SIDOARJO (RadarJatim.id) — Hasil Survey Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 gap antara tingkat literasi dan tingkat inklusi semakin menurun, dari 38,16 persen di tahun 2019 menjadi 35,42 persen di tahun 2022 (OJK, 2023).
Kondisi tersebut menunjukkan lemahnya tingkat literasi dan inklusi
masyarakat Indonesia. Jeleknya nilai tersebut juga berdampak pada tingkat pengetahuan dan kemampuan masyarakat terhadap pendidikan tentang pengelolaan keuangan di tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Melalui program ‘Pengabdian Kepada Masyarakat di Lingkungan Perserikatan.’ Tim PKM Universitas Muhammadiyah Sidoarjo telah menjalankan program Hibah Riset Muhammadiyah Batch VII Tahun 2024, turun melakukan Penguatan Literasi Dan Inklusi Keuangan Dasar Pada Sekolah PAUD ABA (Aisiyah Bustanul Athfal) IV Sumorame Candi Sidoarjo dengan menggunakan metode pembelajaran project untuk mencapai SDG’s No.4
Tim PKM Umsida diketuai Dr. Drs. Sriyono, MM., CIQnR., CSA dengan anggota Choirun Nisak Aulina, S.Pd. I., MPd dan Mochamad Rizal Yulianto, SE., MM yang dilaksanakan pada (7/5/2024).
Lebih jauh Sriyono menjelaskan, pendidikan yang diberikan akan menjadi bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang. “Salah satu hal yang penting untuk dipelajari oleh anak semenjak dini adalah pendidikan
literasi dan inklusi pada anak-anak ini dilakukan karena literasi dan inklusi merupakan salah satu keterampilan yang akan mempengaruhi daya nalar kritis anak pada periode perkembangan
selanjutnya. Literasi dan inklusi pada saat sekarang tidak terbatas pada kemampuan baca tulis,” jelas Sriyono.
Ia terangkan, berdasarkan laporan Forum Ekonomi Dunia 2015 dengan tema “Visi Baru untuk Pendidikan:
Membina Pembelajaran Sosial dan Emosional melalui Teknologi”, menyebutkan literasi dasar
sebagai salah satu keterampilan utuh abad 21.
“Literasi dan inklusi dasar ini mencakup beberapa
komponen, di antaranya kemampuan baca tulis dan berhitung, sains, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), keuangan, budaya, dan kewarganegaraan,” terang Sriyono.
Menurutnya, PAUD ABA IV Candi ini merupakan salah satu Perserikatan
Muhammadiyah pada Pimpinan Cabang Muhammadiyah Candi. Jumlah siswa yang ada saat ini adalah Kelompok Bermain 10 siswa, TK A 34 siswa dan TK B 20 totalnya 64 siswa dan jumlah guru ada 7 orang.
“Sekolah ini mengajarkan berbagai disiplin ilmu dasar yang harus dipahami sesuai dengan kurikulum yang ada. Melalui pengabdian masyarakat ini, diharapkan guru dan siswa tidak hanya paham terhadap kompetensi yang diwajibkan dalam kurikulum tapi juga memahami literasi keuangan,” harap Sriyono.
Ia tegaskan, kalau pendidikan literasi keuangan harus diberikan secara menyeluruh pada semua komponen pendidikan, baik pada guru maupun pada siswa sedini mungkin, yaitu pada anak usia pra sekolah atau anak usia dini. “Pengenalan terhadap pengetahuan literasi keuangan kepada guru dan siswa semenjak dini akan membuat anak-anak terbiasa mengelola keuangan
dengan baik dan benar di masa yang akan datang Inklusi keuangan juga penting. Makanya siswa yang masih usia dini perlu dilakukan pendampingan berkelanjutan sampai siswa/siwi tersebut memahami tentang pengelolaan dengan baik terhadap penggunaan uang,” tegasnya.
Oleh karena itu literasi dan inklusi keuangan dasar menjadi hal yang penting untuk dilakukan
terhadap semua komponen yang berada pada sekolah PAUD Bustanul Athfal IV Sumorame baik kepada Guru maupun siswa pada usia dini.
Pengabdian ini dampaknya memang belum bisa diketahui dalam jangka pendek, namun demikian dalam waktu panjang memori pembelajaran literasi dan inkuli keuangan ini akan tercapai.
Dalam kurikulum 2013 sebagai penerapan dari pendekatan saintifik, maka dibentuklah model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru yang nantinya dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran. Model pembelajaran dalam kurikulum ini merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan, logis, pengaturan
dan budaya. Model pembelajaran tersebut antara lain dicovery learning, project-based learning, problem-based learning dan inquiry learning.
Dalam proses penerapannya sering diketemukan di sekolah bahwa praktik
pembelajaran akan menemui kesulitan saat penentuan model pembelajaran tidak terinternalisasi antara guru dan murid karena yang tidak berbasis pada scientifik process. “Persoalannya adalah model pembelajaran seperti apa yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar yang dapat mengiternalisasikan nilai dan semangat Scientific Process,” ungkap Sriyono.
Sejalan dengan hal tersebut, tujuan ini adalah untuk mencoba melihat dimensi kajian pembelajaran dengan pendekatan model Project Based Learning sebagai salah satu alternatif untuk menjawab
permasalahan yang ada pemilihan metode pembelajaran model project ini akan mempermudah guru dan siswa untuk menerima pendidikan awal tentang literasi dan inklusi keuangan dasar karena dilakukan secara bersama sama.
“Model pembelajarannya berbasis project adalah cara pengajaran yang
dilandaskan pada kegiatan dan aktivitas nyata untuk membangun sifat keingintahuan peserta didik mengenai kehidupan sehari-hari dan dilakukan secara berkelompok,” pungkas Sriyono.(hum.mad)