman masjid, sehingga kita juga perlu mengetahui asal mula telaga berdasar catatan sejarah, serta dibenarkan oleh para arkeologi, bukan hanya cerita dari mulut ke mulut yang kadang kita tidak jelas sumbernya,” jelas Misbah. (sto)







