KEDIRI (RadarJatim.id) — Nasib tragis menimpa kakak-beradik Muhammad Balya (14) dan Binti Nadhiroh (7). Dua bersaudara yang tinggal di RT 01/VI, Kelurahan Manisrenggo, Kota Kediri itu tewas oleh ibu kandung mereka sendiri, Ida Nurhayati (40).
Keduanya dilibas dengan menggunakan parang saat tengah tidur lelap sekitar pukul 03.00 dini hari, Selasa (3/9/2024) lalu. Suasana baru gempar di perkampungan tersebut keesokan harinya. Kini, kasus mengenaskan itu tengah ditangani Polres Kota Kediri.
Informasi yang dihimpun radarjatim.id di lapangana menyebutkan, kejadian menggemparkan tersebut kali pertama diketahui oleh Muhammad Zakaria (56) ayah korban. Dini hari itu Zakaria tidur di ruangan terpisah. Sedangkan Ida tidur di kamar lain bersama dua buah hatinya, Balya dan Binti.
Zakaria terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara gaduh dari kamar sebelah. Saat dia melongok ke dalam, Balya dan Binti sudah dalam kondisi bersimbah darah di bagian kepala. Di saat yang sama, Ida diketahui tengah memegang parang yang berlumuran darah.
“Ayah korban langsung merebut parang dari istrinya dan membuangnya. Kemudian pelaku (Ida, Red) dipithing (dirangkul erat) dalam kondisi tergeletak dan dipegangi untuk ditenangkan,” kata sumber media ini tak jauh dari rumah korban.
Balya. lanjutnya, menderita dua luka bacok yang parah di bagian kepala. Sedangkan Binti menderita satu luka bacok yang juga di kepalanya. Akibat bacokan tersebut, dari bagian kepala keduanya, darh deras mengucur dan berakhir dengan hilang nyawa kedua anak tersebut.
“Luka parah dan bersimbah darah,” lanjut sumber yang minta tak disebut namanya.
Meski kondisi anaknya terluka parah dan sudah tewas, Zakaria ternyata masih tidak mengetahui hal tersebut. Dia fokus menenangkan istrinya yng nmpk histeris. Bapak dua anak itu lalu meminta tolong kepada kerabatnya yang tinggal bersebelahan. Selanjutnya, Ida dibawa ke rumah Mariyam, yang tak lain adalah ibunya.
Sekitar 30 menit berselang, kerabat Zakaria melaporkan peristiwa berdarah itu kepada Suparmanto, ketua RT setempat. Saat pria yang akrab disapa Arman itu masuk ke dalam rumah, Balya dan Binti ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia.
Zakaria yang setelah kejadian tersebut tengah fokus mengurusi Ida, sempat menanyakan kondisi dua buah hatinya.
“Piye, bocah-bocah nggak papa to?” kata Arman menirukan Zakariyh yang juga masih kerabatnya itu.
Rupanya, meski sudah melihat anaknya bersimbah darah, Zakaria tidak menyangka jika mereka telah meninggal dunia. Arman yang masuk ke dalam kamar juga tidak berani mendekat. Karenanya, dia juga tidak tahu detail luka di kepala Balya dan Binti.
“Yang saya lihat wajahnya penuh darah,” lanjutnya.
Saat bertemu dengan Suparmanto, ketua RT yang juga masih kerabatnya itu, Ida sempat bersalaman dna menyampaikan permintaan maaf.
“Ooh, Pak RT iki. Luput kulo nggih, Pak (Maafkan kesalahan saya, ya Pak,” lanjut Arman menirukan perkataan Ida.
Tak hanya menyapa, Ida juga menanyakan keberadaan kedua anaknya. Dia menyangka Balya dan Binti tengah dirawat di rumah sakit. Arman yang sudah menyadari kondisi dua anak-anak itu, memilih tidak menjawab.
Terkait kondisi Ida, menurut Arman sebelum kejadian tidak ada gelagat aneh yang diperlihatkan. Hanya saja, menurutnya, Ida memang sering diam. Dia pun menengarai ibu dua anak itu mengalami depresi, namun belum diketahui apa penyebabnya.
“Menurut warga, yang bersangkutan ada gejala depresi. Di lingkungan ini kondisinya tidak stabil. Mungkin alasan ekonomi,” ungkap tetangga lainnya sembari menyebut, untuk memastikan kondisi kejiwaannya diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Sementara itu, kabar kematian Balya dan Binti akibat sabetan parang ibunya menyebar dengan cepat keesokan hariny. Sekitar pukul 05.00, Abu Kholik (75) yang baru selesai sholat Subuh dikagetkan dengan teriakan istrinya.
“Balya mati! Balya mati!,” tutur Abu menirukan teriakan istrinya.
Abu pun langsung bergegas ke rumah Ida. Di sana, dia mendapati kakak-beradik itu sudah dalam kondisi tewas. Hanya dalam hitungan menit, warga langsung menyemut di depan rumah korban.
Senada dengan Arman, Abu menyebut Ida memang kerap berperilaku tak wajar. Seperti yang ia lihat pada Senin (2/9/2024) lalu, dia sempat menegur tetangganya itu. Namun, tidak dijawab. Meski tak mendapat respons, Abu tetap mengajak Ida mengobrol. Melihat Ida membawa panci untuk memasak air, dia iseng bertanya.
“Saya tanya, airnya untuk apa tapi dia tetap diam saja,” tambahnya.
Mengenai kondisi Ida yang depresi, Abu menduga salah satu penyebabnya karena faktor ekonomi. Sebab, Ida dan Zakaria tidak memiliki pekerjaan tetap. Tak jarang, mereka mendapat bantuan makanan dari tetangga dan kerabat lainnya.
“Ekonomi nggak stabil mas, mungkin pikirane ya buntu. Ngopeni anak loro pisan,” paparnya. (rul)