SIDOARJO (RadarJatim.id) Anggota terpilih DPR RI Dapil Sidoarjo-Surabaya dari Partai Gerindra, Ir H Bambang Haryo Soekartono (BHS) mendesak agar alarm Early Warning System (EWS) di Perlintasan Sebidang KA double trek di Desa Seketi, Balongbendo, Sidoarjo segera difungsikan. Meski sudah terpasang sejak Maret, namun sampai saat ini EWS belum difungsikan karena terkenda kurangnya daya listrik.
“Alarm warning sytem yang sudah dipasang sebelum lebaran, tapi ternyata belum bisa diopeasikan sampai sekarang. Ini karena listrik masih dibawah kemampuanpan alarm warnings sytem. Saya sudah telephone Pak Kadis (Kadishub Sidoarjo,Red) agar cepat, mempercepat penambahan daya agar bisa segera difungsikan,” ujar Bambang Haryo Soekartono.
Founder BHS Peduli ini secara khusus meninjau lokasi perlintasan sebidang pada Rabu (3/7/2024) untuk mengetahui kondisi perlintasan. Dimana di perlintasan tersebut sebelumnya ada warga sekitar bernama Sueb (60), asal Desa Seketi RT 2 RW 3 Kecamatan Balongbendo meninggal dunia usai sepeda motornya tertabrak KA.

“Di perlintasan itu, merupakan jalur double trak atau rel ganda biasanya terjadi persimpangan dari dua jurusan. Kalau seperti itu memang harus ektra informasi dari petugas kepada masyarakat bahwa KA yang akan lewat ini dua, sehingga masyaraka bisa lebih hati hati. Kadang kalau KA lewat pengendara ingin cepat jalan, kalau mereka tahu yang akan lewat dua KA mereka tidak akan jalan dulu, mereka pasti juga akan hati hati,” tambah BHS, panggilan akrab Ir H Bambang Haryo Soekartono.
Untuk mencarikan solusi tercepat, pihaknya akan menyumbang toa atau pengeras suara. Agar petugas jaga perlintasan bisa memberikan informasi kepada pengendara dengan suara lebih jelas jika akan ada dua KA yang melintas di persimpangan sebidang. Pihaknya juga menyumbang jam dinding di posko perlintasan untuk memudahkan penjaga melihat waktu.
Ketua Dewan Penasehat DPD Partai Gerindra Jatim ini juga berharap agar alarm warning system bunyinya bisa lebih jauh lagi. Jika saat ini pada jarak 1 km, diharapkan bisa lebih jauh lagi, dua atau tiga km. Tujuannya agar bila petugas belum melihat KA tapi sudah bisa mendengar alarm berbunyi.

“Alarm warning system di Jepang juga begitu, jaraknya 3 km,” tegasnya.
Sedangkan di Desa Seketi ada dua lintasan sebidang yang jaraknya lebih dari standar KA, yakni sudah ada satu setengah kilometer. Untuk itu pemerintah kabupaten diharapkan melengkapi keperluan untuk perlintasan tersebut.
“Harga berapapun demi menyelamatkan nyawa warga harus dianggarkan, sehingga keselamatan dari warga Sidoarjo bisa dijaga dengan baik,” terangnya.
Usai meninjau perlintasan, Bambang Haryo juga menyempatkan berkunjung ke rumah duka dan memberikan santunan kepada keluarga korban. Dewan Pakar DPP Partai Gerindra ini berharap PT Jasa Raharja bisa jemput bola untuk memberikan santunan kepada keluarga korban. Terlebih keluarga korban juga tidak punya motor untuk mengurus asuransi di PT Jasa Raharja lantaran kendaraan korban rusak.

Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat ini juga meminta agar Kementerian Keuangan tak mengurangi anggaran infrastructure, maintenance and operation (IMO) kereta api. Tujuannya agar pelayanan dan fasilitas KA di Indonesia bisa dioptimalkan.
“Infrastruktur dan fasilitas angkutan umum khususnya KA harus diprioritaskan sebaik mungkin karena menyangkut keselamatan nyawa publik. Anggaran IMO ini tidak boleh dikurangi karena apa, maintenance akan berpengaruh terhadap keselamatan dan infrastruktur harus bagus, apalagi operasional ini juga sangat penting. Maka kami mengharapkan jika hal-hal itu dijalankan dengan baik akan meminimalisir kejadian yang memakan korban lagi di perlintasan KA,” pungkas anggota DPR RI periode 2014-2019 ini. (MAS)