SURABAYA (RadarJatim.id) — Era digital menjadikan ruang bisnis semakin senyap. Pelaku bisnis berikut mata rantai SDM-nya semakin akrab dengan teknologi informasi.
Perguruan tinggi berbasis bisnis pelabuhan dan bisnis logistik STIAMAK Surabaya, didukung Pelindo Regional 3 membedah bisnis logistik era digital dalam kuliah umum bertema “Membangun Peradaban Baru Bisnis Logistik Era Digital” di Bromo Room Pelindo Regional 3, Rabu (24/4/2024). Hadir sebagai narasumber, Head of Operasional Reporting Department Pelindo Regional 3, Muhammad Rizal Aviv Khan dan praktisi bisnis logistik Direktur Utama PT Continental Cargo Cartier Indotrans sekaligus Ketua Umum ALFI/ILFA Jawa Timur, Sebastian Wibisono, SE, dan dipandu sebagai moderator, Dr. Indro Kirono, MM.
“Pelindo telah menerapkan sistem digital pada beberapa pelayanan, sehingga sekarang ini menjadi ramping dan efisien,” kata Rizal, panggilan akrab Muhammad Rizal Aviv Khan.
Menurut Rizal, port user sekarang ini telah mendapatkan pelayanan lebih cepat, efisien dan transparan. “Kapan kapal dilayani, berapa banyak barang sudah dibongkar. Semuanya bisa dilihat dari HP, tidak perlu nunggu dari kantor,” katanya.
Menurut Rizal, setelah Pelindo 1, 2, 3, 4 merger menjadi Pelindo, sistem operasional pelayanan menjadi semakin baik. “Merger bukan hanya menyatukan Pelindon 1, 2, 3, 4, tapi terbentuknya spesialisasi, Petikemas, Multi Terminal, Jasa Maritim dan Solusi Logistik. Peringkat bongkar muat Pelindo naik menjadi 8 besar dunia dengan volume 16,7 juta teus. Capaian laba sebesar Rp 4 triliun pada 2024,” kata Rizal.
Sementara Sebastian Wibisono sebagai pelaku bisnis mengungkapkan, bahwa sekarang ini bisnis maritim nasional telah mengalami banyak kemajuan. “Dulu, mungkin pelabuhan tepusat di Jawa centris. Sekarang ini hampir semua daerah memiliki pelabuhan yang sangat baik, di Papua, Sorong memiliki pelabuhan dengan kedalaman kolam sampai 14 – 15 meter. Ini sangat baik,” kata Wibisono.
Digitalisasi, kata Wibi, menjadikan arus logistik menjadi semakin cepat dan efisien. “Bayangkan, dulu kita masih harus menyuruh staf bolak-balik ke kantor Bea dan Cukai untuk mengurus dokumen. Sekarang serbadigital, semuanya bisa diselesaikan saat kita berada di mana saja,” katanya.
Tentang cost logistics yang masih banyak dikeluhkan, tambah Wibi, mungkin karena kebijakan pemerintah daerah yang belum seragam. “Ya, memang masih ada di sebagian daerah dikeluhkan biaya logistik masih mahal, mungkin kebijakan di daerah belum seragam pada efisiensi cost logistic-nya,” tambah Wibi.
Ketua STIAMAK Barunawati Surabaya, Dr Gugus Wijonarko, MM. menegaskan, STIAMAK dengan kegiatan akademiknya mendukung pemerintah dalam menyukseskan pertumbuhan ekonomi nasional. “Kuliah umum menjadi bagian penting dalam perubahan bisnis pelabuhan dan bisnis logistik, mencari titik temu antara dunia akademik dengan dunia usaha dan industri,” ujar Gugus.
Kuliah umum diikuti semua mahasiswa Prodi S1 Ilmu Administrasi Bisnis didampingi para dosen, pengurus Yayasan Barunawati Biru Surabaya (YBBS), dan kepala SMA/SMK Surabaya. (fai)