SIDOARJO (RadarJatim.id) — Peristiwa G 30 S PKI dan Kesaktian Pancasila sepertinya tidak akan terpisahkan, bahkan menjadi sejarah kelam yang menjadikan pelajaran berharga bagi generasi hebat masa depan. Melalui Cakra Film Marketing, menyuguhkan tontonan yang syarat Makna dan penuh pesan moral mendalam.
Tutik Yuningsih, S.Pd selaku Guru Sejarah di SMA Islam Parlaungan Waru Sidoarjo bersama Slamet, S.Si sebagai Guru Bahasa Indonesia mengajak segenap siswa kelas XII, dan beberapa guru di sekolah untuk berduyun-duyun menuju Bioskop Cinema XXI di Transmart Rungkut Surabaya.
Mereka membanjiri bioskop dengan semangat membara siswa untuk melaksanakan Outing Class menikmati suguhan karya anak bangsa, pada (26/9/2024) lalu.
Tiket premiere yang diperoleh sekolah untuk seluruh siswa Kelas XII menjadi semangat sendiri anak-anak beserta guru dalam mengupas Sejarah kelam peristiwa G 30 S PKI di Banyuwangi Jawa Timur pada 1965 kelam. Film berlatar belakang kekejaman PKI pada Tahun 1965 di daerah Banyuwangi.
“Film ini membuat siswa dan guru yang bersama menonton menyadari betapa kejam PKI dengan segala aksinya menyengsarakan masyarakat. Tak dapat kita bayangkan bagaimana sulitnya kehidupan di masa itu. Siswa diharuskan membuat resume dan memberikan kesan secara tertulis melalui Google form dengan sesama rekan di kelas,” terang Tutik Yuningsih .
Kekejaman PKI membuat mereka menyadari betapa pentingnya keamanan, kenyamanan dan ketentraman di masyarakat. “Terimakasih untuk pemerintah pada waktu itu di bawah komando Bapak Soeharto, telah berhasil mengusir tuntas, memberantas sampai ke akar-akarnya dengan Operasi Trisulanya. Terimaksih kepada para Pahlawan dan Syuhada yang telah gugur demi kekalnya kemerdekaan RI yang bebas dari PKI,” terang Slamet pada (2/10/2024) siang.
Ia ceritakan, di saat PKI dan NU terjadi konflik hebat, hubungan asmara sejoli tersebut berada dalam dilema. Sejoli kekasih tersebut adalah Ning dan Ihsan. Ning diperankan aktris Amanda Manopo, sementara Ihsan dimainkan Chicco Kurniawan. Artis lainnya yang mendukung antara lain Samo Rafael, Iwa Kusuma, hingga Reza Oktovian. “Tata adegan dalam film ini mendapatkan arahan dari sutradara Emil Heradi. Jalan ceritanya disusun bersama antara Rahabi Mandra, Jocelyn Coroelia, dan Denny Siregar. Lokasi syuting berada di Kediri, Jawa Timur,” katanya.
Film Kupu-Kupu Kertas memiliki latar belakang kehidupan di wilayah Banyuwangi pada 1965. Saat itu organisasi Partai Komunis Indonesia (PKI) masih aktif dan berdampingan dengan ormas Nahdlatul Ulama (NU). Hubungan kedua organisasi ini tidak harmonis akibat perebutan lahan. Alkisah terdapat pemuda bernama Ihsan yang lahir dan tumbuh di kalangan warga NU. Ia jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan Ning. Kekasihnya itu berasal dari keluarga pendukung PKI. Meski cinta tumbuh bersemi di antara Ning dan Ihsan, namun tidak demikian dengan keluarga mereka. Perebutan lahan dan perbedaan ideologi membuat perseteruan. Apalagi santer beredar kabar bahwa simpatisan PKI telah melakukan penculikan jenderal.
Film ini mendapatkan respons positif dari siswa yang telah menonton, berbagai tanggapan positif diungkap siswa melalui jawaban yang diungkap dalam lembar evaluasi. “Misalnya, Irhaz Sya’bana siswa kelas XII Umar Bin Khattab mengatakan bahwa seru nobar bersama teman sekelas dan guru guru sehingga bisa melihat sendiri bagaimana Sejarah kelam telah terjadi di Indonesia, sehingga pentingnya generasi muda sat ini bahu membahu menjaga keamanan dan kewaspadaan utk keutuhan NKRI,” jelasnya.
Tutik Yuningsih, selaku guru Sejarah menambahkan, Peristiwa ini menjadi Pelajaran berharga bagaimana pentingnya studi literatur dalam mengokohkan pemahaman dan ideologi membangun negeri tercinta. “Film ini dipersembahkan untuk menyambut Hari Kesaktian Pancasila dan reminder generasi masa kini dalam menjaga keutuhan NKRI menuju Indonesia Emas,” tambahnya.(mad)