GRESIK (RadarJatim.id) — Kesal dan geram akibat gangguan hama tikus yang menyerang hamparan tanaman padi di sawah, memunculkan ide unik dan menarik. Ide itu berupa Fesvival Gropyok (Berburu) Tikus. Panitia menyiapkan hadiah Rp 3 ribu per ekor bagi peserta yang berhasil menangkap hewan pengerat tersebut.
Itu dilakukan para petani yang terhimpun dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Desa Gredek, Kecamatan Duduksampean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Festival Gropyok Tikus ini sebagai upaya mengendalikan hama tikus yang menyerang tanaman padi milik warga desa tersebut.
Kegiatan yang digagas para petani desa itu didukung Dinas Pertanian Kaupaten Gresik, dilaksanakan selama 5 hari, mulai Jumat (4/5/2023) hingga Senin (8/5/2023).
Festival ini diikuti ratusan petani. Mereka menggunakan peralatan pengasapan, tabung gas elpiji dan belerang, memburu tikus yang bersembunyi dalam lubang di area persawahan.
Kepala Desa Gredek, M. Bahrul Ghofar mengatakan, Festival Gropyok Tikus massal tidak sekadar menangkapi hama yang menyerang area pertanian, tetapi sekaligus solusi aman mengendalikan hama tikus dibandngkan perangkap beraliran listrik atau oleh warga dikenal sebagai setrum tikus.
“Setrum tikus sangat berbahaya, karena dapat membunuh tikus dan membahayakan nyawa petani yang menggunakan,” ujarnya saat pembukaan Festival Gropyok Tikus di balai desa setempat, Jumat (5/5/2023).
Ghofar menambahkan, gropyokan tikus massal ini, menggunakan bahan alami pengusir tikus, yakni belerang. Aromanya yang menyengat dapat mengusir tikus dari sawah.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan efektif memberantas hama tikus dan memberikan rasa aman bagi petani. Yang bisa menangkap tikus, akan mendapatkan bonus Rp 3 ribu per ekor. Ini sebagai wujud apresiasi kepada peserta dalam upaya memberantas hama tikus,” tandasnya.
Kepala Dinas Pertanian Gresik, Eko Anindito Putro mengapresiasi Fetival Gropyokan Tikus Massal yang digagas warga Gredek. Selain lebih aman dibandingkan setrum listrik, kegiatan ini juga lebih efektif dan membangun kebersamaan antarpetani.
“Festival Geropyokan Tikus ini tidak sekadar lebih efektif, tetapi juga memberikan rasa aman dibandingkan setrum listrik. Terpenting, mampu menumbuhkan rasa gotong-royong antarmasyarakat petani,” ujarnya saat membuka festival.
Ia menambahkan, pihaknya sepakat tidak memperbolehkan petani menggunakan jebakan tikus dengan aliran listrik. “Jangan sampai ada jatuh korban. Sebagai alternatif penanganan hama tikus, kami mengajak petani meningkatkan kegiatan gropyokan tikus secara massal,” ujarnya.
Pada kesempatan itu pihaknya juga mengapresiasi petani Desa Gredek yang memanfaatkan pendirian rumah burung hantu (rubuha) di seluruh areal pertanian. Burung hantu merupakan predator alami tikus.
“Dengan adanya burung ini, maka populasi tikus di sawah akan berkurang,” tambahnya. (sto)







