GRESIK (RadarJatim.id) — Jumat berkah bagi empat santri Pondok Pesantren Refah Islami Gresik, Jawa Timur, yang menjalani program mulazamah pada Jumat (13/9/2024). Dalam praktiknya, mulazamah yang sedianya diproyeksikan hanya untuk satu kegiatan keagamaan yang dilakukan Pak Kiai, ternyata bisa mencapai beberapa acara dengan durasi sekitar 12 jam.
Pelaksanaan mulazamah yang mencapai 12 jam dalam sehari itu merupakan rekor terlama sepanjang sejarah di Ponpes Refah Islami. Mulazamah merupakan program yang digagas agar santri mengikuti atau membersamai (nginthil) Pak Kiai melakukan kegiataan keagamaan, misalnya berceramah di satu tempat. Adapun mulazamah yang dilaksanakan pada Jumat (13/9/2024), diikuti oleh empat santri Refah Islami, yakni Haris, Nayef, Altras, dan Abay.
Mereka merasa senang dengan jelajah mulazamah yang berangkat dari pondok pada pukul 10.00 WIB dan baru balik (sampai kembali) di pondok di Sidayu, Gresik itu pada pukul 22.00 WIB. Artinya, perjalanan mulazamah kali ini berlangsung selama 12 jam.
Mulazamah kali itu agenda utamanya adalah mengikuti Pak Kiai, yakni KH Farid Dhofir, Lc, MSi untuk khutbah Jumat di Masjid Sunan Drajat Lamongan. Namun, dalam praktiknya ternyata berkembang dan melebar ke beberapa acara lainnya, di antaranya berkunjung dan sholat Ashar di Masjid Asy Sifa Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML), mengunjungi Ustadz Miqdar yang tengah dirawat di RSML.
Menariknya, setelah sholat Ashar, mereka mendapat ilmu tentang kedokteran dan analisis tubuh manusia dari dr Bambang, dokter spesialis penyakit dalam di RSML. Dalam dialog bersama dr Bambang inilah, para santri mendapat pengetahuan dan ilmu berharga yang tidak mereka proleh di pondok.
Dari RSML, agenda selanjutnya adalah menuju Masjid Namira Lamongan untuk mengikuti Pak Kiai mengisi pengajian ba’da (selepas) Isyak. Di antara agenda yang menarik adalah pengambilan foto yang direncanakan untuk kalender 2025 mendatang. Agenda ini dikomando oleh pengampu media Refah Islami, Ustadz Athif. Berbagai pose, angle dan spot sudah dijelajahi dan diambil gambarnya.
Selama mengikuti mulazamah terlama ini, peserta terpaksa absen untuk makan siang dan malam di dapur Bu Narti seperti biasanya. Mereka menggantinya dengan makan berbagai menu yang berbeda di luar pondok selama menginthili Pak Kiai.
“Alhamdulillah, meski badan lelah, tapi saya merasa senang dan bahagia. Terima kasih kepada Ustadz dan Refah Islami,” ucap Abay, salah satu santri Refah Islami dengan nada penuh syukur. (sto)