GRESIK (RadarJatim.id) — Dari aspek usia, Pondok Pesantren (Ponpes) Refah Islami tergolong masih muda. Tahun ini, Ponpes di wilayah Kecamatan Sidayu, Gresik, Jawa Timur itu, baru kali pertama meluluskan santri untuk tingkat Aliyah (setingkat SMA). Ponpes ini juga mengelola lembaga pendidikan tingkat Tsanawiyah (setingkat SMP).
Ponpes ini didirikan oleh beberapa pemuda yang sekaligus teman sepermainan pada masa kecil. Mereka awalnya belajar leadership di Study Club Siraman. Aktivitas mereka juga membimbing anak-anak remaja muhadhoroh, membaca Al-Quran, juga membimbing pelajaran sekolah. Mereka juga kerap bermain anggar-anggaran dengan teman-teman seusia. Begitu juga saat berangkat ke sekolah di Pondok Pesantren Maskumambang, mereka selalu bersama. Dan, tempahan serta pengalaman hidup, merupakan induk pengetahuan dan mendasari jiwa kepemimpinan mereka.
Bagi teman sepermainan itu, Farid Dhofir muda bukan sekadar sahabat sejak masa kecil, melainkan sekaligus guru di antara mereka. Banyak hal yang didapatkan para sahabatnya dari sosok Farif Dhofir sejak masa kecil dan masa muda mereka, apalagi saat pria berpenampilan kalem ini bertausiyah. Farid memang memiliki gen sebagai seorang ulama di desanya. Ia adalah putra dari Kiai Dhofir yang menjadi imam tetap di Masjid Al-Ihsan Siraman dan pembimbing agama di desanya.
Keberadaan Ponpes Refah Islami, bermula dari pendirian masjid yang cukup besar. Setahun kemudian berdirilah Madrasah Tsanawiyah. Tiga tahun kemudian, berdiri Madrasah Aliyah. Enam tahun berjalan, apa yang menjadi target pesantren terpenuhi.
Berdasarkan obrolan singkat dengan pendiri Ponpes Refah Islami, ada target lulusan. Selain melahirkan santri yang hafidh (penghafal Al Quran), para santri juga dipersiapkan sebagai da’i. Selain itu, para santri juga diproyeksikan untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Baru memasuki tahun keenam, Refah Islami telah berhasil mencetak 60 santri hafidz yang sudah menuntaskan 30 juz Al Quran. Santri-santri pun banyak memberikan ceramah dan menjadi imam saat sholat maupun sholat Jumat. Selain itu, untuk pengkaderan da’i, setiap KH Farid Dhofir menyampaikan ceramah, ada 4 hingga 6 santri diajak. Kiai Farid meniru apa yang dicontohkan oleh KH Najih Ahyad, Pemangku Ponpes Maskumambang saat ia menjadi murid utamanya.
Saat hendak membuka jenjang Aliyah, ada yang bertanya, apa tidak memanfaatkan pinjaman uang di bank saat membangun gedung baru? Mendengar pertanyaan tersebut, Yai Farid berujar dan meyakinkan, untuk membangun gedung baru, diharapkan tidak terlibat utang di bank!
Ponpes Refah Islami dikelilingi persawahan padi yang luas terbentang, sejauh mata memandang. Meski tergolong relatif baru, ternyata Ponpes ini telah mendapat penghargaan sebagai Pesantren Adi Wiyata di Kota Gresik dan ditetapkan sebagai Eco School oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sungguh, ini pesantren fenomenal yang awalnya dibangun oleh sekelompok pemuda yang menjadi teman sepermainan dan bertumbuh-kembang sesuai tuntutan zaman. (sto)