GRESIK (RadarJatim.id) – Spirit hijrah harus diwujudkan dengan meninggalkan beragam kejelekan, meninggalkan kemaksiatan menuju kebaikan dan berakhlak mulia.
“Ini berbeda dengan tradisi peringatan tahun baru Masehi oleh ‘tetangga sebelah’ yang cenderung menarik pada kemaksiatan dan kemungkaran,” ujar KH Abdurro’uf Sirojuddin, Lc dalam Pengajian Umum Tahun Baru Hijriyah 1 Muharrom 1445 H di Masjid Baitul Amin Perum GKGA Kedanyang, Kebomas, Gresik, Jawa Timur, Sabtu (22/7/2023) malam.
Dikatakan, umat Islam saat ini memang belum sepadan dengan pengorbanan para sahabat yang mendampingi Kanjeng Nabi Muhammad SAW saat berhijrah meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Mereka meninggalkan keluarga, harta, dan apa pun yang mereka miliki untuk hijrah. Bekal mereka hanya Iman, Islam dan takwah kepada Allah SWT.
Kiai Abdurro’uf berpesan, setidaknya ada 4 hal yang mesti dilakukan dalam menyemangati hidup berhijrah. Pertama, sebarkan salam. Dengan salam (assalamu’alaikum) yang disampaikan kepada sesama, berarti sudah mendoakan kebaikan berupa hadirnya keselamatan, rahmat, dan keberkahan.
“Salam itu isinya membahagiakan siapa pun. Sebarkan salam di mana pun kita berada dengan mengucapkan assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh, atau minimal assalamu’alaikum,” ujar Kiai Abdurro’uf.
Keberkahan salam, lanjutnya, akan terus mengalir jika secara istiqomah dilakukan. Keberkahan itu, di antaranya terus mengalirkan ghirah kebaikan kepada pelakunya.
“Sekali lagi, terus sebarkan salam kepada siapa pun. Termasuk jika akan memasuki rumah kita masing-masing. Jangan masuk rumah sebelum berucap salam. Insya Allah keberkahan terus mengalir dalam keluarga kita,” pesannya.
Salain menyebarkan salam, semangat hijrah hendaknya dilakukan dengan senantiasa berbagi dengan sesama. Ini juga dilakukan kaum Anshor ketika menerima kedatangan kaum Muhajirin saat momentum hijrahnya Kanjeng Nabi bersama para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah.
“Mudah-mudahan kita ditakdirkan menjadi donatur-donatur surga dengan menyedekahkan sebagian harta atau apa yang kita miliki di jalan Allah. Bisa untuk membangun masjid, untuk majelis ilmu, untuk madrasah dan kebaikan-kebaikam lainnya, termasuk ngramut dan membahagiakan anak yatim,” tambahnya.
Menyambung silaturahim dengan sanak keluarga, terutama orang tua, juga dengan sesama Muslim, juga mesti menjadi spirit berhijrah. Hikmah yang bisa mengalir dari silaturrahim adalah dipanjangkannya umur dan berlimpahnya rezeki bagi yang terbiasa melakukannya.
“Orang yang memutus silaturrahim itu dibenci oleh Allah. Karena itu, sekali lagi, sambunglah silaturrahim,” tandasnya.
Diingatkan, dalam tahun politik ini, beda pilihan itu wajar dan merupakan keniscayaan. Jangan sampai beda pilihan politik lalu memutuskan pertemanan, persahabatan, juga persaudaraan atau silaturrahim.
“Yang akan memilih Pak Anies, monggo. Yang mau ke Pak Ganjar nggih monggo. Bebas saja dalam memilih. Sekali lagi perkuat silaturrahim. Meski beda pilihan, yang penting bisa ngopi bareng,” kelakarnya.
Terakhir, pesan Kiai Abdurro’uf, isilah ghirah hijrah itu dengan semangat bertahajud dan perbanyak doa kepada Allah SWT. Banyak keistimewaan tahajud yang bisa diterima oleh ahli atau pelakunya.
“Jangan lewatkan tahajud di seperti malam yang akhir, walau hanya dua rakaat. Setiap doa yang kita munajatkan dalam tahajud, insya Allah qobul,” ujarnya. (sto)