SURABAYA (RadarJatim.id) – Ancaman mulai bertebaran di tengah masyarakat untuk memilih salah satu paslon pemilihan Wali Kota Surabaya. Seperti halnya yang dialami oleh Diah Litasari atau karib disapa Bunda Lita.
Pengajar PAUD Pakis yang tergabung di dalam Pos Paud Terpadu (PPT) ini mengatakan telah menerima ancaman akan diberhentikan bila menggunakan hak pilihnya untuk kandidat lain selain paslon nomor urut 1 Eri-Armuji.
Mendapatkan perlakuan seperti ini, Bunda Lita pun tidak terima. Menurutnya perlakuan ancaman untuk menggunakan hak pilih ini telah menciderai semangat demokrasi dan kebebasan warga negara.
“Saya sama sekali tidak rela bila hak suara saya direnggut dengan ancaman. Marilah kita berdemokrasi dengan cara-cara yang bermartabat,” ujar Bunda Lita.
“Walaupun saya diancam melalui surat edaran untuk memilih nomor urut satu, saya tetap pada pendirian saya dan akan tetap menggunakan hak pilih untuk memilih paslon yang saya pilih,” imbuhnya.
Lebih lanjut, wanita ini mengatakan Pilwali Surabaya 2020 adalah momentum untuk mendapatkan kehidupan lebih baik dan edukasi terhadap masyarakat untuk meraih tujuan dengan cara yang bermartabat. Menurutnya, masyarakat sudah bisa memilih pemimpin yang benar-benar memperjuangkan masyarakat terutaman warga kecil.
Apalagi sebagai pengajar generasi penerus Kota Surabaya, Bunda Lita menegaskan masih banyak cara-cara yang lebih bermartabat untuk meraih simpati masyarakat agar memenangkan Pilwali. Salah satu diantaranya adalah dengan mengadu visi dan misi serta program untuk pembangunan Kota Surabaya.
“Jangan menggunakan cara-cara seperti mengancam untuk mendapatkan dukungan, gunakanlah cara-cara seperti mengampanyekan program agar masyarakat memilih,” kata dia.
Terakhir, Bunda Lita mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin yang mengedepankan program pembangunan kota dan masyarakat bukan yang mengancam warganya.
“Pilih yang benar-benar peduli jangan yang menebar ancaman. Belum terpikih saja sudah mengancam apalagi nanti jika terpilih,” pungkasnya. (RJ1/Red)