JAKARTA (RadarJatim.id) – Syekh Ali Jaber meninggal dunia Kamis (14/1/2021) pagi. Kabar duka itu disampaikan oleh Ustadz Yusuf Mansur melalui akun Instagram resminya.
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kita semua berduka, Indonesia berduka, Syekh Ali berpulang ke Rahmatullah jam 8.30 pagi tadi di RS Yarsi,” tulis Yusuf Mansur.
Syekh Ali Jaber sempat dinyatakan positif Covid-19 akhir Desember 2020. Namun, dalam pemeriksaan dan tes swab terakhir, ia dinyatakan negatif Covid-19.
Ia sempat menjalani isolasi mandiri. Tetapi, karena kondisinya sesak akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif. Di awal perawatan, Syekh Ali Jaber sempat merekam sebuah video mengabarkan kondisinya dan meminta kepada masyarakat agar didoakan segera sembuh.
Tetapi, takdir berkata lain. Syekh Ali Jaber meninggal dunia, Kamis pagi. Karena hasil tes terakhir dinyatakan negatif Covid-19, proses pemakaman almarhum dilakukan sebagaimana lazimnya, tidak melalui protokol Covid.
“Insya Allah Beliau syahid,” kata Yusuf Mansur.
Syekh Ali Jaber merupkan salah seorang ulama kondang Indonesia. Pria tinggi tegap ini juga penghafal Al-Quran dan sering mengisi ceramah di berbagai daerah di Indonesia. Pemilik nama lengkap Syekh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber ini lahir di Madinah Februari 1976. Anak pertama dari 12 bersaudara ini menikah dengan Umi Nadia, perempuan Indonesia asal Lombok, NTB dan dikaruniai seorang anak bernama Hasan.
Pria kelahiran Madinah Arab Saudi 3 Februari 1976 ini memutuskan berkeliling Indonesia demi syiar Islam. Penyampaian dakwahnya jelas dan menyejukkan. Apalagi ia seorang hafidz Alquran. Berkat ketulusannya berdakwah di tanah air, Syekh Ali Jaber menjadi warga negara Indonesia. Namanya pun masuk jajaran penceramah agama papan atas di negeri ini.
Sejak kecil Syekh Ali Jaber dapat bimbingan agama dari ayahnya yang juga penceramah agama yang mengharapakan anaknya menjadi seperti dirinya. Syekh Ali Jaber sejak kecil belajar Alqur’an. Ia merasa punya beban dan tanggung jawab atas keinginan ayahnya. Apalagi dia anak pertama yang diharapkan meneruskan perjuangan ayahnya.
Oleh karena itu, dalam perjalanan hidupnya, Syekh Ali Jaber menyadari akan kebutuhan sendiri untuk menghafal Alquran. Tak heran, pada usia anak-anak, yakni 10 tahun, Syekh Ali Jaber sudah hafal 30 juz Alqur’an. Bahkan sejak usia 13 tahun, ia diamanahi menjadi imam di salah satu masjid di Kota Madinah.
Ia mendapatkan pendidikan formal dari ibtidaiyah (setingkat SD) hingga aliyah (SLTA) di Madinah. Setelah lulus sekolah menengah, ia melanjutkan pendidikan khusus pendalaman Alqur’an kepada tokoh dan ulama ternama yang berada di Madinah dan luar Madinah, Arab Saudi.
Di antaranya Syekh Muhammad Husein Al Qari’ (Ketua Ulama Qira’at di Pakistan), Syekh Said Adam (Ketua Pengurus Makam Rasulullah), Syeikh Khalilul Rahman (Ulama Alquran di Madinah dan Ahli Qiraat), Syekh Khalil Abdurahman (seorang ulama ahlul Quran di Kota Madinah), Syeikh Abdul Bari’as Subaity (Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram), Syeikh Prof. Dr. Abdul Azis Al Qari’ (Ketua Majelis Ulama Percetakan Al-Qur’an Madinah dan Imam Masjid Quba), dan Syeikh Muhammad Ramadhan (Ketua Majelis Tahfidzul Qur’an di Masjid Nabawi).
Selama penggembelangan dirinya, ia juga rutin mengajar dan berkdakwah, khususnya di tempat tinggalnya, yakni masjid tempat ayahnya mensyiarkan Islam dan Ilmu Alqur’an. Selama di Madinah ini, ia juga aktif sebagai guru hafalan AlQur’an di Masjid Nabawi dan menjadi imam salat di salah satu masjid Kota Madinah.
Pada tahun 2008, kala usia 32 tahun, Syekh Ali Jabir terbang ke Indonesia. Ia menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), asal istrinya tinggal. Di sini ia menjadi guru tahfidz (hafalan) Qur’an, Imam salat, juga khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok, NTB, Indonesia.
Kariernya berlanjut saat ia diminta menjadi imam salat tarawih di Masjid Sudan Kelapa, Menteng, Jakarta. Selain itu, ia juga menjadi pembimbing tadarus Qur’an dan imam salat Ied di Masid Sunda kelapa, Menteng, Jakarta.
Kehadiran Syekh Ali Jaber ternyata mendapat sambutan yang sangat baik oleh masyarakat Indonesia. Dakwahnya yang menyejukkan, penyampaiannya sangat rinci, dan berisi dengan ayat-ayat Alquran dan hadits. Ia mulai sering dipanggil keliling Indonesia untuk syiar Islam.
Ketulusannya berdakwah, ia mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun 2011, ia menjadi warga Negara Republik Indonesia. Sejak itu ia rutin mengisi acara Damai Indonesiaku di TvOne dan menjadi juri Hafizh Indonesia di RCTI.
Untuk menyiarkan Islam lebih efektif dan melahirkan para penghafal Alqur’an di Indonesia, seperti ditulis dalam situsnya, ia mendirikan Yayasan Syekh Ali Jaber berkantor di Jatinegara, Jakarta, dan ia sendiri tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Karier Syekh Ali Jaber terus menanjak. Dia mulai tampil di berbagai program telivisi. Bahkan ia juga menjadi aktor dalam film “Surga Menanti”, pada tahun 2016. Film berkisah tentang Dafa (Syakir Daulay) remaja yang bercita-cita menjadi seorang hafidz Qur’an.
Popularitas Syekh Jaber tak kalah dengan penceramah ternama Indonesia lainnya. Meski sudah tenar lewat media, ia tetap berendah hati. Ia masih berkeliling menjadi khatib Jumat di masjid-masjid kecil di pelosok kota dan daerah. (rj2/*)







