SURABAYA (RadarJatim.id) – Melihat kinerja kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini selama 10 tahun tak dimungkiri sarat prestasi juga cerita indahnya. Namun, keindahan itu urung sempurna dirasakan oleh arek-arek Suroboyo di tengah pembinaan sepak bola mereka.
Wali Kota Risma telah mengukir sederet prestasi level dalam negeri hingga mancanegara. Pembangunan mengedepankan lingkungan hidup, melahirkan taman-taman asri dengan kecantikan bunga-bunga Tabebuya, ditambah rimbunnya ruang terbuka hijau.
Lantas bagaimana soal pembinaan anak-anak di lapangan hijau? Menurut informasi yang dihimpun RadarJatim.id, masih ada ketimpangan antara prestasi dan perhatian dalam pembinaan sepak bola yang hampir tidak pernah terekspos ke publik.
Di tengah hingar-bingar pembangunan lapangan olahraga di beberapa titik kelurahan sampai lapangan sepak bola standar internasional untuk persiapan piala dunia U-20 2021, faktanya tiga tahun terakhir ini agenda pembinaan sepak bola arek-arek Suroboyo mulai usia dini sampai dengan remaja bergulir tanpa kucuran APBD Pemkot Kota Surabaya.
Asosiasi PSSI Kota Surabaya (Askot) bergerak sendiri secara swadaya bersama segenap para pengurus klub dan Sekolah Sepak Bola (SSB) terafiliasi. Agenda turnamen, festival sepak bola hingga kepelatihan wasit dan pelatih bisa tetap bergulir. Buah yang diunduh dari jalannya pembinaan yang baik dan berkelanjutan ialah lahirnya bakat-bakat muda di lapangan hijau.
Lazimnya, setiap kabupaten dan kota lewat pemda setempat turut memberikan anggaran pembinaan untuk dikelola bersama federasi atau askot/askab.
“Kucuran APBD tidak ada. Sejak kami menjabat menggantikan ketua sebelumnya sudah tidak anggaran yang terserap untuk kegiatan kami. Tapi, kami mampu mandiri asalkan pembinaan tidak mandeg (berhenti),” terang Maurits Bernhard Pangkey, Ketua Umum Askot PSSI Surabaya kepada RJ.id, Jumat (20/11/2020).
Tak hanya itu, baik pihak Askot PSSI Surabaya bersama Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) seolah enggan berjalan beriringan seirama. Akibat kutub pertemuan ini yang tak pernah sama, kondisi pembinaan yang sering menjadi korbannya.
Beberapa kali, pemilihan venue untuk turnamen resmi lintas kelompok usia acapkali menemui kesulitan untuk ijin pemakaian lapangan. Alhasil, agenda turnamen tahunan terpaksa digelar di luar kota Surabaya, seperti Lapangan Brigif Marinir, Juanda, Sidoarjo atau lapangan Arhanud, Sriti, Gedangan, Sidoarjo.
“Kami tidak pernah diajak interaksi dua arah ataupun dimintai saran dan rekomendasi, padahal sesuai statuta PSSI maupun FIFA, setiap penyelenggaraan resmi sepak bola harus melalui Askot (kepanjangantangan PSSI) sebagai federasi. Bukannya Dispora,” tegas Champ-sapaan akrabnya.
Selain itu, persengketaan Lapangan dan Gedung Asrama Karanggayam oleh Pemkot Surabaya kepada Persebaya secara tidak langsung juga menghambat jalannya pembinaan sepak bola. Pasalnya, lapangan bersejarah ini semula sebagai kawah candradimuka anak-anak remaja pemain tim internal Persebaya untuk berlatih. Mereka meniti jalan ke level klub profesional Liga 1.
“Lapangan Karanggayam juga dulu sering jadi venue kompetisi internal sampai dengan agenda turnamen Askot dan Piala Walikota,” imbuh Champ.
Nahasnya, sudah setahun lebih lapangan ini tersegel dan tidak boleh digunakan. Tak heran, kini Karanggayam tak bertuan dan tak terawat. Suasana lapangan yang dulu riuh oleh nyanyian khas Bonek, berubah seperti hutan. Kesan angker pun tak terhindarkan.
Terpisah, Saiful Anwar, Pendiri dan Pengurus sekolah sepak bola Maestro FC Surabaya juga mengamini kondisi pembinaan sepak bola Kota Pahlawan yang belum sempurna. Menurut dia, selama ini stakeholder pengurus klub dan SSB berjuang sendiri dengan swadaya bersama lewat iuran dan uang kas. Menggaet sponsor juga dilakukan bersama.
“Padahal kami inginnya Ibu Risma dan Pemerintah Kota ikut memikirkan bagaimana pembinaan klub. Apalagi Pemkot punya APBD yang dapat memaksimalkan Pembinaan,” urai Saiful.
Meski demikian, Ketua Umum Askot PSSI Maurits Bernhard Pangkey tidak menampik bahwa tetap ada kontribusi positif yang ditorehkan Wali Kota Risma kaitannya soal pembinaan sepak bola.
Champ–sapaan akrabnya memuji keberhasilan Risma menggaet Sister City bersama Liverpool, salah satu kota di Inggris, kiblat sepak bola Eropa. Alhasil, Surabaya bisa mengirimkan sejumlah pemain berbakat untuk menimba ilmu mengolah si kulit bundar.
Namun, agak sedikit disayangkan, lanjut Champ, karena program latihan ke Liverpool tidak dikemas dengan tepat sesuai ketentuan sepak bola. Hal ini membuat program pengiriman pelatihan pemain dan pelatih yang menggunakan anggaran pemda tidak berjalan maksimal.
Pada kesempatan itu, Champ juga menyatakan, pihak Dispora tidak pernah berdiskusi ataupun meminta saran Askot PSSI Surabaya.
“Kerjasama sister city Liverpool ini bagus. Tapi saat itu Supriyadi dan kawan-kawan tidak efektif. Berbarengan cuaca dingin bersalju. Apakah ini tepat? Mereka hanya dapat pengalaman jalan-jalan. Tentu boros duit kalo mereka pake APBD,” ujar Champ.
Sebagai Gantinya, Surabaya Host Piala Dunia U-20 2021
Walaupun urusan pembinaan sepak bola usia muda Surabaya belum sempurna, Walikota Risma seolah membayar gantinya dengan keberhasilan lainnya. Dia sukses menggolkan misi Kota Surabaya menjadi tuan rumah perhelatan Piala Dunia U-20 2021 pertama kali di Indonesia.
Kota Surabaya bahkan bakal dipercaya menjadi tempat pembukaan Piala Dunia U-20 2021 lantaran persiapan infrastruktur dinilai paling siap lebih awal di antara kota lainnya.
Risma berhasil meyakinkan Presiden RI hingga Sekjen PSSI saat itu Ratu Tisha untuk menaruh venue utama di Surabaya. Lobi dan pendekatan Walikota dua periode ini cukup membuat pihak lain kepincut. Risma pun berkomitmen penuh menyiapkan venue lapangan dan infrastruktur yang dibutuhkan.
Tak tanggung-tanggung, Walikota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini menggeber 5 lapangan baru dengan standar rumput FIFA internasional ditambah kelengkapan fasilitas lainnya. Lima lapangan yang dimaksud ialah satu lapangan utama stadion Gelora Bung Tomo (GBT) yang direnovasi, tiga lapangan outdoor baru di area GBT, satu lapangan utama hasil renovasi di GOR 10 November Tambaksari dan satu lapangan THOR sebagai cadangan.
Sesuai skenario PSSI, empat lapangan saja yang akan dipakai di Piala Dunia U-20 2021. Rinciannya, 1 lapangan utama di Stadion Gelora sebagai venue pertandingan, ditambah 4 lapangan untuk official training atau latihan resmi timnas kontingen Piala Dunia.
Kesiapan ini mendapat apresiasi tinggi dari Menpora Zainudin Amali. Saat kunjungan Menpora pada Jumat (18/9/2020) lalu bersama Wakil Ketua Umum PSSI Iwan Budianto guna meninjau progres pembangunan Stadion GBT dan fasilitas penunjang.
“Setelah melakukan pantauan baik di dalam maupun luar stadion, hingga akses jalan, Kota Surabaya yang paling siap dan sesuai yang diminta FIFA. Nah, tentu kita akan terus ikuti perkembangannya,” urai Zainudin Amali pasca kunjungan tersebut.
Selain itu, Zainudin juga mengapresiasi Wali Kota Risma yang turun langsung memantau persiapan ini. Bahkan, Zainudin meminta daerah-daerah lain yang juga menjadi tuan rumah, mencontoh keseriusan yang sudah dilakukan Wali Kota Risma dalam mempersiapkan Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang.
“Ibu Risma luar biasa sekali. Beliau terus-terusan berada di sini. Jadi kita harapkan oleh kepala daerah di Kota lain yang ketempatan. Mestinya begini mencontoh apa yang dilakukan Ibu Risma,” papar dia.
Atas komitmen Risma itu, Menpora bahkan bersedia mengusulkan kepada FIFA agar Surabaya menjadi calon lokasi acara pembukaan. Bagi Zainudin, pembukaan tidak harus di Jakarta. Kalaupun Surabaya lebih siap, bukan tidak mungkin opening ceremony digelar di bumi pahlawan.
“Kita lihat perkembangannya. Kalau memang bagus, akhirnya kita akan usulkan ke FIFA, Surabaya calon acara pembukaannya,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Dispora Kota Surabaya M Afghani Wardhana menampik, bila kalau Wali Kota Risma dianggap tidak perhatian pada pembinaan sepak bola. Justru, tegas Mantan Sekretaris Dewan DPRD Surabaya ini, Risma sangat perhatian pada semua jenis pembinaan olah raga dan sarana olah raga.
Hal ini, lanjut Afghani, dibuktikan dengan didirikannya beberapa sarana olah raga atau lapangan olahraga baru. Dia menyebut selama Risma menjabat sudah ada lebih dari 500 lapangan untuk umum.
“Kami juga selalu kasih rewards bonus atlet berprestasi. Bu Risma juga memberi kesempatan putra Surabaya untuk sekolah sepak bola ke Liverpool. Ibu Wali Kota Surabaya sangat perhatian di pembinaan olahraga,” katanya, Sabtu (20/11/2020).
Masih Afghani, keberhasilan Surabaya menjadi salah satu tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang bakal menjadi salah satu hasil kepemimpinan Wali Kota Risma yang akan tercatat di sejarah dan dikenang oleh warga Surabaya maupun rakyat Indonesia pencinta sepak bola.
Bisa dikatakan, tugas Risma baru akan paripurna setelah membereskan semua kesiapan sarana untuk Piala Dunia ini. Selanjutnya, Risma bisa menjelang purna tugasnya dengan tuntas.
“Saat ini terus berbenah, deadline ditargetkan Desember 2020 ini. Waktu semakin dekat. Walaupun sempat terkendala pandemi, tapi kita harus tetap siapkan maksimal. Jadi sebelum penyelenggaraan Piala Dunia sepak bola U-20 tahun 2021, Surabaya siap,” tegas dia. (Phaksy/Red)