Catatan Pinggiran SUHARTOKO
Jika awal pemerintahan Kabupaten Gresik — di bawah kepemimpinan Bupati Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) dan Wakil Bupati Aminatun Habibah (Bu Min) – mengacu pada pelaksanaan Rapat Paripurna Serah Terima Jabatan (Sertijab) Bupati Gresik di ruang Paripurna DPRD Gresik pada Sabtu, 6 Maret 2021, maka di penghujung tahun 2022 ini, roda pemerintahan Kabupaten Gresik telah menggelinding selama 1 tahun 9 bulan. Sebuah usia yang relatif muda untuk mengelola pemerintahan yang diproyeksikan berakhir pada Februari 2024. Dan, di tahun 2024 itu juga Gresik bakal kembali menggelar pesta rakyat: pemilihan bupati/wakil bupati baru.
Apa yang menarik perhatian publik atau masyarakat Gresik selama kurun waktu 2 tahun kurang 3 bulan itu? Tentu jawabannya beragam, sesuai dengan resepsi dan persepsi yang bergelayut di benak dan pikiran masing-masing. Namun, satu hal yang tak bisa dilupakan dan bisa dijadikan cantolan untuk “membersamai” sekaligus mengawal kinerja pemerintah kabupaten (Pemkab) Gresik adalah spirit perubahan untuk menjadikan Gresik lebih baik dibanding pelaksanaan pemerintahan sebelumnya, di bawah komando Bupati Sambari Halim Radianto dan Wakil Bupati Moch. Qosim.
Seperti diketahui, selama masa prakampanye hingga kampanye dalam rangkaian pemilihan kepala daerah Gresik, jargon atau tagline yang diusung pasangan NIAT, diambil dari penggalan nama pasangan calon bupati (Cabup) dan calon wakil bupati (Cawabup): Fandi Akhmat YaNI – AminATun Habibah adalah “Gresik Baru” dan “Manut Kiai”. Dua frase tersebut yang kemudian dijadikan sarana penetrasi untuk memenangkan kontestasi politik pemilukada mendasari lahirnya program Nawa Karsa.
Dan benar, jargon “Gresik Baru – Manut Kiai” itu mampu “menghipnotis” sebagian besar pemegang hak suara pemilukada untuk memilih pasangan NIAT. Secara resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Gresik pun akhirnya memutuskan dan menetapkan pasangan NIAT sebagai pemenang pemilihan bupati/wakil bupati Gresik, mengalahkan pasangan Moch. Qosim – Asluchul Alif.
Jika dicermati, jargon “Gresik Baru – Manut Kiai” menyimpan 2 kekuatan positif yang bisa menjadi daya tarik publik, sehingga mau memberikan suara dan menjatuhkan pilihan kepada pasangan NIAT. “Gresik Baru” mengandung semangat progresif, semangat perubahan yang lebih baik. Maka, yang terpatri di benak dan pikiran calon pemilih dalam menentukan orientasi pilihannya adalah menginginkan agar kondisi pemerintah dan masyarakat Gresik menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sementara frase “Manut Kiai” bisa dimaknai sebagai kuatnya kendali moral yang bakal mengiringi tata kelola pemerintahan Gresik baru. Sebab, di balik pengelolaan pemerintahan yang progresif dan melahirkan semangat Gresik baru, kiai yang bisa dikatakan sebagai entitas penjaga moral, terus hadir membersamai bupati/wakil bupati dan seluruh perangkat pemerintahan yang dipimpinnya.
Capaian Kinerja
Pertanyaannya, apa capaian kinerja Pemkab Gresik yang layak masuk kategori Gresik baru? Lagi-lagi ini akan subjektif dan bahkan bisa debatable. Tulisan ini tidak bermaksud menafikan berbagai capaikan positif yang telah ditorehkan pemerintahan Gus Yani – Bu Min dalam 1 tahun 9 bulan terakhir. Tetatpi, setidaknya catatan akhir tahun di penghujung 2022 ini menjadi pengingat, bahwa duet Gus Yani – Bu Min pernah menancapkan tonggak dan pondasi yang kokoh untuk menjadikan Kota Santri sekaligus Kota Industri ini melahirkan perubahan positif: Gresik Baru.
Pemkab Gresik, dalam refleksi akhir tahunnya memang mengklaim telah membangun pondasi yang kokoh dalam menghadapi tantangan masa depan. Beberapa program kerja unggulan yang menjadi bagian dari Nawa Karsa, sembilan program pokok Pemkab pun dilabeli sebagai capaian positif yang dicatat. Di antaranya, Universal Health Coverage (UHC), program layanan kesehatan gratis bagi warga Gresik; pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL), hasil kolaborasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Gresik; juga Rumah Vokasi, hasil kerja sama Pemkab Gresik dengan berbagai asosiasi seperti HIPMI, Apindo, dan Kadin Indonesia, yang bergerak di bidang peningkatan kualitas SDM dalam upaya penyerapan tenaga kerja.
Normalisasi Kali Lamong yang bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo juga menjadi concern Pemkab Gresik saat ini dan masih akan berlanjut. Targetnya, meminimalkan banjir Kali Lamong (syukur kalau bisa menghilangkannya) yang telah puluhan tahun melanda ribuan hektar kawasan di wilayah Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, Kedamean, Cerme, dan Menganti.
Pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) juga diklaim sebagai program yang menuai keberhasilan. Bersama Bea Cukai Gresik, Pemkab Gresik kerap mengadakan pelatihan dan pendampingan UMKM hingga memiliki “keberanian” menembus pasar ekspor. Hasilnya, beragam produk agropolitan, seperti mangga dan jeruk nipis, hingga rotan dan produk makanan olahan, sudah “terbang” di pasar dunia.
Sekali lagi, bisa jadi klaim keberhasilan tersebut benar adanya dan faktual. Namun, satu hal yang perlu dicatat, di luar klaim sukses itu, dalam diskusi-diskusi informal masih kerap mencuat penilaian, bahwa apa yang dilakukan Pemkab Gresik masih jauh dari harapan Gresik Baru. Sekali lagi, terkait penilaian itu bisa jadi relatif dan bisa debatable.
Bagi pihak yang menilai bahwa apa yang telah dilakukan Pemkab Gresik sudah mampu membawa ke arah perubahan yang lebih baik meski diakui belum maksimal. Sebaliknya, di kutub yang lain, spirit perubahan yang kemudian melahirkan slogan Gresik Baru masih jauh panggang dari pada api. Bahkan, ada yang ekstrem menilai, bahwa Gresik Baru hanya sebatas slogan, tidak implementatif alias nothing.
Jebakan Serimoni vs Pancingan Politik
Sebagai kepala daerah yang masih berusia relatif muda bahkan terkesan milenial, semangat Gus Yani bersama Bu Min memang cukup menggebu dalam membangun menuju Gresik Baru yang diidam-idamkan. Tetapi, tak jarang semangat luar biasa itu juga menjebaknya dalam aktivitas yang lebih bersifat serimonial, jauh dari esensi hasil kinerja visioner.
Ini bisa dilihat dari padatnya kegiatan yang cenderung serimonial, seperti menghadiri undangan komunitas atau kelompok masyarakat, peresmian proyek skala kecil, yang sebenarnya bisa didelegasikan ke pengelola organisasi perangkat daerah (OPD), jajaran dinas atau instansi teknis di jajaran Sekretariat Kabupaten (Setkab). Dalam sepekan, intensitas acara serimonial itu bisa melebihi jumlah hari kalender kerja. Dengan kata lain, tiada hari tanpa acara yang bersifat serimonial.
Namun, jika dicermati apa yang dilakukan bupati/wakil bupati itu bisa jadi bermuatan politis dan justru itu yang dimaui. Maksudnya?
Seperti diketahui, memasuki gerbang 2023 merupakan awal masuk ke tahun politik. Pasalnya, 2024 Gresik masuk gerbong politik yang di dalamnya akan dihelat pemilu serentak, baik presiden, legislative, maupun kepala daerah.
Karena itu, bisa jadi apa yang dilakukan dengan sebanyak mungkin bertemu dengan simpul-simpul massa, merupakan bagian pancingan politik atau praktik politik nandur (menanam). Intensitas bertemu dengan simpul-simpul massa, tak lepas dari upaya personal branding, ngiras-ngirus mendongkrak tingkat popularitas dan elektabilititas. Ini kesempatan yang harus dimanfaatkan jika orientasinya sebagai persiapan ikut bertarung Kembali pada hajatan politik pilkada 2024.
Dan, baik Gus Yani maupun Bu Min memiliki peluang sama untuk mengail simpati public sebagai bekal maju kembali dalam pemlihan bupati/wakil bupati, baik dalam bingkai tetap berpasangan atau pecah kongsi politik. Karena itu, meleburkan diri dalam berbagai aktivitas serimonial yang memungkinkan bisa bertemu dengan massa merupakan upaya akselerasi mendongkrak popularitas dan elektabilitas. Jika itu yang terjadi, maka apa yang mereka lakukan sah-sah saja dalam kalkulasi politis.
Nah, gerundelan publik yang berserak di warung-warung kopi atau tempat-tempat yang menjadi simpul bertemunya massa, perlahan gaungnya pun akan menguap, hilang. Mereka akan kebal dan terbiasa menerima dan menyikapi informasi apa pun tentang sepak terjang petinggi pemerintahan.
Pemkab Gresik di bawah nakhoda Gus Yani dan Bu Min, dari aspek waktu memang masih relatif singkat dalam mengarungi samudera pemerintahan. Karena itu, masih ada sisa waktu untuk bisa memaksimalkan kinerja guna membuktikan bahwa pemerintahan yang dipimpinnya mampu mambawa kapal induknya menuju Gresik Baru yang menjadi harapan bersama. {*}
Gresik, 31 Desember 2022
*) SUHARTOKO, Pemimpin Redaksi RadarJatim.id.