SURABAYA (RadarJatim.id) – Perguruan tinggi tengah berada di persimpangan jalan. Jika tidak beradaptasi, maka akan ditinggalkan oleh Generasi-Z sebagai calon mahasiswanya. . Fenomena ini telah terjadi di banyak kampus negeri maupun swasta di Indonesia, mereka kekurangan pendaftar.
Hal ini diungkapkan Sugianto Halim, M.M.T., CEO SEVIMA, dalam Executive Forum SEVIMA yang dihadiri ratusan rektor dan ketua yayasan dari seluruh Indonesia, di Ballroom Santika Gubeng, Surabaya, Kamis (1/8).
Guna mengantisipasi perubahan cara belajar Gen-Z di bangku perguruan tinggi, SEVIMA sebagai perusahaan teknologi Pendidikan (Edutech) meluncurkan tiga modul terbaru: Edlink for Business, Presensi Berbasis AI (artificial intellegences), dan Fitur Sistem penjaminan Mutu Internal (SPMI). Saat ini Edutech menyediakan fasilitas digitalisasi kampus kepada lebih dari 1.200 kampus se-Indonesia,
“Sebagai perusahaan yang bergerak melayani kebutuhan TIK perguruan tinggi, kami telah cukup lama mengamati sekaligus mempelajari kebutuhan perguruan tinggi dalam mempertahankan keberadaan mahasiswa di sebuah lembaga pendidikan tinggi. Oleh karenanya kami mencoba memberikan alternatif jalan ke luar untuk tetap mempertahankan para mahasiswa melalui tiga fitur terbaru ini. Agar kampus sukses memfasilitasi Gen-Z yang memang mengalami pergesaran dalam cara belajar dan menuntut ilmu,” kata Halim.
Pengembangan layanan berbasis AI menurut Halim sesuai dengan kebutuhan perguruan tinggi. Fitur yang pertama EdLink for Business merupakan pengembangan dari Learning Management System (LMS) EdLink yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengoordinasi proses pelatihan karyawan baru, peningkatan dan pengembangan karyawan, maupun program pelatihan dan sertifikasi karyawan maupun masyarakat. Fitur ini penting karena pembelajaran tidak hanya selesai ketika mahasiswa lulus, tapi juga sepanjang hayat.
Fitur kedua adalah Presensi Berbasis AI. Teknologi terbaru ini meningkatkan kecepatan dan ketepatan presensi dengan mencocokkan wajah mahasiswa dengan data yang ada di database. Jadi mahasiswa dan dosen tidak perlu repot mengelola presensi dengan cara tanda tangan manual atau input data di suatu website. Cukup scan wajah, maka telah terdeteksi hadir suatu perkuliahan.
Fitur ketiga, SPMI, diluncurkan SEVIMA untuk memudahkan perguruan tinggi dalam melaksanakan dan memantau siklus kegiatan SPMI. Tersedia panduan empat dokumen penjaminan mutu, integrasi dengan sistem informasi akademik, dukungan evaluasi untuk kegiatan audit mutu internal, dan fitur laporan implementasi SPMI untuk kebutuhan pelaporan ke Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Narasumber Dr. Budi Djatmiko mengapresiasi Executive Forum SEVIMA yang bertajuk “Strategi Sukses Memastikan Keberlanjutan dan Pengembangan Kampus serta Yayasan Pendidikan”. Menurutnya, peluncuran fitur berbasis AI ini penting karena umumnya Gen-Z tidak bisa menunggu berlama-lama untuk mendapatkan sesuatu, mereka cepat berubah baik keinginan dan cita-citanya. Ada pergeseran yang terjadi pada Gen-Z, sebagian besar dari mereka berpikir.
“Kecenderungan mahasiswa yang mudah bosan itu perlu ditangkap oleh kampus, seperti mahasiswa bisa mengikuti berbagai kursus bersertifikat yang disiapkan kampus sambil kuliah. Hasilnya sertifikat itu, jika memang mereka merasa bosan untuk melanjutkan kuliah, bisa untuk mencari pekerjaan atau berwirausaha. Jadi mereka bisa tetap bertahan di kampus,” katanya. (rio)