• Pasang Iklan
  • Redaksi
  • Contact
Kamis, 4 Desember 2025
No Result
View All Result
e-paper
Radar Jatim
  • Home
  • Bisnis
  • Hukum dan Kriminal
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Lifestyle
  • Contact
  • Home
  • Bisnis
  • Hukum dan Kriminal
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Lifestyle
  • Contact
No Result
View All Result
Radar Jatim
No Result
View All Result
Home Sastra/Budaya

Pesona Penyair Sepuh Taufiq Ismail dan D. Zawawi Imron

by Radar Jatim
29 Mei 2023
in Sastra/Budaya
0
Pesona Penyair Sepuh Taufiq Ismail dan D. Zawawi Imron

Penyair Taufiq Ismail (duduk) tampil bersama dengan D. Zawawi Imron (tengah) diiringi musik gitar, di aula Unusa Surabaya, Senin (29/5) siang.

289
VIEWS

Oleh Adriono

Sungguh senang rasanya menyaksikan dua penyair legendaris Indonesia masih sehat dan tetap menawan di panggung. Apalagi puisi mereka tergolong puisi yang memang cocok digemakan di hadapan khalayak.  Ya, penyair Pelopor Angkatan 66, Taufik Ismail (88 tahun) dan penyair celurit emas dari Sumenep D. Zawawi Imron (78 tahun)  tampil bergantian membacakan karya-karya berkualitasnya di Auditorium Tower lantai 9, Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) Surabaya, Senin (29/5/2023) siang.

Masih dalam rangkaian hari Kebangkitan Nasional, acara Parade Pembacaan Puisi kali ini mengusung tema Kebangkitan Bangsa Bebas dari Korupsi. Parade juga disiarkan secara daring lewat Zoom meeting dan live streaming Youtobe.  Selain dua penyair tersebut, juga turut meramaikan parade jajaran pejabat dan dosen Unusa serta sejumlah penyair Jawa Timur, sepert Prof. Kacung Marijan, Dr. Suhermono Kasiyun M.Pd, PD. Hermono, Aming Aminuddin, Shoim Anwar, Susilo Basuki, Heti Palestina Yunani, Gatot Strenkali, dan lainnya.

Kondisi  sehat, meski harus dikawani tongkat, dua penyair tersebut merupakan aset bangsa yang perlu disyukuri. Sebab penyair besar adalah penjaga jiwa, perawat hati nurani masyarakat dan bangsanya.

Melalui untaian kata mereka menjalankan darmanya. Memberi penyadaran, pelembutan rasa, juga penghiburan. Jangan lupa penyair juga mengkritisi ketimpangan serta mengutuk nafas zaman yang busuk. Darinya kata tidak sekadar retorika klise karena ditulis sepenuh jiwa dan diolah dengan originalitas kepenyairannya. Maka yang hadir adalah mata air, inspirasi yang menyulut, sekaligus alarm peringatan yang berdaya gugat.

Dengan Puisi, Aku

Dengan puisi, aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti

Dengan puisi, aku bercinta

Berbatas cakrawala

Dengan puisi, aku mengenang

Keabadian yang akan datang

Dengan puisi, aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi, aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi, aku berdoa

Perkenankanlah kiranya

(Taufiq Ismail, pernah dilagukan Bimbo)

Taufiq tampil membaca sejumlah sajak dalam aneka tema, tetapi semua bermuara kepada kepedulian dan kecintaan kepada negerinya. Lewat puisi pembuka, dirinya memprihatini budaya baca kita yang masih rendah. Mengajak kaum muda mau berpayah-payah mencari ilmu. Juga mengingatkan bahaya kecintaan berlebihan kepada harta benda lewat “Lima Syair Tentang Warisan Harta.” Pesan bernas melalui keteladanan akhlak Rasulullah, Sahabat Umar, Khalid bin Walid, Sultan Shalahudddin, dan Autrangzeb penguasa imperium India. 

(1)

Inilah syair pertama tentang secercah sejarah

Mengenai Nabi Muhammad menjelang wafat

Ketika sakit beliau sudah terasa berat

Pada tabungannya yang sedikit jadi teringat

Menyedekahkannya belumlah lagi sempat

“Aisyah, mana itu ashrafi?

Sedekahkanlah segera di jalan Allah

Berikanlah secepatnya pada orang tidak berpunya

Bila masih ada harta kutinggalkan

Di rumahku ini, pasti itu bakal jadi rintangan

Dan aku tak aman menghadap Tuhan.”

Sesudah tabungan itu dibagikan

Maka wafatlah beliau dengan aman.

…………………………….

Yuka (cicit D. Zawawi Imron) membacakan puisi Taufiq Ismail berjudul “Dengan Puisi, Aku”.

Berikutnya giliran penyair D. Zawawi menghidupkan panggung dengan pantun dan puisi satir yang menyentil para  koruptor. Berikut ini salah satunya:

Ketika hujan mengguyur

Basah kuyup orang yang jujur

Basah kuyup juga orang yang tidak jujur

Tetapi yang lebih banyak basah kuyub adalah orang yang jujur.

Kenapa? Kenapa?

Karena payung orang yang jujur telah habis dicuri oleh orang yang tidak jujur.

Tetapi kalau hujan itu berkah perlambang rahmat

Hujan rahmat hanya akan membasahi orang yang jujur saja

Orang-orang yang tidak jujur tidak pernah akan basah oleh hujan rahmat

Kenapa? Kenapa?

Karena merekalah yang menolak hujan rahmat dengan payung-payung hasil curiannya itu.

Tidak hanya mengulas koruptor, Zawawi juga menebar pesan tentang pentingnya budi pekerti, adab anak kepada bapak ibu serta kepada guru, seraya menyitir “puisi” Imam Syafi’i dan kata bijak pada ulama terdahulu.

Alhasil acara parade puisi berlangsung sukses dan seru. Juga melegakan, karena uneg-uneg, kejengkelan,  dan aspirasi penonton tersalurkan lewat bait sajak yang disuarakan sejumlah penyair di dalam parade. Akan tetapi, harus diakui, pentas puisi kritik saat ini tidak dapat menandingi kehebohan acara yang sama, yang ditampilkan pada saat zaman Orde Baru dulu.

Dulu untuk lantang meneriakkan kritik di tengah sistem politik yang represif dan rezim militeristik seperti itu, butuh nyali rangkap.  Dan tidak semua penyair memiliki. Begitu ada penyair tatag meneriakkan sindiran pedas yang memerahkan kuping penguasa, maka yang terjadi adalah katarsis. Penonton bersorak girang, lantaran ganjalan yang menyumbat hati mendapat saluran pelepasannya. Penonton menjadi suporter yang nimbrung unjuk rasa, tanpa takut risiko diciduk aparat.

Rupanya, untuk menjadi tontonan seru dan tegang, pembacaan puisi kritik membutuhkan “bumbu” intimidatif secukupnya. Tetapi di era medsos, di mana semua orang dapat seenaknya menyinyiri dan mencaci maki penguasa negeri, agaknya kritik lewat puisi menjadi berkurang daya gigitnya. Begitukah? (*)

*) Adriono, Redaktur Pelaksana RadarJatim.id.

Tags: d zawawi imronparade pembacaan puisi Unusataufiq ismail

Related Posts

Zawawi Imron: Kembangkan Pendidikan Tersenyum

Zawawi Imron: Kembangkan Pendidikan Tersenyum

by Radar Jatim
20 April 2023
0

SURABAYA (RadarJatim.id) - Penyair senior...

Load More
Next Post
4.800 Guru Hadiri Peluncurkan Buku ‘Yuk Main ke Rumah Nenek’

4.800 Guru Hadiri Peluncurkan Buku 'Yuk Main ke Rumah Nenek'

Radar Jatim Video Update

Berita Populer

  • Tangis Haru Mewarnai Suasana Penjemputan Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu

    Tangis Haru Mewarnai Suasana Penjemputan Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Soft Launching KM Dharma Kencana V, Fasilitas Mewah Berkapasitas 1.400 Penumpang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ribuan Warga Doakan Keluarga Besar SMK Antartika 2 Sidoarjo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Semantik Puisi ‘Aku Ingin’ Karya Sapardi Djoko Damono

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sehari Pasca-Kunjungan Jokowi, KEK JIIPE Manyar Didemo Ratusan Massa Sekber Gresik, Protes Rendahnya Serapan Tenaga Kerja Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Radar Jatim adalah media online Jatim yang memberikan informasi peristiwa dan berita Jawa Timur dan Surabaya terkini dan terbaru.

Kategori

  • Artikel dan Opini
  • Ekonomi Bisnis
  • Ekosistem Lingkungan
  • Esai/Kolom
  • Feature
  • Finance
  • HAM
  • Hukum dan Kriminal
  • Infrastruktur
  • Kamtibmas
  • Kemenkumham
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Kuliner
  • Lain-lain
  • Layanan Publik
  • Lifestyle
  • Literasi
  • Nasional
  • Olah Raga
  • Ormas
  • Otomotif
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pertanian
  • pinggiran
  • Politik
  • Religi
  • Sastra/Budaya
  • Sosial
  • Tekno
  • TNI
  • TNI-Polri
  • video
  • Wisata

Kami Juga Hadir Disini

© 2020 radarjatim.id
Susunan Redaksi ∣ Pedoman Media Siber ∣ Karir

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum dan Kriminal
  • Nasional
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Ekonomi Bisnis
  • Artikel dan Opini

© 2020radarjatim.id

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In