GRESIK (RadarJatim.id) — Masjid Al-Khoory di kampus Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) penuh oleh jamaah yang ikut men-shalati jenazah Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Dr Eko Budi Leksono, MT, Minggu (18/9/2022) malam. Ruang utama masjid mampu menampung ribuan jamaah, hingga meluber ke teras, bahkan sebagian di halaman masjid.
Sejumlah tokoh hadir memberikan penghormatan terakhir atas kepergian rektor muda yang energik ini. Di antaranya, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Syafiq A. Mughni, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Prof Biyanto, dan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Dr Hidayatulloh, serta sejumlah pengurus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, juga Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik dan beberapa daerah lainnya.
Shalat jenazah yang dilaksanakan seusai shalat Isyak itu dipimpin oleh Ketua PDM Gresik, Drs Muhammad In’am, MPdI. Sebelum shalat jenazah dilaksanakan, Prof Syafiq menyampaikan ucapan belasungkawa, mewakili keluarga besar Universitas Muhammadiyah Gresik, warga persyarikatan Muhammadiyah, khususnya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gresik atas wafatnya Rektor UMG Eko Budi Leksono.
Rektor muda kelahiran 1 Januari 1973 itu wafat, Minggu (18/9/2022) pukul 09.30 WIB di Rumah Sakit Satelit Petro GKB Gresik. Ia nampak sehat bugar dan tidak ada tanda-tanda sakit. Bahkan, sebelum dibawa ke rumah sakit, pagi itu ia sempat olah raga bulu tangkis. Sebelum dishalati di masjid kampus, Jenazah kini disemayamkan di rumah duka di Jalan Banjarbaru 1 No. 2 GKB, Gresik, Jawa Timur.
Prof Syafiq mengatakan, wafatnya rektor UMG secara mendadak itu membuatnya hampir saja tak percaya saat mendengar kabar duka, Minggu (18/9/2022) pagi.
“Karena beliau selama ini nampak sehat. Tidak pernah mendengar keluhan sakit. Tidak ada masalah, tapi tiba-tiba kami mendengar beliau telah meninggalkan kita semua,” ujarnya.
Dia menyatakan, kabar duka itu tentu membawa kesedihan yang sangat mendalam, khususnya bagi keluarga yang ditinggalkan. Kesedihan juga datang dari para sahabat, kolega, juga mahasiswa UMG, serta aktivis Muhammadiyah, khususnya di Gresik.
“Karena betapa pun beliau adalah seorang bapak dan suami yang menjadi teladan bagi keluarganya. Menjadi penyangga bagi kelangsungan kehidupan keluarga. Ditinggal secara mendadak, tentu ini adalah duka yang sangat mendalam,” paparnya.
Dia juga menyadari di antara mereka semua yang hadir itu juga terkejut atas kepergiannya untuk selemanya.
“Karena mendengar beliau selalu aktif di persyarikatan Muhammadiyah. Ke sana, ke mari, berjuang memajukan organisasi dan lebih-lebih beliau bekerja keras malam, siang, pagi, dan sore untuk membangun UM Gresik yang betul-betul kita harapkan. Tenaganya sangat dibutuhkan,” sambungnya.
Sekali lagi, Prof Syafiq menerima dan memahami perasaan duka mendalam yang muncul di antara mereka. “Atas nama keluarga, kami menyampaikan terima kasih atas seluruh perhatian, doa yang dipanjatkan untuk beliau, dukungan moral yang diberikan kepada keluarga. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dengan amal baktinya,” ujarnya penuh haru.
Prof Syafiq menegaskan, almarhum merupakan sosok yang baik, ramah, periang, dan sangat pandai bergaul. “Karena itu, barangkali ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak, maka atas nama beliau dan keluarga kami memintakan maaf yang sebesar-besarnya,” tambahnya.
Akhirnya, dia mengajak para pentakziah menjadikan almarhum sebagai teladan. “Aktivis pejuang yang sungguh-sungguh dan dipercaya masyarakat. Mudah-mudahan itu semua menjadi amal kebajikan, sehingga mendapat ridha, maghfirah dari Allah SWT dan mendapat surga jannatun naim,” tandasnya.
Mengejutkan
Banyak yang terkejut atas meninggalnya rektor UGM itu, termasuk Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Dr M. Saad Ibrahim, MA.
Pak Saa, demikian dia biasa disapa, menyampaikan, “Siang ini berita sangat mengejutkan saya terima ketika usai ngaji di Islamic Centre Muhammadiyah Cabang Blimbing Sukoharjo Jawa Tengah. Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik berpulang ke haribaan Allah.”
Dia menceritakan, sangat mengejutkan karena tidak ada berita bahwa Eko Budi Leksono sedang sakit. “Bahkan terucap pertanyaan apa terjadi kecelakaan lalu lintas, saking terkejutnya saya. Setelah itu melalui WA, saya baca almarhum wafat, mulai sesak nafas ketika main badminton, lalu dibawa ke rumah sakit, dan kemudian wafat,” ucapnya.
“Mas Eko adalah pribadi yang lincah. Bibirnya selalu tersenyum. Ada bekas sujud di dahinya. Orangnya selalu optimis dan enak diajak bicara. Bahkan sering menggunakan bahasa Jawa halus. Atas nama PWM Jatim, saya sampaikan bahwa, kami, Muhammadiyah benar-benar merasa kehilangan seorang kader masa depan,” ujarnya.
Ada kenangan yang masih diingat Saad Ibrahim. “Mas Eko ingin sekali mengajak saya menikmati (ikan) sembilang di Pawon Hartatik, rumah makan yang masuk ke dalam dari Jalan Raya Bungah Gresik. Belum kesampaikan kemauan itu, Mas Eko telah dipanggil Allah. Ya, manusia, termasuk almarhum memang milik Allah. Kapan pun jika Allah berkehendak memanggilnya, itu juga pasti terjadi,” papar Saad.
Keterkejutan atas meninggalnya rektor UMG juga disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir. Ia mengatakan, hubungan Rektor UMG Eko Budi Leksono dengan PDM, PWM, dan komponen persyarikatan pun sangat baik.
“Ketika saya bersama Ustadz Saad Ibrahim, Pak Tamhid, dan rekan-rekan PWM Jatim ke UMG untuk peresmian masjid kampus beberapa waktu berlalu, tampak sekali semangat membangun dan memajukan UMG. Teriring doa semoga husnul khatimah dan diterima di sisi Allah SWT,” ujarnya.
Prof Zainuddin Maliki, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN juga menyatakan keterkejutannya atas meninggalnya rektor UMG. Hal itu karena sebelumnya tidak ada informasi bahwa yang bersangkutan sakit atau ada gangguan kesehatan. Bahkan, hingga mendekati akhir hayatnya, Eko masih aktif berolah raga.
“Saya seperti tidak percaya menerima berita duka tersebut. Pak Eko adalah rektor muda, energik, dan mudah bergaul sehingga kaya jaringan. Jaringan yang luas itu tentu sangat membantu untuk membangun kolaborasi dengan banyak stakeholder dalam rangka melakukan pengembangunan kampus,” ujar Zainuddin Maliki.
Zainuddin Maliki mengaku, dirinya bergaul dan berkomunikasi intens dengan Eko sejak menjabat atau bahkan sebelum menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) tahun 2003. Ia merasa mendapatkan banyak manfaat dari kemampuan almarhum dalam menyusun perencanaan program pengembangan kampus.
“Sebagai anggota Komisi X DPR RI dari Dapil Gresik-Lamongan, tentu interaksi saya dengan almarhum semakin intensif. Kita semua merasa kehilangan sosok muda yang aktif, energik dan vinioner. Semoga Allah SWY menerima semua amal baiknya dan memberikan ampunan atas salah dan khilafnya,” pungkasnya. (sto/rj2/maz)