KEDIRI (RadarJatim.id) — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat tren angka pernikahan di Indonesia menurun. Hal ini terungkap dalam webinar “Pengenalan, Penyebab, dan Pencegahan Stunting Menuju Terwujudnya Generasi Sehat dan Cerdas, Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri, Sabtu (27/7/2024).
“Dari data tahun 2013 ada sekitar 2,2 juta pernikahan, tetapi pada tahun ini turun menjadi 1,54 juta pernikahan,” kata Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo saat menjadi pemateri pada webinar tersebut.
Ia merinci, ada berbagai faktor penyebab penurunan, di antaranya latar belakang pendidikan, hingga ekonomi. “Saat ini, katanya, mereka yang memiliki pendidikan tinggi maupun punya materi berlebih, keinginan untuk menikah cenderung delay.
“Hal ini berbeda dengan mereka yang tinggal di pelosok daerah, dan ekonominya tidak banyak, justru keinginan menikah lebih tinggi,” katanya.
Sementara itu, menanggapi upaya menciptakan generasi emas, Pemangku Ponpes Wali Barokah Kediri, KH Sunarto, meyakini telah membekali kecukupan gizi seimbang bagi para santri. Untuk maksud itu, pihaknya juga mendatangkan ahli gizi dan petugas kesehatan untuk memantau kondisi fisik para santri.
“Untuk kasus stunting, di sini tidak ada. Tapi beda, dengan anemia, justru di ponpes ini ada. Mungkin karena para santri belajar terlalu giat, padahal dari segi gizi kami para pengurus selalu memperhatikan kecukupan asupan gizi pada makanan mereka, agar seimbang dan selalu semangat belajar maupun mengaji,” katanya.
Kegiatan webinar tersebut bukan hanya dihadiri para santri, tetapi ada pula dr Retno Wijayanti, SpGK, perwakilan Ikatan Istri Dokter Indonesia. Sementara moderatornya, dr Heris Setiawan Kusumaningrat. (Nasrul)