• Pasang Iklan
  • Redaksi
  • Contact
Sabtu, 25 Oktober 2025
No Result
View All Result
e-paper
Radar Jatim
  • Home
  • Bisnis
  • Hukum dan Kriminal
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Lifestyle
  • Contact
  • Home
  • Bisnis
  • Hukum dan Kriminal
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Lifestyle
  • Contact
No Result
View All Result
Radar Jatim
No Result
View All Result
Home Feature

Di Tengah Gema Takbiran Malam Lebaran, Mereka Sumeleh dalam Takdir

by Radar Jatim
1 April 2025
in Feature
0
Di Tengah Gema Takbiran Malam Lebaran, Mereka Sumeleh dalam Takdir

Joko bersama salah satu cucunya menikmati malam lebaran. (Suhartoko)

1.1k
VIEWS

Membersamai Kaum Marginal di Terminal Gubernur Suryo Gresik

Jarum jam menunjuk pada pukul 22.47 WIB. Namun, suasana di kawasan perkotaan Gresik masih cukup hidup. Lalu lalang kendaraan di jalanan juga masih cukup ramai. Demikian juga warung-warung kopi (warkop) di berbagai sudut kota nampak padat pelanggan untuk cangkrukan. Tak terkecuali, kawasan yang terkesan kumuh di area Terminal Gubernur Suryo Gresik, yang setiap hari menjadi penghubung moda transportasi ke sejumlah daerah kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik.

Masih hidupnya kawasan terminal di Jalan Gubernur Suryo malam itu, bukan karena banyaknya arus penumpang kendaraan umum, tetapi gerak kehidupan puluhan keluarga yang tinggal di bedak-bedak bekas lapak atau kios yang sudah tak berfungsi sebagaimana mestinya. Mereka tinggal di bedak-bedak berukuran kira-kira 2,5 x 3 meter dengan cara menyewa Rp 300.000 hingga Rp 400.000 per bedak untuk masa sewa sebulan.

Para orang tua kelihatan duduk-duduk di depan bedak masing-masing, bergerombol beralas tikar yang kelihatan lusuh. Ada juga yang duduk di kursi atau bangku kayu. Sementara anak-anak nampak berlarian, sebagian asyik main game pada gadget atau HP (hand phone) dalam genggamannya.    

Gema takbiran yang menandai berakhirnya puasa Ramadan 1446 H dan menyambut Hari Raya Idul Fitri cukup jelas terdengar dari corong-corong (pengeras suara) masjid dan musalah di sekitar terminal, pada Minggu, 30 Maret 2025. Ya, malam itu sebagian besar umat Muslim memang tengah larut  menyambut hari kemenangan, dalam momentum lebaran atau Hari Raya Idul Fitri dengan suasana suka cita, penuh kegembiraan.

Namun, suasana kegembiraan itu tidak berlaku bagi puluhan keluarga yang hidup di kompleks terminal Gubernur Suryo. Bagi mereka, hari raya atau hari biasa, tak ada bedanya. Mereka harus melaluinya apa adanya, dengan kegiatan rutin untuk bertahan hidup dengan aktivitas utama: ngamen dan ngemis. Ini berlaku bagi warga kompleks ini, tak peduli dewasa maupun anak-anak. Semuanya terlibat dalam rutinitas menggelindingnya roda kehidupan yang relatif konstan, tidak berubah, itu-itu saja.

Mereka tak terpengaruh dengan hiruk-pikuk warga kota yang mudik lebaran ke kampung halaman masing-masing. Mereka juga tak larut dengan penyiapan baju baru bagi anak-anak, pun pula aneka kue lebaran yang terhidang di meja. Seperti puluhan tahun sebelumnya, mereka lalui malam lebaran tahun ini dengan suasana biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa.

“Kami di sini tak pernah mudik lebaran. Apa yang dibuat untuk sangu mudik? Ya, cukup di sini saja, dijalani apa adanya,” ujar Joko, salah satu tunawisma, yang telah 26 tahun tinggal di area Terminal Gubernur Suryo Gresik dengan tatapan mata yang datar.

Pemilik nama lengkap Joko Pujo Mulyono (58 tahun) ini merupakan penghuni paling lama di kawasan ini. “Kesenioran” Joko membuatnya biasa dipanggi Pakde oleh warga kompleks ini. Saking lamanya tinggal di sini, ia pun tak sendiri, tetapi bersama istri tercintanya, Sutinah, anak-anak dan cucu-cucunya.

Rutin Mengamen

Seperti yang lain, sehari-hari Joko yang asal Desa Gesing, Kecamatan Semanding, Tuban, Jawa Timur ini, melalui roda hidupnya dengan mengamen. Ia kerap berpindah-pindah di antara lampu merah (traffic light) perempatan jalan, untuk menghindari incaran dan kejaran petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik.

Ya, “musuh terbesar” para pengamen jalanan seperti Joko dan puluhan lainnya adalah petugas Satpol PP. Pemkab Gresik memang melarang aktivitas ngamen dan ngemis (meminta-minta) di tempat-tempat umum, seperti di traffic light. Karena itu, dalam menjalani ikhtiarnya mengais rezeki, Joko dan kawan-kawan mesti awas dan sigap untuk bisa lolos dari kejaran dan sergapan petugas Satpol PP.

“Sambil ngamen, mata ya harus awas melihat. Daripada ketangkap. Karena itu, sekarang saya dan lainnya kalau ngamen tak membawa gitar, tapi cukup cocolele/ukulele (semacam gitar mini), biar kalau ada obrakan (razia petugas, Red) larinya bisa gampang,” ujar ayah enam anak dengan lima cucu ini.

Joko lalu bercerita, suatu ketika ia bersama beberapa pengamen lainnya keciduk petugas. Ia tak bisa lolos, karena sudah dikepung oleh sejumlah petugas dan akhirnya dibawa ke kantor Satpol PP. Bersama pengamen lainnya, ia pun menjalani sidang tipirng (tindak pidana ringan). Katanya, putusan sidang memang tidak membuatnya harus menjalani hukuman kurungan (penjara), cuma wajib lapor dua kali sepekan selama beberapa bulan.

Jerah dengan putusan sidang tipiring? Ternyata tidak! Joko dan kawan-kawan yang sehari-hari tinggal di bedak-bedak di area Terminal Gubernur Suryo itu masih saja menjalani rutinitas hidupnya dengan cara mengamen. Sebagian lainnya mengemis, terutama yang emak-emak dan anak-anak. Meski bukan pilihan hidupnya, itulah fakta dan peran hidup yang harus mereka lakoni.

Pendapatan mereka dari ikhtiar mengais rezeki di jalanan biasanya habis untuk kebutuhan makan sehari-hari dan ongkos untuk mandi dan buang air kecil, serta berak di ponten di pasar Gresik yang lokasinya berdampingan dengan terminal tempat mereka tinggal sehari-hari. Maklum, di bedak yang mereka tempati memang tak tersedia kamar mandi, juga tak ada WC untuk buang air besar (BAB).

Untuk keperluan mandi, mereka harus ke ponten umum dengan biaya Rp 4.000 untuk sekali mandi. Sementara untuk kencing, harus bayar Rp 2.000, dan BAB Rp 3.000. Sementara khusus untuk anak-anak yang masih usia balita, biasanya mereka beli air gledekan dengan harga Rp 2.000 per jerigen. Jika per geledek berisi delapan hingga sepuluh jerigen, berarti mereka harus menyiapkan uang Rp 16.000 hingga Rp 20.000. Mereka biasa memandikan anak-anak dengan menuangkan air dari jerigen ke bak-bak plastik di depan bedak-bedak mereka.   

Malam kian larut. Sekitar pukul 23.50 WIB, gema takbiran masih terdengar bersaut-sahutan dari corong-corong masjid dan musalah. Kaum Muslim larut dalam kegembiraan menyambut Hari Raya Idul Fitri tahun ini, yang jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

“Allahu akbar … Allahu akbar … Allahu akbar. Laa ilaha ilallahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd….”.

Kaum marginal (pinggiran) yang hidup di bedak-bedak sederhana di Kawasan Terminal Gubernur Suryo, di tengah kota Gresik yang dikenal dengan kota Santri, larut dengan kehidupannya sendiri. Mereka nyaris tak terusik oleh gema takbir, tahlil, dan tahmid dalam takbiran malam lebaran. Mereka seakan menikmati dan memilih sumeleh dengan takdirnya. (Suhartoko)

Tags: gresikKaum PinggiranMalam LebaranSumelehTakburanTakdir

Related Posts

Perkokoh sebagai Kampus Vokasi, 80 Persen Mahasiswa Polteksi Diterima di Perusahaan saat Belum Lulus Kuliah

Perkokoh sebagai Kampus Vokasi, 80 Persen Mahasiswa Polteksi Diterima di Perusahaan saat Belum Lulus Kuliah

by Radar Jatim
15 September 2025
0

GRESIK (RadarJatim.id) -- Politeknik Semen...

UISI Pertegas Identitas sebagai Industrial University, Ratusan Mahasiswa Baru Jalani PKKMB

UISI Pertegas Identitas sebagai Industrial University, Ratusan Mahasiswa Baru Jalani PKKMB

by Radar Jatim
15 September 2025
0

GRESIK (RadarJatim.id) -- Universitas Internasional...

Membanggakan, Di antara 8.000 Sekolah, SD Muhammadiyah Manyar Gresik Raih Peringkat 6 Nasional di SIMT Puspresnas

Membanggakan, Di antara 8.000 Sekolah, SD Muhammadiyah Manyar Gresik Raih Peringkat 6 Nasional di SIMT Puspresnas

by Radar Jatim
16 Agustus 2025
0

GRESIK (RadarJatim.id) -- SD Muhammadiyah...

Load More
Next Post
Grebeg Syawal, Tradisi Gunungan dari Kraton Yogyakarta ke Masjid Kauman hingga Dalem Mangkubumen

Grebeg Syawal, Tradisi Gunungan dari Kraton Yogyakarta ke Masjid Kauman hingga Dalem Mangkubumen

Radar Jatim Video Update

Berita Populer

  • Tangis Haru Mewarnai Suasana Penjemputan Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu

    Tangis Haru Mewarnai Suasana Penjemputan Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Soft Launching KM Dharma Kencana V, Fasilitas Mewah Berkapasitas 1.400 Penumpang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ribuan Warga Doakan Keluarga Besar SMK Antartika 2 Sidoarjo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Semantik Puisi ‘Aku Ingin’ Karya Sapardi Djoko Damono

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sehari Pasca-Kunjungan Jokowi, KEK JIIPE Manyar Didemo Ratusan Massa Sekber Gresik, Protes Rendahnya Serapan Tenaga Kerja Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Radar Jatim adalah media online Jatim yang memberikan informasi peristiwa dan berita Jawa Timur dan Surabaya terkini dan terbaru.

Kategori

  • Artikel dan Opini
  • Ekonomi Bisnis
  • Ekosistem Lingkungan
  • Esai/Kolom
  • Feature
  • Finance
  • HAM
  • Hukum dan Kriminal
  • Infrastruktur
  • Kamtibmas
  • Kemenkumham
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Kuliner
  • Lain-lain
  • Layanan Publik
  • Lifestyle
  • Literasi
  • Nasional
  • Olah Raga
  • Ormas
  • Otomotif
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pertanian
  • pinggiran
  • Politik
  • Religi
  • Sastra/Budaya
  • Sosial
  • Tekno
  • TNI
  • TNI-Polri
  • video
  • Wisata

Kami Juga Hadir Disini

© 2020 radarjatim.id
Susunan Redaksi ∣ Pedoman Media Siber ∣ Karir

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum dan Kriminal
  • Nasional
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Ekonomi Bisnis
  • Artikel dan Opini

© 2020radarjatim.id

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In