SURABAYA (radarjatim.id) – Ketua Paguyuban Pedagang IT dan UMKM Hi tech Mall, Rudi Abdullah, mengutarakan, kondisi perdagangan di pusat perbelanjaan IT yang pernah jadi ikon di Surabaya ini semakin memprihatinkan. Sejak 1 April 2019, belum ada realisasi untuk pembenahan fasilitas oleh Pemkot Surabaya selaku pengelola.
“Mulai 1 april 2019 sampai sekarang kondisi perdagangan di dalam THR Mall minim fasilitas,” kata Rudi, Senin (14/9/2020).
Pria berambut gondrong ini mengungkapakan, para pedagang tidak bisa bekerja dan bertransaksi secara normal dan layak. Pusat perbelanjaan IT justru mengalami kesulitan sinyal telepon maupun akses wi-fi.
“Telekomunikasi sulit. Wifi gak ada. Pengganti PTS untuk dipasang Wifi tidak terealisasi. ATM pun nggak ada. Transaksi harus ke minimarket, pedagang harus nganter. Jualan IT tapi jaringan sinyal nggak ada, harus keluar gedung dulu,” urai Rudi.
Terkait fasilitas ini, Rudi sudah menyampaikan kepada Pemkot Surabaya, bahkan jauh sebelumnya sudah disampaikan kepada DPRD Surabaya. Apalagi Rudi mewakili dari suara para pedagang maupun karyawan dari lebih dari 350 toko dan gerai.
“Pemkot mencari pihak ketiga, tetapi dari pihak DPRD Surabaya minta tidak perlu harus mencari pihak ketiga untuk mengelola (THR Mall). Tapi pemkot sendiri,” terang Rudi.
Rudi pun meyakini, Pemkot Surabaya bisa mengelola THR Mall secara sendiri karena gedungnya, tanah dan pedagang sudah milik pemerintah kota surabaya.
“Sampai sekarang kami tunggu, tapi terealisasinya kapan, agar THR Mall ada pengelolanya,” kata Rudi. (Phaksy/red)