SURABAYA (RadarJatim.id) – Dua siswa SMA SAIM Surabaya sukses mengikuti konferensi Asia Youth International Model United Nations (AYIMUN) ke-14 di Hotel Berjaya Times Square, Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2-5 Agustus 2024. Mereka adalah Novandra Adzra Ghassani dan Raditya Favian Asa siswa kelas XI.
AYIMUN merupakan salah satu ajang simulasi sidang PBB yang diselenggarakan oleh International Global Network (IGN), sebuah organisasi pengembangan pemuda di seluruh dunia dalam bentuk kompetisi diplomatik.
Keduanya mengaku sangat bangga bisa terlibat langsung dalam pertemuan pemuda dari seluruh dunia itu. Mereka mendapat banyak pengalaman baru dan manfaat dari event tersebut. Apalagi panitia AYIMUN menginformasikan bahwa AYIMUN sudah tercatat dalam daftar event kompetisi yang dikurasi Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemdikbud Republik Indonesia. Portofolio di Puspresnas ini dapat dijadikan modal lulusan SMA untuk masuk ke perguruan tinggi nantinya.
Sebelum berangkat sebagai delegasi, Adzra dan Vian sudah diuji keterampilan berargumen dengan mengirimkan position paper atas nama negara Indonesia dalam mengatasi masalah malnutrition.
Pada sesi UNICEF council, dua siswa SAIM itu berada di ruang besar, bersama puluhan remaja lain untuk melaksanakan sidang, layaknya sidang PBB. Dalam sidang simulasi itu Adzra mendapat peran menjadi delegasi negara Pakistan, sedang Vian mewakili negara Ethiopia.
Dalam forum seperti itu kemampuan, wawasan, dan kepercayaan diri peserta sedang dipraktikkan. Antara lain keterampilan berbicara di depan publik hingga berdebat tapi tetap dengan artikulasi suara yang jelas. Peserta perlu menunjukkan standpoint negara-negaranya dalam membahas isu dunia malnutrition.
Vian mendapatkan kesempatan emas tampil di depan. Dia menyampaikan kesan dan pesan dengan penuturan yang fasih, termasuk pengakuan bahwa dirinya sempat merasa cemas. Tetapi forum AYIMUN membuatnya belajar banyak tentang pentingnya berjejaring.
Pratiwi Retnaningdyah Ph.D, orang tua Adzra, yang turut menyaksikan jalannya sidang tersebut mengatakan, proses sidang berlangsung cukup komprehensif. Acungan tangan dengan memegang plakat kertas nama negara berkali-kali terlihat ketika pimpinan sidang melakukan voting untuk meloloskan sebuah resolusi. Semua peserta menghadap laptop untuk mengakses draf resolusi di Googledoc. Di layar besar di depan dan kiri ruangan juga terpampang draf resolusi yang sedang dibahas dan diperdebatkan. Ada laman terpampang untuk progress check.
“Ketika delegasi dari beberapa negara satu blok sedang paparan, pimpinan sidang mengundang delegasi dari negara lain yang mewakili blok oposisi untuk memberikan tanggapan dan sanggahan. Kemudian tepuk tangan bergema ketika resolusi tersebut disahkan atas dukungan suara terbanyak,” ujarnya seperti yang tertulis dalam blog pribadinya di doingliteracy.id.
Dosen bahasa Inggris Universitas Negeri Surabaya itu mengatakan bangga atas proses yang dialami buah hatinya. “SMA SAIM Surabaya juga layak diacungi jempol karena sudah memberikan ruang ekspresi yang luas bagi siswanya. Untuk bisa di titik ini, saya yakin peran sekolah sangat besar dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan,” katanya. (rio)