SURABAYA (RadarJatim.id) — Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap 2 Mei bukan sekadar seremoni tahunan. Tetapi, momentum ini menjadi refleksi untuk meninjau kembali arah dan nilai dalam dunia pendidikan Indonesia.
Dalam konteks ini, Yayasan Al Hikmah Surabaya dan seluruh unit pendidikannya menjadikan Hardiknas sebagai wahana untuk meneguhkan kembali komitmen terhadap pendidikan yang berbasis nilai-nilai akhlak, kepemimpinan, dan spiritualitas. Peneguhan kembali komitmen itu dilakukan, apalagi di era kemajuan teknologi yang sangat memungkinkan terjadinya percepatan transformasi informasi, termasuk dampaknya bagi dunia pendidikan.
Endah Yuliani, SSi, Kepala Departemen Perencanaan Strategis Kurikulum dan Diklat YLPI Al Hikmah Surabaya, menjelaskan, yang diperlukan bagi generasi saat ini adalah bagaimana memiliki kurikulum pendidikan yang dapat menjawab dan menyelesaikan keresahan yang ada dengan menguatkan nilai-nilai akhlak, kepemimpinan, dan spiritualitas.
“Jika kita melihat fenoma yang terjadi sekarang, banyak perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat, terutama di bidang digitalisasi. Sehingga hal ini juga berdampak di dunia pendidikan,” ujar Endah di Surabaya, Kamis (1/5/2025).
Metode pembelajaran yang serba instan, lanjut Endah, bisa diakses dengan menyesuaikan kemajuan teknologi. Kemunculan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang cukup fenomenal membuat generasi muda, terutama para peserta didik, semakin merasakan kemudahan dalam belajar dan kurangnya bersosialisasi kepada masyarakat.
Dikatakan, banyak pengamat praktisi yang mulai resah tentang kemajuan teknologi saat ini. Menurut mereka, sambung Endah, tantangan moral dan tantangan kebutuhan kompetensi menjadi fokus utama bagi generasi abad 21.
“Jika melihat yang terjadi pada anak-anak saat ini, mereka cenderung menjadi pribadi yang tidak tangguh, tidak mandiri, tidak tanggung jawab, tidak semengat belajar, tidak semangat ibadah, kurang kolaborasi, menyukai hal yang serba cepat (instan), serta kemampuan berpikir yang berkurang dan pemahaman dalam interdisipliner,” papar Endah.
Mengajarkan Akhlak Pada Anak
Dijelaskan, dalam proses membangun kompetensi sikap, yang dibutuhkankan adalah lingkungan yang mendukung dan sosok teladan. Dengan demikian, siapa pun harus bisa menjadi teladan dan di mana pun keberadaannya, harus bisa menjadi lingkungan yang baik untuk anak yang bertumbuh.
Ia menjabarkan, dalam pendidikan, proses pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk membentuk siswa yang unggul secara akademik, namun juga berintegritas dalam moral dan spiritual. Hal ini selaras dengan filosofi pendidikan Islam, bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk insan kamil, yakni manusia seutuhnya yang cerdas, berakhlak, dan bertanggung jawab terhadap Tuhannya, sesamanya, dan lingkungannya.
Dalam kurikulum pendidikan Al Hikmah, jelas Endah, proses pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi oleh semua eleman di lingkungan sekolah dan masyarakat. Elemen itu bisa guru mata pelajaran, guru Al Quran, guru ekstrakulikuler, para pemimpin sekolah, petugas kebersihan sekolah, penjaga sekolah. Selain itu, juga masyarakat sekitar yang menunjang dalam proses pendidikan anak, seperti perangkat desa, dan pengurus masjid.
Ia menambahkan, Al Hikmah mempunyai 3 elemen penting yang selalu diterapkan, yakni segitiga emas. Elemen ini terdiri atas guru, siswa, dan orang tua. Peran ketiga elemen ini ia nilai sangat penting dalam pendidikan. Ketiganya, tandasnya, harus bisa berkolaborasi untuk kesuksesan pembelajaran anak.
Di sekolah anak belajar bersama guru. Di rumah orang tua menfasilitasi anak agar tercapai apa yang dicita-citakan. Karena itu, Al Hikmah juga memberikan penguatan pembelajaran bagi orang tua dengan “Modul Kurikulum Rumah, yakni panduan orang tua dalam mendidik ananda di rumah”.
“Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga peran orang tua sebagai madrasah dan teladan pendidikan pertama bagi anak,” katanya, seraya menambahkan, akhlak menjadi titik awal dan titik akhir dari pendidikan. Maka, lanjut Endah, pendidikan yang tidak membentuk akhlak hanya akan menghasilkan manusia pintar yang bisa saja menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan.
Pada aspek kepemimpinan, jelas Endah, dalam perspektif Al Hikmah bukan sekadar jabatan, tapi tanggung jawab. Sejak dini, anak-anak perlu diajarkan untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Kemampuan mengelola orang/sumber daya manusia (SDM) dengan akhlak dan kompetensi yang baik adalah tujuan utamanya.
“Pendekatan leadership by wisdom dengan Islamic value adalah salah satu hal yang perlu diterapkan saat ini. Hal ini berpijak pada konsep qiyadah ruhiyah (kepemimpinan spiritual), yaitu model kepemimpinan yang bertumpu pada relasi dengan Allah SWT dan misi sebagai khalifah di bumi,” ujarnya.
Maka, dalam pandangan Endah, seorang pemimpin bukan hanya sekadar manajer, tetapi teladan dan penggerak nilai bagi lingkungannya. Pemimpin harus menjadi pribadi yang bijaksana, serta memiliki pemikiran dan pertimbangan yang matang untuk mencapai tujuan dengan hasil yang optimal dan berkelanjutan.
“Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, dan itu tidak akan terwujud tanpa nilai. Dalam peringatan Hardiknas tahun ini, refleksi nilai akhlak dan kepemimpinan menjadi bagian dari aktualisasi nilai-nilai tersebut,” tandasnya.
Menjawab Tantangan Zaman
Di tengah krisis moral global dan era digital yang serba cepat, tantangan terbesar pendidikan bukan pada kurikulum atau teknologi, tetapi pada fondasi nilai. Al Hikmah memandang, krisis kepemimpinan yang terjadi di berbagai level berakar pada rapuhnya fondasi akhlak. Oleh karena itu, model pendidikan yang dikembangkan oleh Al Hikmah menjadi relevan, mendidik bukan hanya dengan pikiran, tetapi juga hati dan karakter.
Endah menjelaskan, pendidikan di Al Hikmah berbasis self learning melalui sistem e-learning. Hal ini berguna untuk mendukung kemampuan belajar anak secara mandiri dan menyenangkan. Selain itu, menjadi penyeimbang dari kemudahan akses sumber belajar yang terbuka karena digitalisasi. Guru berperan menampingi siswa dalam memperoleh sumber ilmu, yang kemudian mengajak mereka untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil yang diperoleh mereka secara instant.
“Sekolah Al Hikmah berupaya mengajak siswa untuk membangun keterampilan berpikir, merasa, dan bertindak dengan kesadaran moral. Pendidikan seperti ini perlu dilakukan untuk menyiapkan generasi pemimpin yang tidak hanya berprestasi, tapi juga berprinsip dan bermoral,” katanya menambahkan.
Peringatan Hardiknas. katanya, mengingatkan, bahwa pendidikan adalah fondasi peradaban. Melalui penguatan akhlak dan kepemimpinan, serta peningkatan kebutuhan kompetensi belajar, pendidikan dapat membentuk manusia yang tidak hanya cerdas, tapi juga bijak.
“Dan, di situlah pendidikan menemukan maknanya yang paling sejati,” pungkasnya. (har)







