SIDOARJO (RadarJatim.id) — Bukan hanya sekedar memakai pakaian adat tradisional Jawa, tetapi proses keseluruhan rangkaian upacaranya juga dilakukan dengan memakai adat tradisional dan bahasa Jawa. Kecuali pembacaan Teks Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Itulah yang dilakukan siswa SMK Senopati Sedati dalam apel pagi atau Upacara Bendera, untuk mengangatkan kearifan lokal agar tidak punah, sekaligus perwujudan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), pada Senin (9/9/2024) pagi di Lapangan Persahabatan. Jl. Senopati, Kepuh, Betro Sedati Sidoarjo.
Mulai pukul 7.00 seluruh siswa kelas X sudah berkumpul di Lapangan Persahatan, mereka semua memakai pakaian dan atribut tradisional Adat Jawa. Mulai dari Baju Kebaya, Baju Surjan (kas Jawa garis-garis warna coklat), Blangkon, Beskap, Udeng hingga kain Jarik atau Sewek.
Menariknya lagi, proses pemandu upacara juga dikatakan dengan menggunakan bahasa Jawat. Mulai persiapan pasukan, komando baris berbaris hingga petuah-petuah Inspektur Upacara juga menggunakan bahasa Jawa.
Petuah Inspektur Upacara yang dalam hal ini dilakukan oleh Waka Bidang Humas SMK Senopati Sidoarjo Muhammad Afifuddin, M.Ag menuturkan, di zaman modern sakniki, adat-ada jowo lan toto kromo sampun ical sedoyo. Milo niku SMK Senopati ngantos sak meniko tasih tetep njogo budoyo. (di jaman modern sekarang ini, banyak adat jawa dan perilaku/aturan Jawa sudah banyak yang hilang. Makanya SMK Senopati hingga saat ini masih tetap menjaga budaya).
“Lare sakniki, kepintarenipun cepet, nanging toto kromonipun kirang sanget.” (Anak sekarang soal kecerdaan cepat sekali, tapi soal sopan santu sangat kurang sekali),” terang Afifuddin. “Monggo budoyo ingkang kirang sae kita icalaken. (Mari kebiasaan yang kurang bagus, tidak sopan satun kita hilangkan,” ajaknya.
Aditya mengaku senang dan bisa menggunakan bahasa Jawa, karena memang orang Jawa ya harus bisa bahasa Jawa. “Saat memimpin upacara ya tidak merasa bingung, karena memang sudah bisa bahasa Jawa. Nggih saget boso Jawi, asline tiang Jawi,” ungkap Aditya usai jadi komanda upara.
Sementara itu, Kepala SMK Senopati Fathoni, M.Pd menjelaskan kalau mengangkat kearifan lokal ini merupakan program dari IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) dengan perwujudan P5 nya tentang kearifan lokal.
“Kita angkat budaya-budaya bagian dari kita, yakni Bahasa Jawa. Dengan harapan mengingatkan kembali kepada anak-anak tentang budayanya sendiri. Kita lestarikan agar tidak punah. Juga lebih bisa memahamkan kepada anak-anak khususnya bahasa Jawa. Karena di SMK Senopati ini masih ada guru Bahasa Jawa,” jelas Abah Fathoni.
“Sehingga guru bahasa Jawa ini kami beri tugas untuk terus memahamkan kepada anak-anak tentang berbahasa Jawa, termasuk tata kramanya. Boso aluse Jowo, Ngoko dan Kromo Inggil, dan hasilnya kita tampilkan dalam upacara ini,” terangnya.(mad)