SURABAYA (RadarJatim.id) – Sekolah ini memang beda. Selalu punya cara kreatif untuk proses pembelajarannya. Kali ini, dalam upaya menambah wawasan siswa terhadap dunia internasional, Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya menggelar acara International Culture Exhibition 2024, bertema Wisdom Words for Word Peace, di lingkungan sekolah, Selasa (20/2) siang.
Sejak pagi suasana sekolah di Jl. Medokan Semampir ini sudah meriah bernuasa mancanegara. Berdiri stan-stan yang mewakili benua dan negara-negara. Di tanah lapang timur terdapat kawasan Benua Amerika yang berisi stan Argentina, Paraguay, hingga Meksiko. Di sisi selatan berdiri tenda pameran benua Asia yang berisi stan negeri Jepang, Filipina, Brunei, hingga Tiongkok. Puluhan bendera dari berbagai negera berkibaran diterpa angin.
Aneka acara menarik bermuatan edukatif tersaji dalam event ini. Ada parade dengan menampilkan pasangan pria wanita dengan busaha yang mewakili negara tertentu, kemeriahan barongsay, live music, perkusi barang bekas, hingga praktik menulis huruf hiragana Jepang dan huruf hangeoul Korea.
Pameran tidak hanya dinikmati oleh internal warga sekolah, tetapi juga disaksikan undangan siswa dari beberapa SD di sekitar sekolah, Koordinator Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kec. Sukolilo, Anggraeni, M.Pd, Pengawas dan pembina SD Kec. Sukolilo dan Gubeng Atiek Faroha, S.Pd, MM, forum walimurid (Forklas), dan 14 mahasiswa asing dari kampus Unesa dan Unair.
Kepala SD SAIM, Lilis Kurniawati, S.Pd, dalam sambutannya menjelaskan, kegiatan ini sudah dirancang secara integratif dan berkesinambungan. Tujuannya untuk menambah cakrawala literasi siswa sesuai tingkat pemahaman dan jenjang kelas siswa. Untuk siswa kelas 3 dikenalkan tentang lingkungan lokal sekitar. Kelas 4 lebih luas belajar tentang provinsi yang ada di Indonesia, dengan menggelar Pameran Budaya Nusantara pada 25 Januari lalu. Kini giliran kelas 6 menyelenggarakan pameran internasional, sebagai persiapan untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Mereka berancang-ancang menuju global citizen, menjadi warga dunia.
“Ini semua integratif dan berkesibambungan. Kalau siswa SD belajar negara-negara asing cukup dari sekolah, nanti di tingkat SMP SAIM, siswa akan benar-benar pergi keluar negeri dalam program student exchange (pertukaran pelajar). Ke Perth Australia, selama ini kami sudah bekerja sama dengan Como Secondary College,” ujarnya.
Kegiatan pameran berlangsung seru dan edukatif. Aspek pembelajaran terlihat pada banyak sisi, dan disajikan dengan menarik. Sebagian dikemas dalam model kuis game berhadiah. Setiap stan menyajikan majalah dinding 3D yang berisi informasi umum sebuah negara. Mulai dari letak geografisnya, nama presiden, hingga ragam budaya. Pada stan tersebut juga tersaji makanan dan minuman khas negara yang bersangkutan. Stan makin terlihat meriah karena dihiasi aneka asesoris. Bahkan penjaga stannya juga mengenakan busana negara tersebut.
Pengunjung stan disilakan mencoba game dengan menggelindingkan bola pingpong atau memutar roda bernomor. Nomor tersebut berisi pertanyaan yang harus ditebak pengunjung. Bila tidak bisa nebak? Penjaga stan akan membimbingnya untuk membaca info yang tertera di majalah dinding untuk menemukan jawabannya. Setiap yang berhasil menjawab akan mendapat hadiah berupa kue, pernik-pernik, dan bendera.
Tetapi sejumlah pengunjung juga ada yang tidak berebut main game berhadiah, mereka justru sibuk mengisi lembar kerja siswa (LKS) yang merupakan penugasan dari guru kelas masing-masing.
Kiranya, ini benar-benar pembelajaran terpadu lintas kelas dan lintas jenjang. (ono)
Praktik menulis huruf hiragana Jepang.