SIDOARJO (RadarJatim.id) — Dialah Muhammad Mujiono Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Gedangan yang telah berhasil meraih prestasi gemilang, dalam Program Beasiswa Microcredencial dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan riset dan teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek), melalui Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus adalah program beasiswa yang dicanangkan oleh pemerintah bekerja sama dengan University of Sydney, Australia, dalam rangka mempersempit kesenjangan tingkat pendidikan di masyarakat.
Benefit dari program Beasiswa Microcredencial ini adalah mendapatkan Pendidikan secara langsung dari para pengajar dari University of Sydney, Australia.
Ia menjelaskan kalau program ini ditujukan hanya untuk guru yang lolos seleksi secara nasional, diketahui pendaftar mencapai sekitar 650 guru, setelah itu panitia melakukan seleksi awal untuk di ambil 300 guru, dan di lanjutkan hingga berakhir menjadi 25 guru yang berhak mendapatkan program beasiswa ini dengan topik ‘Program Transisi Untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas’.
“Alhamdulillah saya salah satu dari 25 guru penerima beasiswa tersebut,” jelas Mujiono menceritakan pengalamannya selama proses pendaftaran dan seleksinya.
“Prestasi yang saya cantumkan sendiri ada beberapa sertifikat. Baik sertifikat pengalaman di tingkat nasional maupun di tingkat internasional,” tutur Pak Muji_sapaan akrabnya pada (25/11/2024) pagi.
Diantaranya tingkat internasional, pernah meraih beasiswa Shortcourse di Quennsland University Of Technology ( QUT ) yang bertempat di negara bagian Brisbane, Australia, dengan topik “Index For Inclusion” yang diselenggarakan pemerintah Australia ( AUSAID ) yang bekerja sama dengan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014.
Sedangkan di tingkat nasional, Muji pernah menjadi penulis naskah Pendidikan inklusif, Penulis buku saku orang tua terkait Pendidikan Inklusif serta menjadi tim narasumber dari Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Technologi.
“Saya tidak menyangka bisa menjadi penerima Beasiswa Microcredencial dari ratusan guru yang mendaftar. Bahkan, dalam mempersiapkan segala sesuatunya hanya satu minggu, sehingga tidak yakin bisa lolos,” ungkapnya.
“Alhamdulillah ternyata lolos,” ucap anggota Pokja Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa Timur ini dengan nafas lega.
Pak Muji juga mengatakan setelah dijalani, ternyata pendaftaran Beasiswa Microcredential tidak sesulit yang ia kira. Proses wawancaranya juga terbilang lancar. Meskipun semuanya dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Ia berharap semoga dirinya tidak cepat berpuas diri dan tetap produktif menebar kebermanfaatan bagi seluruh peserta didik, baik peserta didik pada umumnya maupun peserta didik Penyandang Disabilitas, bagaimana mereka menyiapkan bekal hidupnya, ini yang muji pikirkan tentunya membekali soft skill, ilmu pengetahuan serta ketrampilan.
“Beasiswa Microcredential dituntut untuk melakukan tindak lanjut di satuan Pendidikannya tempat dia mengajar, serta harus melakukan progress report baik kepada panitia pelaksana melalui Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus maupun kepada kedua Prof dari University Of Sydney, Australia sacara Daring.
“Saya berharap prestasi ini tidak menjadikan bersantai-santai saja. Terus produktif ditingkat nasional maupun Internasional untuk terus mengejar impian dan tidak gampang berpuas diri dalam membantu Pendidikan para Disabilitas, kalau bukan kita, lalu siapa lagi yang memperhatikan pendidikan mereka,” harap Mujiono.(mad)